Lima

4.8K 196 7
                                    

Bel tanda istirahat baru dibunyikan, aku memasukan buku-buku ke dalam tas dan memandangi dua temanku itu dengan bergantian, namun mereka malah memandangku dengan penuh kecurigaan.

Rara maju ke dekat mejaku dan memandangku. "Jadi kemarin lo kemana?"

Aku mengerutkan dahi. Bila ikut mendekat dan bersama Rara mereka memandangiku dengan tatapan penuh introgasi.

Aku memandangi mereka bergantian. Bisa histeris jika mereka tahu apa yang kulakukan.

"Lo kemana, Nim?" Rara mengulangi pertanyaannya. "Lo kan udah bilang mau cerita."

Aku tersenyum. Aku mendekati telinga Rara diikuti gerakan Bila yang ikut mendekat, kemudian aku berbisik. Tentu saja bisikan bahwa kemarin aku bersama Genta.

"Lo sama Genta?" teriak Rara histeris, aku langsung membungkam mulutnya. "Jangan keras-keras, Ra."

Bila memandangiku tidak percaya. "Genta yang berantem sama Bang Reza?"

"Iya."

"Kok bisa?"

Rara menatapku lebih tidak percaya. "Bukankah rumornya itu cowok anti sosial?"

"Sepertinya emang gitu."

"Terus lo berhasil?"

Aku mengangkat bahu. Tidak mau cerita lebih banyak lagi, lalu cepat-cepat kuapit lengan mereka dan mengajak mereka ke kantin. "Gue laper, pengen makan mie ayam."

Aku pesan satu mangkuk mie ayam dan tiga jus jeruk. "Gue traktir kalian es jeruk, buat yang kemarin," ucapku.

"Tapi Bang Reza nggak tanya ke gue tuh," sahut Rara.

"Iya, dia juga nggak hubungi gue," Bila membenarkan.

"Mungkin bukan kemarin tapi bisa aja besok atau kapan-kapan."

"Tapi lo nggak niat buat bohong lagi kan?" tanya Bila curiga.

Aku tersenyum. "Kalau kepepet."

Mereka memasang wajah tidak percaya. "Lo nggak diapa-apain sama Genta kan? Gue takut aja dia dendam sama Bang Reza terus membalasnya ke elo," tanya Rara.

"Nggak kok." Aku membalas pandangan mereka yang penuh curiga itu. "Percaya deh sama gue, gue cuma ngajak dia berteman kok. Ya gue heran aja melihat ada orang yang nggak punya temen. Udahlah, jangan bahas itu lagi."

"Terus bahas apa?" tanya Rara.

Aku menerima mangkuk berisi mie ayam yang baru diantar dan memandang kedua temanku itu dengan ceria. "Gue lolos tahap pertama band sekolah, nanti pulang sekolah gue mau latihan," ungkapku.

Rara dan Bila melongo. "Emang kapan lo daftarnya?"

"Waktu awal masuk?"

"Terus seleksinya?"

"Satu minggu yang lalu."

"Kok gue nggak tau?" tanya Bila.

"Iya, gue juga," kali ini Rara yang bicara.

"Terus gue harus peduli gitu?" sahutku ketus. Kemudian aku melahap mie ayam yang sudah ada di depan mataku. Bila dan Rara masih sibuk berceloteh meski pesanan mereka sudah ada di meja. Bisa dipastikan, obrolan mereka nggak jauh-jauh tentang senior yang ganteng. Setelah kemarin-kemarin mereka sibuk membahas Mas Reza dan Mas Virza, kali ini mereka membahas cowok yang namanya Rendra. Yang kabarnya terpilih sebagai ketua OSIS menggantikan Mas Reza.

Rendra atau siapapun itu, aku tidak peduli. Aku hanya peduli dengan pelantikan ketua OSIS yang akan diadakan satu minggu lagi, karena di sana akan ada pertunjukan dari setiap angkatan. Oh, jadi tidak sabar.

Ketika Hujan Menyatakan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang