Lima Belas

2.9K 151 2
                                    

Aku baru melangkahkan kaki beberapa langkah setelah keluar mobil bersama Mas Reza dan Mas Virza saat tiba-tiba mataku bertemu dengan Genta yang muncul di gerbang sekolah. Dia memandangku dan melemparkan senyumannya, namun saat ada Mas Reza di sampingku, senyumannya langsung hilang.

"Itu Genta senyum sama lo apa sama gue?" Hebatnya Mas Reza menyadarinya.

Aku memandang Mas Reza dengan pura-pura tidak tahu dan melesat mempercepat langkah kakiku. Aku meninggalkan Mas Reza dan Mas Virza menuju kelasku yang tidak searah dengan kelas mereka.

Aku beberapa kali berusaha melihat Genta yang ada di belakang Mas Reza, namun aku selalu ketahuan olehnya. Aku menggelengkan kepala, menghilangkan bayangan Genta yang meski ada Genta di belakang tetap saja muncul di depan mataku. Aku cepat-cepat masuk kelas dan duduk di bangkuku.

"Lo kenapa, Nim?" tanya Rara yang sedang duduk di mejanya. Iya, meja. Kebiasaan Rara sebelum bel masuk emang duduk di meja, biasanya sembari sarapan apel.

Aku menggelengkan kepala dan tersenyum ke arahnya, "nggak kenapa-kenapa."

Tiba-tiba Bila mendekat ke arahku dan membisikan sesuatu, "gue denger lo lagi deket sama Bang Genta ya?" tanyanya tiba-tiba yang membuatku langsung terperanjat.

Aku memandangnya dengan mata terbelalak, "lo kata siapa?"

"Anak kelas 12 pada gosipin kalian berdua, gue kata Bang Lana tetangga gue," jawabnya.

Aku memandang Bila dengan bingung. Aku tidak bisa harus bagaimana meresponnya. Akhirnya aku hanya tersenyum kikuk.

"Emang bener, Nim?" kali ini Rara yang bertanya.

Aku mengibaskan tangan di depan wajahnya. "Nggak mungkinlah. Bisa-bisa gue dilempat bola basket sama Mas Reza," jawabku dengan suara gemetar. Aku menelan ludah dengan berat. Tentu saja aku berbohong. Aku tahu, mana mungkin tidak ada apa-apa jika aku selalu terbayang-bayang wajah Genta. Tapi nggak mungkin aku mengatakan yang sebenarnya. Bisa hancur dunia!

Untungnya bel tanda masuk dibunyikan dan tidak ada lagi ruang teman-temanku untuk mempertanyakannya. Tapi beneran gosip kedekatanku dengan Genta sedang dibicarakan kelas 12? Bagaimana jika Mas Reza tahu?

***

Aku mengikuti Rara dan Bila saat istirahat tiba. Saat mereka mengatakan akan ke kantin, aku langsung setuju untuk ikut. Lupakan soal pergi ke perpustakaan saat istirahat tiba. Entah kenapa sejak Genta mengungkapkan perasaannya dan aku dibuat berantakan karenanya, aku takut menghadapinya di sekolah. Terlebih karena hubungan Genta yang buruk dengan Mas Reza.

Aku sampai di kantin dan memesan sama persis seperti yang dipesan Rara.

"Lo kenapa sih, Nim?" tanya Rara dengan memandangku penuh curiga.

"Gue nggak apa-apa," sahutku. Aku memandang ke sekelilingku. Mencari keberadaan Genta yang bisa saja tiba-tiba ada di kantin yang sama denganku. Meski jika ada dia aku juga tidak tahu harus berbuat apa.

Namun bukannya menemukan Genta, justu yang kutemui malah Mas Reza. Dia memandangku lama, kemudian menarik tanganku keluar dari kantin.

"Kenapa sih Mas narik-narik?" tanyaku.

Dari pandangan Mas Reza ada sesuatu yang tidak menyenangkan dan Mas Reza tidak menyukainya. "Lo tahu nggak, anak-anak di kelas gue lagi gosipin lo sama Genta, gila nggak sih mereka?"

Aku menelan ludah dengan berat. Aku mengalihkan pandangan dari Mas Reza. Aku takut Mas Reza bisa membaca pikiranku.

"Nggak mungkin banget adik gue deket sama manusia kayak Genta," lanjut Mas Reza. "Iyakan?" kali ini dia bertanya padaku.

Ketika Hujan Menyatakan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang