Sore ini hujan menetes dari langit dan menyentuh permukaan tanah. Hujan yang cukup deras. Aku duduk di balkon lantai dua rumah dan memandang setiap rinai yang jatuh di hadapanku. Di tanganku, aku memegang surat yang diberikan Mami. Di bagian atas amplopnya yang berwarna biru itu tertulis namaku sebagai penerimanya.
Aku buka amplopnya dan kuambil sepucuk surat yang ditulis tangan oleh Genta.
Untuk Nimas...
Sebelumnya aku minta maaf karena pergi tanpa berpamitan kepadamu. Tapi kurasa ini yang terbaik untuk kita. Kamu tidak perlu bertengkar dengan Reza lagi karena aku. Aku selalu berdoa semoga hari-harimu selanjutkan jauh lebih baik daripada saat ada aku. Aku juga selalu berdoa untuk kesehatan kamu, Reza dan juga Virza. Maafkan atas tindakan pengecutku pada Reza, harusnya aku mengatakannya dari dulu siapa aku sebenarnya.
Tentang kita, aku harap kamu nggak akan lupa padaku. Aku menyukaimu, Nimas. Atau mencintaimu, aku tidak tahu apa bedanya. Aku juga tahu kamu memiliki perasaan yang sama sepertiku. Tapi untuk saat ini mari kita jalani hidup sendiri-sendiri. Ada yang bilang jodoh nggak akan kemana. Mari kita buktikan pepatah itu. Kita serahkan semua pada takdir, aku yakin jika kita jodoh semesta akan punya segala cara untuk mempertemukan kita kembali.
Genta.
Aku menatap tulisan tangan Genta dengan perasaan yang sulit kujelaskan. Iya, aku kehilangan dia. Jelas dalam suratnya itu ia mengucapkan salam perpisahan untukku. Tapi jauh di dalam lubuk hatiku, aku berharap dapat bertemu dia kembali. Seperti katanya, jika jodoh kami pasti akan bertemu lagi.
Aku menaikan wajah dan memandang tetesan hujan yang masih turun dari langit. Aku tidak lagi membenci hujan. Sekarang, hujan adalah sesuatu yang selalu kunantikan. Hujan adalah salam rindu dari Tuhan. Tapi saat ini bagiku hujan adalah salam rindu dariku untuk Genta. Aku harap setiap hujan yang turun dia akan selalu mengingatku dan merasakan rasa rinduku dalam setiap tetesannya.
Jika bisa aku ingin hujan menyatakan cintaku padanya.
Hujanyang menyatakan cinta. Aku harap hujan benar-benar bisa melakukannya untukku,karena aku takut tidak punya kesempatan untuk bertemu Genta kembali. Sekalipunbisa belum tentu aku bisa mengatakannya. Aku ingin hujan menyatakan cintauntuknya. Bukankah tidak ada yang tidak mungkin? Bukankah setiap karya Tuhanadalah sebuah cinta?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Hujan Menyatakan Cinta
Teen FictionSejak kecil aku tidak menyukai hujan. Bagiku hujan itu menyebalkan. Bukankah banyak orang memilih meringkuk di tempat tidur berlindung di bawah selimut saat hujan turun? Bukankah banyak orang yang menyeringai ketakutan saat petir menyambar yang sela...