Hari semakin hari Ten mulai bingung. Memangnya apa yang dia lakukan disini? Hanya terkurung di kamar tanpa melakukan apapun, paling hanya membaca buku lalu sudah. Ia rindu pada tugasnya untuk menggagalkan hasutan iblis, ia rindu kepada raut kecut iblis jika dirinya berhasil.
"Aish, jinjja. Memangnya apa gunanya aku disini?! Aku ingin kembali dan melaksanakan tugasku," kini Ten mulai bosan dan memberanikan diri untuk keluar ruangan. Walaupun resikonya adalah melihat makhluk bermuka tak wajar, dia benar - benar harus membiasakannya.
Ia menelusuri setiap lorong gelap yang hanya bercayakan api di setiap meternya, tujuannya adalah singgasana sang raja. Awalnya ia merasa akan tersesat di istana ini, tapi perasaan itu berakhir saat ia menabrak seseorang.
"Mianhae, apakah kau tidak apa - apa?" Johnny membelalakan matanya saat mendapati malaikat cantik di depannya itu.
"Aish, kau tidak punya mata apa?" Johnny sengaja memancingnya.
"Heh, apakah kau tidak lihat kedua mataku ini?!" dengan mudahnya Ten terpancing amarah.
"Tidak, aku tidak melihat matamu!" jawab Johnny yang semakin membuat amarah Ten memuncak.
"Lebih baik kau periksa ke dokter mata, iblis buta!"
Oh shit!
Perkataan Ten sungguh - sungguh sudah melewati batas wajar. Bahkan ia berani mengata - ngatai lawan bicara yang baru ia temui. Namun ya tak salah, Johnny dahulu yang memulai.
Johnny hanya cekikikan, memang ia sengaja untuk memancing Ten. Ia tampak lebih manis saat marah.
"Yak! Kenapa kau tertawa sendiri? Apakah perlu juga kau ke dokter jiwa?" sahut Ten lagi.
"Hahah, kau lucu sekali! Benar kata tuan, sepantasnya kau ini jadi klan iblis bukan malaikat! Perkataanmu saja melampauiku,"
"Cih, dasar iblis gila!"
Ten langsung menabrak Johnny hingga ia mencondongkan tubuhnya. Ten tetap melalukan tujuan utamanya.
"Betapa cantiknya malaikat itu, pantas saja tuan tertarik. Tapi sayangnya dia sudah punya yang lain,"
⭕⭕⭕
Taeyong terduduk santai dikursi kesayangannya itu yang tak lain adalah singgasananya. Walaupun diluar nampak baik, namun sebenarnya didalam hatinya sedang panas. Bahkan lebih panas dari api neraka sekalipun. Beberapa menit ini dia selalu menggeram tanpa sebab yang membuat penjaganya menggeleng - nggelengkan kepalanya.
Tapi semua itu buyar ketika seorang wanita datang menghampirinya. Tak lain lagi itu adalah Seulgi, si wanita jalang.
"Maaf, raja," ia bersujud di depan Taeyong.
"Apa yang membuatmu menghampiriku?" tanya Taeyong dengan suara bijaksananya.
"Hamba ingin berbicara dengan raja, sanggupkah?"
"Silahkan, bicarakan saja,"
"Empat mata saja," Seulgi melemparkan tatapan genit kepada Taeyong.
"Baiklah," saat Taeyong menyetujui perkataan Seulgi dan ingin beranjak, tiba - tiba Ten datang.
"Raja!" panggil Ten ceria tanpa bersujud sedikitpun, seperti sudah mengenal lama saja.
"Dasar penghancur, lihat saja kau nanti!" umpat Seulgi pelan dan tak terdengar siapapun.
"Ada apa Ten?" sahut Taeyong yang tak kalah cerianya, walaupun didalamnya ia harus menahan suatu yang terus menusuk.
"Aku ingin pulang!" nada bicara Ten kian marah.
"Apa?" Taeyong kaget.
"Ya, aku ingin pulang raja! Aku tidak sanggup tinggal disini lagi," keluh Ten.
"Memangnya kenapa? Aku jahat kepadamu atau pelayananku kurang?"
"Kau jahat! Seenaknya mengurung malaikat kecil sepertiku ini!"
"Tapi Ten–" ucapan Taeyong tertahan.
"Pokoknya aku ingin pergi!"
"Tolong jangan, satu hari saja ya? Kumohon," kini malah Taeyong yang memelas.
"Satu hari?" Ten menaikkan alisnya.
"Iya, jebal," mohon Taeyong. Baru pertama ini dia memohon kepada yang lain.
"Baiklah, tapi izinkan aku berkeliling. Aku bosan raja," pinta Ten.
"Kenapa kau tidak bilang dari awal, Tenniels?"
"Tenniels?" Ten menyengir asing.
"Itu panggilanku untukmu, kau juga buat untukku ya?"
"Hem, bagaimana kalau Taeyong Si Iblis Jelek?"
"Aahhh, tidak mau!"
"Terus, hemm bagaimana kalau Taeyong Si Iblis Kejam?"
"Tambah buruk, panggil saja aku Crazy Devil,"
"Crazy? Devil? Iblis gila? Hahah kau memang gila!"
Seulgi sudah tidak dianggap disitu, akhirnya ia menyerah dan memutuskan untuk pergi.
"Raja, hamba mohon undur diri. Ada urusan lain, maaf," dengan nada agak kecewa ia pergi. Taeyong tak menggubrisnya, ia sedang bahagia karena Ten muali bisa berdamai dengannya.
"Kita mau kemana Tenniels?" tanya Taeyong saat beberepa saat percakapan mereka terpotong.
"Terserahmu, akukan tidak tahu apa - apa,"
"Baiklah, aku akan mengajakmu ke suatu tempat yang tidak akan kau percaya,"
"Dimana?"
"Kita lihat saja besok,"
"Kau tak berniat burukkan?" Ten malah curiga.
"Tentu saja tidak, mana mungkin aku akan menyakiti malaikat kecilku?"
Ten hanya menyengir.
Tak disadari kini mereka saling mengobrol dengan sebutan 'aku' dan 'kau'. Ten nampaknya lupa akan statusnya, toh Taeyong tak mempermasalahkannya.
⭕⭕⭕
"Lihat saja kau malaikat kecil! Akibat menghalangiku,"
TBC!
Udah ada bau - bau romance😂. See y nxt!
Vomentnya ya gais😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Devil🔱 •TAETEN•
FantasyBagaimana jika pemimpin klan iblis sekejam Taeyong bisa jatuh cinta kepada malaikat selembut Ten, akankah cinta mereka bisa terwujud? Atau harus kandas karena mereka suatu yang berlawanan. Namun kekuatan cinta itu benar adanya. «Start from 16일 1월 20...