Part 5 - Teach me if you can

42.6K 3.3K 180
                                    

Sepertinya revisi ini akan menjadi perubahan alur, cerita akan menjadi lebih berkembang 😊

Happy Reading 💜

🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷


Tarik napas.

Hembuskan.

Tarik..

Dan hembuskan lagi...

Shit! Lea berkali-kali mengingatkan dirinya untuk tetap bernapas dan mengepalkan kedua tangannya di sisi tubuhnya. Perasaannya cemas dan rasa gugup menghantam begitu keras dalam dirinya saat ini. Hal itu sudah dirasakannya sejak lima puluh lima menit lewat dua puluh satu detik yang lalu, atau setelah dia menerima ajakan Nathan untuk mengajaknya makan malam.

Ya Lord, apa yang harus gue lakukan sekarang? Batinnya gelisah. Setelah menutup teleponnya, Lea merasa menyesal telah menerima ajakan Nathan begitu saja. Istilah 'gampangan' langsung terngiang di benak Lea sekarang. Bagaimana tidak? Lea yang memulai untuk meneleponnya, dan Lea menerima ajakannya dengan mudah.

Kembali dia menarik dan menghembuskan napasnya untuk yang kesekian kalinya. Dia sudah berada di lobby apartemennya dan terlihat menunggu. Sudah sekitar lima menit, Lea menunggu di situ sambil mengarahkan pandangannya pada pintu kaca lobby.

Tak lama kemudian, tatapannya terpaku pada sosok jangkung yang sedang berjalan masuk ke dalam lobby. Deg! Lea mengatupkan bibirnya dan mengerjap gugup ketika sosok itu sudah melemparkan senyuman padanya.
Take a deep breathe, Lea. Take a deep breathe, batin Lea mengingatkan.

"Lea," sapa orang itu dari kejauhan.

Degup jantungnya berdetak tidak karuan melihat Nathan versi dewasa. Pria itu jauh lebih tampan dan tingginya semakin menjulang. Berbalut polo shirt dan celana jeans berwarna gelap, dia tampak begitu sempurna. Postur tubuh Nathan jauh lebih atletis dari terakhir kali Lea melihatnya. Tatanan rambutnya dengan model shaggy spike, tertata rapi dan membingkai indah bentuk wajahnya yang kokoh. Kesemuanya itu semakin memperlihatkan ciri kedewasaan seorang pria matang, dan semakin membuat napas Lea kian memberat.

Lea menarik napasnya dalam satu tarikan panjang, lalu memberanikan diri untuk melangkah menghampirinya. Ketika mereka sudah dekat, disitu senyum Nathan semakin melebar.

"Hello, Lea... long time no see," sapanya ramah.

Lea membalas sapaan Nathan dengan maju selangkah lebih dekat, melingkari leher Nathan dengan kedua tangannya, dan mendekatkan tubuhnya untuk memberi pelukan hangat kepada Nathan. Lea bisa mencium aroma parfum dari balik bahu Nathan, dan merasakan kehangatannya dimana Nathan membalas pelukannya, dengan merangkul pinggangnya dan menariknya ke dalam pelukan yang lebih erat. Bahkan, Nathan memberikan sebuah kecupan ringan di pucuk kepalanya. Shit!

Buru-buru, Lea menarik diri lalu tersenyum sopan padanya. "Hi... it's good to see you again."

"It's good to see you too, Lea." balas Nathan kalem. Masih dengan senyuman lebarnya yang menawan. Dia terlihat mundur selangkah dan menatapnya dari atas dan ke bawah, seolah mempelajari dirinya.
Oh dear...

"You look different," ucapnya dengan mata berkilat kagum.

Lea tertawa lalu berujar, "Well, semoga hal yang berbeda itu adalah hal yang baik."

"Tentu saja. Kamu sudah bertambah cantik dan dewasa." ujarnya dengan hangat.

Lea kembali mengingatkan dirinya untuk bernapas, dan memastikan kedua kakinya masih berpijakdi bumi ketika mendengar Nathan memujinya barusan. Lea meneguhkan dirinya untuk bersikap tenang dan sesantai mungkin. Sebab tidak ada kesempatan untuk dirinya bisa mendapatkan perhatian dari pria itu, dan menginginkan Nathan pun sudah termasuk larangan.

UNSPOKEN LOVE (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang