Cerita ini sudah pernah dipublikasi dan ditamatkan pada Des 2017 - Feb 2018.
Revisi dimulai tanggal 18 Maret 2019...
Jika ingin membaca, dimohon bersabar.
Jangan uber minta upload karena saya revisi kalau lagi mood dan kalau lagi sempat saja.
*****...
Semoga harimu menyenangkan. Tidak ada keraguan, tapi kepastian. Sehingga kamu akan mantap melangkah Menuju hari depan yang penuh harapan.
Happy Reading 💜
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Lea menghela napas lelah dan duduk di sisi ruangan, ketika sudah menyelesaikan pekerjaannya. Menjadi Assistant Fashion Director bukanlah hal yang mudah namun sangat melelahkan.
Hari ini ada pemotretan yang harus dilakukan untuk mengisi rubrik majalah edisi terbaru FashionMagz bulan depan. Fashion Director, Hera, memberikan ide untuk dieksekusi oleh Lea. Disitu, kemampuannya diuji.
Dia memadupadankan pakaian yang harus dikenakan para model, memilih aksesoris agar terlihat lebih menarik, mengatur fotografer untuk mengambil sudut pandang yang terlihat lebih menarik. Bahkan dia harus menjahit on the spot ketika dilihatnya pakaian itu kurang pas dikenakan oleh model bertubuh ramping itu.
Kini pemotretan itu sudah selesai, dan Lea bisa bernapas dengan lega sekarang. Hera pun memuji pekerjaannya hari ini. Dasar senior pemalas! Rutuk Lea dalam hati. Hera selalu menjadi mandor dengan Lea yang menjadi tukangnya. Dia sangat heran untuk majalah fashion ternama seperti FashionMagz, bisa merekrut Hera sebagai Fashion Directornya. Kerjanya hanya memerintah saja. Dia hanya memberi ide dan menyuruh anak buahnya untuk mengeksekusi ide itu.
Ting! Suara pesan masuk terdengar, dan Lea segera mengambil ponsel dari saku celana.
“Kamu udah makan?”
Lea tertegun membaca pesan singkat yang dikirimkan Nathan. Selama beberapa detik, Lea menatap kosong ponselnya dan bergumul untuk membalas atau tidak.
Semenjak kejadian ciuman itu, jujur saja Lea menjadi panik dan kembali menghindari Nathan. Klise. Tapi demi menjaga perasaannya yang sedemikian dalam, Lea tidak ingin merasakan kesakitan yang sama. Sebab patah hati tidak ada obatnya, dan memulihkan hati yang patah butuh waktu bertahun-tahun.
Namun, Lea tetap membalas pesan Nathan seadanya. Tidak terlalu menghindar sebenarnya, hanya menjaga jarak aman. Itu saja.
“Udah,” balas Lea untuk pesan singkat Nathan.
Satu pertanyaan untuk satu jawaban, batin Lea sambil menguatkan tekadnya. Dia berpikir apa yang dilakukannya sudah benar. Pada intinya, dia masih belum memiliki nyali untuk bertemu dengan Nathan semenjak ciuman yang terjadi dua hari yang lalu.
Lagipula, Nathan pasti sudah bisa membaca dirinya yang tiba-tiba menjaga jarak. Lea yakin kalau Nathan tahu jika dirinya membutuhkan waktu, terbukti pria itu hanya mengirimkan pesan dan tidak akan mengirim lagi jika sudah mendapat balasan darinya.
Lea menghela napas kembali, sambil mengusap keningnya. Selain lelah, dia juga merasa bersalah. Tapi dia tidak akan jatuh dalam perasaan yang sama. Jika move on itu sulit, maka baper adalah larangan baginya. Sementara kedua kata keramat itu terus mengikutinya dalam berbagai pergumulan hatinya, terutama soal Nathan. Ugh! Pake pelet apa sih tuh cowok? Rutuk Lea kesal.
“Hai."
Sebuah sapaan ramah terlempar ke arahnya, dan Lea langsung menoleh. Disitu ada Anthony, si fotografer majalah yang selalu mengajaknya mengobrol. Pria yang sudah bekerja di FashionMagz selama dua tahun, dan terkenal dengan kepiawaiannya dalam konsep desain yang unik.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.