Cerita ini sudah pernah dipublikasi dan ditamatkan pada Des 2017 - Feb 2018.
Revisi dimulai tanggal 18 Maret 2019...
Jika ingin membaca, dimohon bersabar.
Jangan uber minta upload karena saya revisi kalau lagi mood dan kalau lagi sempat saja.
*****...
Harusnya aku update semalam, Tapi karena aku ngetik ulang dan baru kelar jam 1 pagi. Jadinya aku lebih menyerah pada rasa kantuk yang tak tertahan 😏
Happy Reading 💜
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Nathan membolak-balikkan majalah tanpa minat sambil menyedot Iced Americano dengan tatapan jenuh. Dia kembali merasakan lelah yang berkepanjangan karena kesibukannya yang seolah tidak ada habisnya. Banyaknya proyek baru yang dimenangkan oleh timnya, membuatnya kewalahan dalam membagi waktu selama beberapa minggu terakhir. Dia benar-benar sudah sangat jenuh.
“Kenapa lu sedaritadi diem aja, Than? Ada yang lu pikirin?”
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nathan langsung menoleh ke samping kanannya dan mendapati Wayne sedang menatapnya dengan tatapan menilai. Sahabat yang sudah berteman dengannya sejak dari SMU itu, seperti memiliki keahlian khusus dalam mempelajari ekspresi wajah seseorang. Namanya Wayne Joseph Setiawan.
“Lagi nggak mood,” jawab Nathan pendek.
“Apa karena lu udah lama nggak ganti oli?” celetuk Christian tiba-tiba, dan Nathan langsung mendesis tajam padanya. “Menurut survey penelitian, cowok bakalan jadi bego kalo udah kelamaan nggak ejakulasi. Kelamaan numpuk di dalem, lama-lama jadi basi.”
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Christian Haydenchandra, teman sepermainan sejak jaman kuliah di Oxford. Dia adalah sahabat Nathan yang paling menyebalkan, sekaligus yang paling sering membuat Nathan naik pitam setiap kali pria itu mengeluarkan ocehan. Sampai saat ini, Nathan masih tidak mengerti kenapa dirinya bisa berteman sampai sedemikian lama dengan Christian.
“Jaga bacot lu!” desis Nathan dengan muka busuknya.
Christian hanya tertawa pelan sambil mengangkat bahunya dengan santai.
“Maklumin aja, Than. Untuk womanizer kampret kayak Tian, bacotnya itu nggak akan jauh dari selangkangan. Kepala penisnya itu ada di otak dan otaknya di bawah. Udah gitu aja,” ucap Adrian tanpa beban.
