Emily POV.
Disaat aku berjalan hendak pulang. Wtf si old man datang lagi menghampiriku. Dari kejauhan ia melihatku dan berlari mengejarku. Fuck. Apa lagi yang ia inginkan dariku!
Aku berlari dan berlari. Aku bersembunyi disalah satu toko baju. Dari dalam jendela aku melihat si tua itu kebingungan mencariku. Semoga saja ia tak menemukanku.
Hufh syukurlah ia sudah menjauh. Syukurlah aku ga sampe ketangkap sama psikopat itu. Aku kira urusan udah selesai pas Shawn memukulnya malam itu. Aku kira ia tak akan mengejarku lagi, tapi nyatanya dia malah mengejarku seperti dirasukin setan begitu. Ah fuck fuck!
Aku tak bisa terus-terusan seperti ini. Rasanya aku ingin berhenti saja dari tempat sialan itu. Tapi, kalau aku berhenti bagaimana dengan biaya obat kakakku. Aku harus tetap berjuang demi dia. Hanya ia yang ku punya didunia ini.
Dengan cepat aku keluar dari toko dan pulang ke apartmentku.
Rena (kakakku) tak pernah ingin berhenti menari berapa kalipun aku melarangnya. Ia bilang ia akan lebih cepat mati kalau tak menari. Dia memang bodoh. Dia lupa penyakitnya seperti apa. Selalu saja membuatku kesal. Belum lagi hobinya yang suka minum-minum, rasanya aku ingin memberinya satu gallon langsung biar dia puas dan berhenti minum-minum lagi. I don't want to lose her.
Malam kembali datang.
Dengan mini skirt and backless shirt aku bekerja disana dengan keceriaan palsu yang bahkan aku tak tahu dimana letak kesenanganku yang sesungguhnya. Satu yang ada dikepalaku hanya bagaimana aku bisa mendapatkan uang dan segera keluar dari tempat gila ini.
Aku keluar dari ruangan karaoke yang didalamnya penuh dengan anak SMA yang hobi menghamburkan uang orang tuanya. Aku keluar karena aku sudah muak melihat kelakuan mereka. Aku duduk dibar dan memesan cocktail disana. Tanpa ku sadari aku menangis dan aku hanya menundukkan kepala ku saja.
Kemudian ada suara familiar yang terdengar samar-samar ditelingkau.
Saat aku lihat kesampingku itu adalah Shawn. Apa yang dia lakukan tiap malam ditempat seperti ini.
"Shawn?"
"Hi, why are you crying?"
"Ah." Aku segera menyapu airmataku.
Aku pergi dari sana tanpa berkata sepatah katapun padanya.
Aku pergi keluar bar dan duduk dikursi yang dekat dengan parkiran. Pikiranku masih kacau dan tiba-tiba saja Shawn duduk disampingku. Aku hanya tak ingin ia berteman dengan diriku yang rusak ini.
Aku menangis disitu, aku hanya bisa menutupi wajahku dengan tanganku.
"Hey, kenapa kau menjauhiku?"
Aku hanya diam.
"Hey, are you okay? You can tell me"
Aku menggelengkan kepalaku. "You are a good man, Shawn."
"Hm?" Ia terlihat bingung.
"Aku... Aku hanya berpikir kita sangatlah jauh berbeda. Tak semuanya orang yang kau jumpai itu orang yang baik, you know. I'm not a good person." Aku menatapnya.
"Apa yang kau bicarakan?" ia terlihat bingung.
"Ah... hahaha.. ah sudahlah. Hey, apa kau sendirian disini?" Aku mencoba mengganti topik pembicaraan.
"Uhm.. Emily. Kau... Uhm.. Kita.. kita memang baru saja bertemu, tapi aku pikir kau tak seperti itu. Kau orang yang baik."
"No, No I'm not." Aku kembali menitikkan airmataku.

KAMU SEDANG MEMBACA
SOUL
FanfictionBagaimana rasanya saat jiwa kita tertukar? Semua kehidupan tiba-tiba berubah. Ini benar-benar GILA namun juga sangat LUAR BIASA! 【Thank you for reading this story. If you like it you can gimme some vomments and I'll appreciate it so much. Lots of lo...