Seven

181 14 1
                                    

"Shawn what's wrong?" Tanyaku kaget.

"Ini coba kau lihat" Shawn memperlihatkan hp nya.

"OMG!!!! THAT'S REALLY BAD!!!"  teriakku.

Itu adalah foto-foto saat fans melihat kami diatas balkon kamar hotel. Ada sekitar empat foto beserta sebuah video yang tersebar di instagram dan medsos lainnya!!! Salah satu foto ialah saat Shawn merangkulku.

"Shawn bagaimana ini??" Aku sudah mulai panik. Ku lihat Shawn sedang memikirkan sesuatu. Entah apa yang ia pikirkan. Yang jelas sekarang fikiranku buyar.

"Shailene. Kita sebaiknya meluruskan ini."

"Hah? Maksudmu?"

"Aku masih menunggu managerku untuk tindakan apa yang  sebaiknya ku lakukan. Karena pihak management juga sedang bertanya-tanya padaku."

"Jika mereka menelfon nanti kau jawab saja jika kita sebenarnya bersama Ian dan juga yang lainnya. Katakan saja kita berteman saat SMP. Itulah alasannya kenapa aku (tubuh Shailene) merangkulmu (tubuh Shawn) karena kita sudah lama tak bertemu. Dan soal Ian, kau katakan saja jika ia harus membantumu dalam cerita ini dan katakan jika kau sedang dekat dengan ku. Jadi ia tak akan banyak bertanya lagi. Sisanya kau improve saja. "

"Hmmhh baiklah." Aku langsung diam dan berimajinasi saat Shawn berkata 'Kau improve saja sisanya'

"Shailene?"

"Ah iya Shawn. Aku akan lakukan sebaik mungkin."
"Tapi Shawn, tak apa bila kita membuat cerita seperti ini kepada publik?" Tambahku.

"Tak apa. Percayalah. Mereka akan percaya jika kita hanyalah teman dan mereka telah salah paham dengan foto-foto itu"

"Hmmhh.. Ok.. "
Ugh padahal kalau gue disangka pacarnya juga gapapa hehe, enak di gue. Sakit di Shawn kali ya, hiks. Ucapku dalam hati.

"Dan bagaimana dengan Ian. Jika ku bilang kita dekat, pasti ia mengira... emmm..."

"Mengira kita pacaran?"

Aku mengangguk malu.

"Ya biarlah. Kita tak tau bagaimana cerita kita kedepannya kan?"

Aku bingung dengan maksud perkataannya. Jadi, jadi maksudnya siapa tau kedepannya gue pacaran gitu sama dia? Omg mati deh gue sangking senengnya. Ugh mommy, anakmu ini lagi mimpi apa. Mimpi basah apa mimpi kering, eh.

Aaliyah mengetuk pintu dan ia langsung merespon apa yang dilihatnya di internet. Ya tentang foto dan video itu.

Aaliyah menarik tanganku dan mulai membisikkiku.
"Shawn! Jadi sebenarnya kau sama Shailene nginap dirumah Ian atau apa sih? Ini kata mereka dihotel. Hayoo sebenarnya kalian dimana aja sejak tadi malam sampai pagi ini?!" Tanya Aaliyah seolah menginterogasiku dengan sedetailnya.

"Ya.. ah kamu masih kecil juga. Aku nginap dirumah Ian dan itu saat kami menjemput Shailene dihotel."

"Oh seperti itu. Hmm kamu harus meluruskan ini secepatnya kak"

"Ya.. memang. Aku akan meluruskannya."

"Yasudah lah aku keluar dulu hehe"  Aaliyah keluar dan tersenyum kepada Shawn.

"Good story Shai!" Tegurnya.

"Ah kau mendengarnya?"

"Yup. Itu adalah cerita yang sangat masuk akal. Aaliyah saja percaya apalagi jika manager dan fans nanti mendengarnya. Semuanya akan baik-baik saja. Tenanglah" ucapnya tersenyum.

Shawn sangat baik kepadaku. Tak ku sangka bisa seperti ini dengannya. Aku bingung harus bagaimana mengungkapkan perasaanku ini. Antara bahagia bisa sedekat ini dengannya dan berada ditubuhnya juga kehidupannya dan antara sedih karena aku tidak berada ditubuhku sendiri dan tidak bersama orangtua serta sahabat-sahabatku seperti ini.

SOULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang