Nineteen

113 5 1
                                    

Shawn POV.

"Daddy!!!" Skylar berlari menghampiriku dan segera memelukku begitu mom membukakan pintu rumah.

"Happy birthday my baby girl!" Aku mencium pipinya.

Skylar memiliki mata ibunya, begitu terang dan indah. She has a perfect hazel eyes as her mother.

"Daddy, i miss you...." Ucapnya yang masih memelukku.

"I miss you a lot princess.." Jawabku mencium pipinya sekali lagi.

"Shawn ayo masuk, yang lain udah pada nunggu didalam." Ajak mom ku.

Aku mengangguk sambil menggendong Skylar yang tak mau lepas dariku.

..

Kami semua merayakan ulang tahun Skylar dirumahku. Para crew, managementku, orangtuanya Shailene, kakaknya dan juga sahabatnya Feliz juga ada disini.

Dan sampailah saatnya kami kembali mengenang Shailene dan ya, ini membuatku begitu emosional.

Aku hanya bisa tersenyum sambil memeluk Skylar. Aku tak ingin menampakkan kesedihanku didepannya.

"Daddy, kenapa matamu terlihat berair seperti itu? Don't crying daddy." Ucapnya seraya menyapukan airmata yang hendak keluar dari mataku dengan tangan mungilnya itu.

"No, I'm not princess."

Acara pun selesai. Aku mengantarkan Skylar ke tempat tidurnya.

"Goodnight princess. Have a nice dreams." Ucapku mencium keningnya. Kemudian saat aku hendak keluar dari kamarnya, Skylar menarik tanganku.

"Daddy, can you tell me how is mommy looks like?"

Aku kembali duduk disampingnya.

"Mommy is an angel." Jawabku sambil merapikan rambut Skylar.

"An angel?" Tanyanya polos.

Aku tersenyum kecil.

"Yeah. She is an angel. Dia sangat cantik dan juga baik hati. And you know what, you have your mommy eyes. Beautiful hazel eyes."

"Really?" Tanyanya senang.

"Yeah. Hmm sekarang kamu tidur ya princess. Goodnight honey."

..

Aku langsung gemetar saat Skylar menanyakan ibunya. Aku mecoba sebisaku untuk tidak bersedih lagi dihadapannya. Aku kembali teringat akan Shailene.

Aku kembali ke kamarku. Aku hanya melamun menatap foto pernikahan kami berdua. Dia begitu cantik dan juga bersinar. Bahkan matahari pun tak bisa melawan kilauannya.

Dengan gaun putih panjangnya, senyuman diwajahnya yang bersandar didekapanku dan jemari indahnya yang berada didalam genggamanku. Aku masih bisa merasakannya. Aku tau Shailene masih disini bersamaku, walau aku tak melihatnya tapi aku masih tetap bisa merasakannya.

..

Keesokan harinya aku kembali ke Toronto, aku kembali meninggalkan putriku untuk sementara waktu dengan neneknya.

Aku sampai di condo ku dan aku mecoba untuk mencari udara segar dengan berjalan-jalan di town hall. Seperti biasa lengkap dengan penyamaranku dan ku harap aku tak akan ketahuan kali ini.

Aku melewati jalan-jalan yang sering ku lalui bersama Shailene. Semuanya terasa kembali terulang saat ku telusuri jalan ini.

Aku melihat diriku sendiri yang menarik tangan Shailene dan membawanya berlari entah kemana, dengan senyuman kami berdua yang terasa nyata.

SOULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang