sepuluh

3.2K 162 0
                                    

"Gue suka. Setiap kali gue jahilin lo, rasanya beda. Kayak ada manis-manisnya gitu."

- Arsen Alaska Pratama -

• • •

SETELAH memanggil dokter dan sudah diperiksa olehnya, keadaan Alaska ternyata mengalami peningkatan pesat. Setelah sempat membuka mata sebentar, dia kembali menutup matanya karena masih belum punya tenaga yang cukup untuk bangkit. Kedua orangtua Alaska tau bahwa ini sudah cukup malam untuk perempuan, dan karena ada Aliga-Aliga cukup lama sampai ke ruangan Alaska tetapi dia muncul setelah Aliva masuk ke dalam. Aliva sebenarnya sempat lupa bahwa dia pergi bersama Aliga. Mereka pun menyuruh Aliga untuk mengantar Aliva pulang.

Besok siangnya, Aliva menghubungi Naila untuk mengajaknya menjenguk Alaska.

"Nai-"

"Alivaaa! Lo gak tau ya gue nelfon lo berapa kali dan selalu gak lo angkat? Gue khawatir!"

Memang benar, tadi pagi Aliva melihat banyak panggilan dan pesan masuk yang tidak terjawab karena dia meninggalkan hp nya di rumah dan saat pulang dia tidak membuka hp dan langsung tidur karena kelelahan.

"Maap ih, gue lupa bawa hp. Malemnya juga gue langsung tidur."

"Yaudah, si Alaska gimana?"

"Semalem dia bangun, tapi cuma bentar. Terus tidur lagi."

"Eh masa bisa bangun secepat itu? Keajaiban banget."

"Ya kan, berarti tuhan masih sayang sama dia."

"Btw, gue dah siap nih mau jenguk Alaska. Lo nelfon buat itu kan?"

"Kok tau sih lo. Di RS Mutiara ya."

"Oke sip. See you."

• • •

Sesampainya di rumah sakit, ternyata Alaska sudah sadar dan dokter baru saja memeriksanya. Keadaan Alaska sudah lumayan membaik tapi masih harus dirawat di rumah sakit. Tetapi sampai sekarang Naila belum juga sampai karena sedikit jauh dari rumahnya.

Sekarang hanya ada mereka berdua di ruangan ini dengan suasana yang sangat canggung. Alaska yang dari tadi memperhatikan Aliva dan Aliva yang sengaja menghindari tatapan Alaska dengan menyibukkan dirinya dengan memotong apel. Aliva ingin bertanya, tapi tidak berani untuk mengeluarkan suaranya.

Alaska tidak sabar lagi untuk bertanya. "Lo gak mau nanya sesuatu gitu?"

Aliva meletakkan pisaunya, lalu menghela nafas. "Banyak, gak tau gue mau mulai darimana."

"Masalah itu, nanti aja ya dibahas. Gue belum sanggup."

Aliva meemperhatikan ekspresi wajah Alaska yang sedang tidak beraturan. "Gak apa-apa, jangan dipaksa. Yang penting sekarang lo udah sadar cepat aja suatu keajaiban." Aliva kembali memotong apel.

Alaska tersenyum tipis dan teringat oleh mimpi itu. "Lo ada ngomong sesuatu ke gue sebelum gue sadar?"

Aliva terkejut sampai-sampai jarinya tergores pisau.

"Aw! Sshh." rintih Aliva dan melemparkan pisaunya kedalam piring. Alaska pun terkejut.

"Loh, kenapa? Kok malah berdarah? Padahal kan, gue nanyanya biasa aja." ucap Alaska acuh.

Cold But AnnoyingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang