tiga belas

5K 202 29
                                        

"Jangan keras kepala dong. Gue kan, jadi gerem. Pengen bawa pulang lo. Tapi buat dijadiin lauk dirumah ya, hehe."

- Arsen Alaska Pratama -

• • •

BYURR!!
Betapa terkejutnya orang-orang saat mendengar suara ceburan air tersebut. Semua pasang mata menoleh kearah sumber suara. Dengan sangat jelas, Alaska melihat Aliva yang terjun dengan indahnya ke dalam kolam.

Alaska yang melihatnya, tanpa aba-aba langsung berlari menuju tepi kolam sehingga pasang mata beralih menatapnya. Dia tidak peduli lagi dengan jasnya yang akan basah karena terkena air. Dia menyelam dan berenang mencari Aliva dan dengan cepat membawa tubuh Aliva ke tepi kolam.

Tanpa disadari, ternyata semua orang mengerubuni Aliva yang sedang pingsan. Alaska memberikan pertolongan pertama dengan menekan bagian atas dada Aliva beberapa kali.

"Bangun, Aliva!" teriak Alaska dengan paniknya.

Aliva tersedak. Mulutnya mengeluarkan air dan matanya terbuka. Dia terbatuk-batuk. Pandangannya yang masih rabun difokuskan menatap langit malam yang ditaburi bintang-bintang. Alaska membantunya untuk duduk. Tangannya tidak lepas dari pelipisnya. Kepalanya masih merasakan sakit yang luar biasa.

Aliva menatap sekelilingnya dengan sendu yang telah dipenuhi oleh orang-orang yang menatapnya dengan pandangan khawatir. Walaupun tidak semua yang khawatir dan malah mengharapkan Aliva tercebur lagi.

"Al-Alaska.."

Belum sempat Aliva melanjutkan kata-katanya, Aliva terlebih dahulu pingsan. Tangan Alaska menahan tubuhnya agar tidak mengenai keramik. Alaska menyelipkan tangan kanannya di lekukan kaki Aliva sedangkan tangan kirinya berada di punggung gadis itu. Ia mengangkat tubuh Aliva dan membawanya ke dalam rumah. Tubuh Aliva yang mungil membuatnya dengan mudah mengangkat tubuh gadis tersebut.

Selagi Alaska membawa Aliva kedalam rumah, teman-temannya—Daffa, Miko, Reno dan Zul membubarkan teman-temannya dan acara telah berakhir. Semua orang mengeluh. Tak sedikit orang yang menyalahkan Aliva. Akhirnya, mereka pun pulang dengan perasaan yang kecewa.

Daffa, Miko, Reno dan Zul menyusul Alaska yang tengah berada di dalam kamar tamu. Disana sudah ada Aliva yang tengah tidur dengan pulasnya–sebelumnya sudah diganti bajunya, Naila, Alaska dan Mama Alaska, Keith.

"Gimana Aliva?" tanya Zul yang bodohnya dia malah menanyakan hal tersebut. Alaska menatapnya tajam.

"Seperti yang lo liat sekarang, Aliva masih pingsan. Lo punya mata kan?!" tanya Alaska dengan nada membentak. Entah kenapa dia menjadi lebih sensitif sejak Aliva tercebur ke dalam kolam.

"Alaska.. Gak baik ngomong kayak gitu sama temennya." tegur Keith sambil mengelus-elus pundak Alaska.

"Maaf tante. Kalo gitu, kita pulang ya. Kasih salam sama Aliva kalau udah bangun." ucap Reno yang kelihatan wibawanya. Akhirnya, mereka berempat pun pergi.

"Belum tau kenapa Aliva bisa pingsan?" Naila tiba-tiba berucap. Naila memang belum tau apa-apa soal Aliva yang sering sakit kepala tiba-tiba. Jadi, dia sangat terkejut ketika Aliva dikatakan tercebur ke kolam karena sebelumnya dia pingsan.

Alaska berpikir sejenak dan dia mulai mendapat keganjalan diotaknya. Kejadian Aliva yang sakit kepala saat di rumah sakit. Mungkin, itu salah satu gejala pertamanya.

"Emm, gue gak yakin. Tapi kemarin di rumah sakit, Aliva pernah pusing sampe keduduk gitu dan dia.. gak bilang ke gue kenapa." jawab Alaska. Naila menghela nafas kasar. Mengapa Aliva tidak pernah menceritakan soal ini kepadanya?

Cold But AnnoyingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang