lima belas

4.5K 198 40
                                        

"Makanya, hidup itu jangan cuma mau manisnya doang. Rasain pahitnya. Baru namanya hidup."

- Arsen Alaska Pratama -

• • •

MATA cokelatnya menatap dalam iris mata-nya. Dia hanya menyunggingkan senyum lalu sibuk dengan dirinya lagi. Aliva merasa seperti berada di mimpi. Apakah sekarang di sampingnya benar-benar ada seorang lelaki yang pernah ada di masa lalunya?

Namanya Ghazlan. Lima tahun yang lalu seperti dalam ingatannya, cowok itu tiba-tiba saja hilang dari pandangannya selama bertahun-tahun tanpa mengabarinya dan ternyata dia pindah ke Jerman. Itu sangat menyakiti hatinya. Bahkan sampai saat ini, Aliva tidak mengerti. Bagaimana dia bisa berada di samping nya setelah bertahun-tahun menghilang?

Dulu Aliva pernah menyimpan perasaan padanya.

Tapi itu dulu.

• • •

Setelah dipaksa berkali-kali oleh Naila, Aliva baru mau minggat dari tempat duduknya dan berhenti menatap Ghazlan. Naila merasa bahwa Aliva sangat aneh karena terus-terusan menatap si anak baru itu.

"Al, lo jujur deh sama gue. Lo suka ya, sama anak baru itu?"

Aliva yang sedang asik dengan baksonya sontak menyemburkan semua isi mulutnya sehingga hampir mengenai wajah Naila.

"Ih Aliva!! Gue kaget sumpah! Itu kalo bakso besar lo masuk ke mata gue gimana?!" teriak Naila menggema satu kantin. Semua yang sedang makan jadi menoleh ke arah mereka. Akibatnya, mereka berdua harus menanggung malu.

Bukannya meminta maaf kepada para penghuni kantin yang terganggu dengan mereka, mereka malah langsung pergi setelah membayar baksonya.

"Lo ya Al! Main muncratin aja ke gue. Tuh liat semua orang jadi ngeliatin kita kan?" Naila malah lanjut mengomeli Aliva di tengah jalan.

"Lagian lo nanya pertanyaan yang konyol banget." jawab Aliva ketus. Dia membersihkan sisa makanan di mulutnya dengan tisu yang tadi telah dia ambil di kantin.

"Apanya yang konyol? Gue nanya yang wajar kali. Lagian lo ngeliat dia mulu."

"Apaan sih. Gue gak ngeliat dia." elak Aliva.

"Ngeles aja mulu lo. Tapi tetep inget Alaska ya, Al. Inget!"

Ini anak kenapa bawa-bawa nama Alaska, sih? Tapi, dari tadi Aliva tidak melihat batang hidung cowok itu setelah mengantarnya ke sekolah. Aliva menyapu pandangannya ke seluruh penjuru lapangan sekolah dan dia benar-benar tidak melihat Alaska. Yang dia lihat malah Ghaz yang berjalan menuju ke arahnya.

"Boleh gue bicara sama lo?" tanyanya ketika sudah berada di hadapan Aliva. Naila yang merasa jadi nyamuk pun mengerti.

"Yaudah, gue ke toilet ya. Awas lo ngapa-ngapain temen gue!" Ancamnya lalu melengos pergi.

"Jangan disini." Ghaz menarik tangannya dan membawanya ke taman sekolah. Lumayan, tidak terlalu sepi sehingga Aliva tidak perlu takut Ghaz berniat jahat kepadanya.

"Gue-"

"Pasti lo mau bilang kenapa lo tiba-tiba muncul di depan gue setelah bertahun-tahun, kan?"

Ghaz tertegun. Dia tau pasti semua ini akan terjadi cepat atau lambat dan ternyata waktunya adalah sekarang. Ghaz mengangguk.

"Lo gak tau kan, secapek apa gue nyariin lo. Lo gak tau gue khawatir banget sama lo waktu itu, Az. Bertahun-tahun gue nunggu lo buat datang nemuin gue lagi. Ternyata gue dapat kabar kalau lo pindah ke Jerman. Kenapa lo gak ngabarin gue dulu, Az?" mata Aliva berkaca-kaca. Kisah ini menjadi semakin rumit dengan kembali hadirnya orang yang pernah hadir dalam hidupnya, bahkan pernah menempati hatinya. Perasaannya kacau.

Cold But AnnoyingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang