"baiklah, aku akan ikut denganmu kembali ke academy. Tapi sebelumnya izinkan aku untuk pulang, aku hanya ingin membicarakannya dengan ibuku dahulu"
"ok, tapi kau akan ikut denganmu. Sudah lama aku tidak bertemu dengan tante, aku juga ingin bertemu dan menyapanya."
"terserah kau saja" Haru membalas perkataan Kagura dan mulai berjalan ke arah pintu keluar kamar.
"Rei,-" panggil Haru tiba-tiba kepadaku saat dia hendak membuka pintu kamar. Tangannya sudah berada di ganggang pintu bahkan pintu kamar sudah terbuka sedikit.
"hmm?"
"sekali-kali aku juga ingin membuat kesimpulan akurat sepertimu, melihat situasinya kurasa menyuruhmu atau bahkan memaksamu untuk tidak terlibat adalah hal yang bodoh. Oleh karena itu, aku Kusanagi Haru, sebagai teman dekatmu memintamu untuk terlibat dalam hal ini. Meski mungkin ini akan sangat merepotkanmu nantinya" Haru berbicara seperti orang yang sudah tahu akan seperti apa responku nantinya, dan kemudian berjalan keluar ruangan bersama Kagura.
Untungnya karena sibuk, orang tuaku tidak berada di rumah. Jika ada mungkin akan gawat, bagaimana jadinya bila ada dua orang laki-laki yang berteman, tiba-tiba membawa keluar dari kamar seorang wanita cantik apalagi dengan kondisi pakaian bagian paha yang agak sobek seperti itu. aku pasti akan diinterogasi setengah mati.
Melihat situasinya membuatku tersenyum kecil
"hahaha inilah yang kuharapkan" batinku. Kata-kata Haru tadi justru adalah kata-kata terbaik yang ingin kudengar di situasinya tadi.
Seandainya dia mengatakan sesuatu agar demi keselamatanku aku tidak terlibat dan semacamnya, aku pasti akan memukulnya.
"tapi meski begitu, ingin terlibat pun aku tidak tahu bagaimana caranya. Setidaknya, untuk masuk ke academy organisasi itu, aku harus minimal bisa menggunakan Ki, aku juga bukan seorang Levian. Memikirkannya saja sudah sangat merepotkan" aku berbicara sendiri seperti kebiasaanku lagi.
"ini membuatku ngantuk, tidur aja ah" sahutku melanjutkan kebiasaan berbicara sendiriku.
Aku mulai berjalan menutup semua pintu yang ada dan kembali ke kamar, berbaring di kasur merupakan saat-saat yang paling nikmat bagi seorang pembenci hal-hal merepotkan sepertiku.
Sambil berbaring, aku mulai mengingat banyak hal terutama yang terjadi 6 bulan ini. Tentu saja yang selalu kubayangkan adalah wajah wanita itu, wanita yang sangat pantas menjadi heroine hidupku Erina.
Aku penasaran bagaimana kabarnya, bagaimana keadaannya mengingat lukanya yang diakibatkan oleh Drag saat itu. meski penasaran itu sebenarnya Cuma sekedar basa-basi yang kulakukan. Sudah sangat jelas bahwa saat ini mungkin dia sudah sembuh total mengingat waktu yang telah berlalu, lagipula dilihat darimanapun luka seperti itu pasti sudah biasa dia dapatkan.
"benar-benar wanita yang tangguh, seminggu bertemu dengannya saja mungkin dapat membuatku jatuh hati padanya" aku mengeluarkan kata-kataku sendiri seakan berbicara dengan seorang tetapi melainkan kepada diriku sendiri.
Cahaya terang menyinari wajahku, perlahan aku membuka mataku masih lesu.
"ini? Oh, pagi. Berarti semalam aku ketiduran ya" batinku.
Aku menutupi cahaya yang masuk ke mataku dengan tanganku, sambil berbaring. Aku masing termenung memikirkan apa yang harus kulakukan mulai sekarang. Aku telah memutuskan untuk terlibat dalam segala hal ini, meski begitu karena statusku yang hanyalah orang biasa dan bahkan tidak bisa menggunakan Ki, membuatku tidak tahu bagaimana caranya mengambil langkah awal.
"ah gawat, sudah jam segini"aku memutuskan bersiap-siap ke kampus. Karena kemungkinan akan terlambat untuk kuliah waktu itu, aku memutuskan untuk tidak membasuh tubuh dan langsung menggunakan pakaian dan pergi ke kampus.
Melakukan kegiatan seperti biasa seakan tidak terjadi apa-apa, itulah yang kulakukan. Jika ada hal yang berbeda, hari itu haru tidak masuk ke kampus. Aku memang sudah memperkirakan akan begini jadinya, dan kemungkinan Haru telah kembali ke academy organisasi itu. tetapi, karena tidak tahu harus berbuat apa, aku tetap melakukan rutinitas harianku seperti biasanya.
Seminggu berlalu dengan rutinitas harianku seperti biasa, satu-satunya hal yang kulakukan adalah mengurus dan memalsukan sebuah sertifikat izin senjata. Dan meski sangat mahal, aku berhasil membeli sebuah pistol Glock 32 Caliber .357. meski mahal, ini masih tergolong murah karena aku membelinya di pasar gelap, dan juga meski bukan tergolong original buatan ahli aku juga membeli sebuah katana.
"aku sebenarnya tidak ingin melakuka aktifitas illegal ini. Tapi apa boleh buat, tapi jika ini saja tidak bisa bagaimana aku akan maju ke tahap berikutnya agar bisa masuk ke academy itu" batinku
"syukurnya enam bulan ini aku sudah menabung dan melakukan banyak pekerjaan sambilan. Sebenarnya aku hanya menduga-duga kemungkinan ini 1% akan terjadi. Dan tak kusangka benar-benar terjadi" kali ini aku mengucapkannya keluar dari mulut menambahkan kalimat batinku sebelumnya. Sekali lagi aku berbicara sendiri kepada diriku sendiri.
"ting tong" suara bel pintu rumahku berbunyi
"iya tunggu sebentar" terdengar suara sahutan wanita seakan merespon bel pintuku, yang tidak lain suara itu adalah ibuku.
"Rei..!! ada tamu untukmu" teriak ibuku dari bawah tangga. Ya, karena kamarku berada di lantai dua rumah, sehingga butuh teriakan untuk memanggilku.
Aku segera keluar dari kamar dan mendapati ibuku yang telah berdiri di depan pintu kamar seolah menungguku.
Ibuku seorang wanita karir, rambutnya dipotong pendek degan postur tubuh tinggi. Untuk seorang wanita yang telah memiliki anak berumur 18 tahun sepertiku, dia terlihat seperti wanita berumur 25 tahunan, sedangkan untuk sifatnya kurasa dapat dideskripsikan dia punya sifat serius tapi suka bercanda.
"kurasa sifatku ini berasal dari dia" batinku
"ibu?" aku bertanya heran memotong perkataan batinku. Jelas saja, itu karena dia yang tiba-tiba berada didepan kamarku. Dan wajahnya yang terpasang, seakan ingin mengatakan sesuatu yang akan terkesan mengejekku.
"kupikir hanya Haru yang mau berteman dengan anak malas dan benci hal-hal merepotkan sepertimu. Tak kusangka, kau punya teman yang lain belum lagi seorang gadis cantik dan manis pula. Mungkinkah...pacarmu??" ibuku membisikkan bagian terakhir perkataannya kepadaku sambil menaruh tangannya di samping mulutnya.
"ha?"
"ya sudah, ibu harus berangkat ke kantor. Jangan sampai berbuat yang macam-macam di rumah ya. Ibu rasa batas ciuman saja sudah cukup kok" mengatakan itu, tanpa basa basi dia langsung pergi dari rumah.
Terdengar suara pintu dibuka dan tertutup menandakan dia sudah pergi. Aku hanya terdiam mendengar perkataannya.
"wanita?hmm. dan juga bukankah ciuman sudah agak kelewat batas" benar-benar seperti sifatnya, sebenarnya aku yakin dia pasti tahu kalau aku tidak mungkin melakukan hal seperti itu dirumah.
Karena rasa penasaranku terhadap tamu misterius ini, aku kemudian turun kearah ruang tamu
Tidak lupa aku juga membawa pistol yang kusembunyikan di balik bajuku, untuk berjaga-jaga saja. Karena wanita cantik yang berkunjung ke rumah untuk menemuiku saja sudah tergolong aneh dan mencurigakan.
Seturunnya dari tangga dan saat hendak memasuki ruang tamu, seorang wanita berdiri memandang kearah luar jendela, dari posisiku saat ini, wanita itu pas berdiri didepanku sambil membelakangiku.
"postur tubuh, warna rambut dan sensasi ini. Masaka? (mungkinkah?)" batinku.
tangan kananku yang sudah berada di balik baju memegang handgun ku itu kemudian kukeluarkan. Disaat yang bersamaan wanita itupun berbalik.
"ya! Lama tak jumpa, Shinogami Rei-kun. Atau mungkin lebih tepat jika kupanggil Reinhart-kun"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Weakest Strongest
FantasyDunia menyimpan banyak rahasia, Pertemuan Rei yang seorang mahasiswa biasa dengan seorang yang misterius merubah jalan hidupnya. Reinhart seorang yang malas melibatkan diri terhadap hal-hal merepotkan tetapi selalu tanpa sengaja terseret dalam hal-h...