--[suatu tempat di pegunungan]
Sesosok mahkluk sejenis serigala yang terlihat sedang tertidur, meski karakteristiknya terlihat seperti serigala tetapi dia memiliki warna bulu yang hitam pekat. Jika harus disebut mahkluk itu juga memiliki panjang 10 m sampai keekornya dan tinggi kurang lebih 4 meter. Meski sedang dalam posisi tertidur aura yang terlintas dikeluarkannya seperti bahwa mahkluk itu sedang dalam keadaan siaga sambil mengistirahatkan diri.
"jadi itu yang disebut Fafnir? Serigala monster yang berasal dari celtic mytologi, seperti namanya bahkan bentuknya pun luar biasa terlihat seperti monster"
"maaf sedikit menyela Haru, Fafnir itu bukan serigala melainkan seekor naga, dan serigala yang disana itu adalah Fenrir berasal dari Norse mytologi bukan celtic"
"ah? (warukatta ne) maaf saja, aku memang tidak terlalu pandai mengingat hal-hal seperti ini. Disaat seperti ini jika saja Rei melihat ini pasti dia akan lompat kegirangan dan melakukan hal-hal aneh" jawab Haru membalas celaan wanita disamping yang tidak lain adalah Kagura dengan wajah sedikit memerah karena malu.
"hee, jadi si mushi (serangga) temanmu itu menyukai hal-hal seperti ini ya. Aku memang akui untuk ukuran seorang warga sipil dan juga manusia biasa tingkat inteligentnya benar-benar luar biasa, aku memang tidak terlalu banyak bicara dengannya, tapi saat itu, disaat yang sangat singkat dia berhasil merobek kimonoku dengan gunting yang dilempar, ironisnya aku bahkan tidak menyadarinya. Jika saja anak seperti itu bisa menggunakan Ki yang setara dengan Levian, aku bahkan tidak bisa membayangkan sengeri apa jadinya anak itu nantinya"
"tidak perlu terlalu banyak memikirkannya. Kita datang kesini untuk membunuh Fenrir, mahkluk itu telah membunuh banyak warga di desa sekitar pegunungan ini dan misi kita dari academy adalah untuk mengalahkannya. Ikuzo (ayo) Kagura" mengatakan itu Haru mengeluarkan katana yang disarungkannya.
Jika diperhatikan lagi, penampilan Haru saat itu tidaklah jauh berbeda dari sebelum-sebelumnya. Adapun yang membuatnya berbeda yaitu fashion yang dia gunakan. Jubah panjang berekor berwarna serba hitam, sarung tangan hitam, dan sebuah katana yang tersarungkan yang ditaruh di pinggang.
"jika Rei melihatku seperti ini, entah apa yang yang akan dikatakannya padaku.lupakan soal jubahnya menggunakan katana saja pasti sudah sangat membuatnya iri setengah matií" gumam Haru dalam hatinya.
"ayo kita lakukan Haru" jawab Kagura yang merespon kalimat haru sebelumnya sekaligus menyadarkan Haru dari gumamannya.
Haru menerjang kearah Fenrir, dalam jarak sekitar 10 m dari Fenrir. Fenrir yang mulanya tertidur kemudian membuka matanya. Matanya yang berwarna biru dengan iris mata berwarna merah itu membuatnya terlihat mengintimidasi dengan aura membunuh.
Haru tidak terlalu memikirkannya mengingat dia sudah terlatih untuk tidak termakan oleh aura membunuh lawannya. Dia kemudian melempar pisau sejenis kunai ke arah Fenrir, pisau itu menrjang dengan sangat cepat bahkan memungkikan secepat peluru karena dilempat sambil dialiri oleh Ki milik Haru.
Sayangnya dalam detik-detik terakhir, Fenrir berhasil menghindarinya dengan melompat ke kanan. Meski begitu senyum kecil muncul dibibir Haru. Ledakan besar tiba-tiba terjadi dengan inti ledakan berasal dari pisau yang dilempar Haru, dan meski telah berhasil menghindar Fenrir dengan tubuh besarnya terkena dampak dari ledakan pisau yang dilempar oleh Haru itu, yang ternyata telah dililitkan oleh jimat mantra milik Kagura.
Meski terkena dampak dari ledakannya karena tubuhnya yang besar, hal itu ternyata sama sekali tidak memberikan damage yang besar terhadap Fenrir, meski dapat mendorong Fenrir beberapa centimeter dari tempat awal mendaratnya, ledakan it sama sekali tidak memberikan luka terhadapnya.
"sudah kuduga tidak akan berefek banyak" suara seorang wanita dengan kimono dan sebuah Kipas tangan yang menutupi mulutnya.
Wanita itu tidak lain adalah Kagura yang ternyata telah menunggu tepat beberapa meter dari lokasi Fenrir saat ini berdiri. Bahkan Fenrir yang seekor mahkluk buas norse mytologi tidak terlihat menyadari keberadaan Kagura yang terlihat sudah sejak tadi berada disana. Sesaat setelah menyadari keberadaan Kagura, sebelum sempat melakukan apapun puluhan kertas jimat milik Kagura berjatuhan disekitaran Fenrir.
"(mendesah/sigh) kalau jaman dulu teknik manipulasi Ki dengan menggunakan jimat selalu dibatasi dengan jumlah jimat yang ada dan sulitnya untuk memasukkan mantra dengan menulis ke satu jimat saja. Terima kasih kepada zaman, mesin cetak dan fotocopy sudah banyak sekarang. Zubang" setelah mengatakan itu, ratusan kertas yang berada disekitar Fenrir meledak seketika.
Kagura yang menyaksikan ledakan yang dibuatnya tersenyum kecil dengan mata yang terlihat sinis, terkesan seperti seorang tokoh antagonis yang melihat kejatuhan sang pratagonis.
"uwah, kejamnya. Apa wanita itu tidak tahu kalau aku juga berada tidak jauh dari mahkluk itu, atau karena dia tahu makanya dia sengaja meledakkan semuanya tanpa peringatan. Dan juga, bukan karena adanya mesin cetak, sejak awal saja konsepmu melakukan mantra sudah berbeda, normalnya keluarga Seimei masih memasukkan mantra dengan melakukan cara traditional dan tidak mungkin mesin cetak bisa melakukan hal seperti itu" Haru yang berbicara sendiri sambil mengambil jarak dari ledakan.
Kagura yang berada tidak jauh dari ledakan itu, sama sekali tidak terkena dampak atau efek dari ledakannya. Ini karena dia telah memasang kekkai (barrier) di sekitarnya.
Ledakakan itu perlahan-lahan berhenti dan debunya pun mulai menghilang, terlihat dari dalam asap bayangan Fenrir pun mulai muncul. Fenrir yang tergeletak di tanah dan terlehat lemas setengah mati muncul dari bayangan asap yang menghilang akibat dihembus angin.
"normalnya dengan ledakan sebesar itu, wajar saja kalau tidak ada tubuh yang tersisa. Bukan hanya masih tersisa tidak satupun anggota tubuh yang lepas dan juga bahkan masih hidup. Kurasa mahkluk yang berasal dari mitologi benar-benar mahkluk yang tidak bisa dianggap remeh. Bukan begitu Haru?"
"ya kurasa juga begitu. Tapi dengan begini, jangankan untuk melawan balik dan mempertahankan diri, untuk bergerak sajapun kurasa dia sudah tidak bisa lagi" jawab Haru kepada Kagura sambil mendekati Fenrir yang tergeletak lemas.
Haru mengangkat katananya kesamping sejajar dengan bahunya, katana yang tampak normal itu kemudian memancarkan cahaya hijau dari ganggang pedang sampai keujungnya.
"X-Shift!"
Setelah mengatakan itu, Haru mengayunkan katananya kearah Fenrir dan seketika retakan berbentuk tebasan muncul dari arah bagian bekas ayunan pedang Haru dan kemudian terlihat seperti menyerap anggota tubuh Fenrir yang lain dimulai dari bagian tubuh yang ditebas Haru, dan seketika Fenrir dan retakan tebasan itu menghilang.
"sasuga Haru, teknik yang menyerap segalanya kedalam dimensi tak diketahui yang disebut X. berapa kalipun dilihat benar-benar menakjubkan. Tapi X itu apa ya?"
"jangan di Tanya, dari semua teknik yang kupelajari di dunia itu. hanya ini satu-satunya yang berfungsi didunia ini. Dan dari semua teknik yang kuketahui, hanya teknik ini yang praktis dan tidak membutuhkan Ki yang besar. Lupakan soal itu, dengan ini tugas bulanan kita berakhir. Ayo kembali Kagura" jawab Haru
Kagura hanya tersenyum kecil melihar ke arah Haru dan kemudian mengikutinya dari samping.
"oh iya, jika Rei tahu aku bisa menggunakan teknik seperti itu. aku pasti akan dikatain kuzukemen lagi"
"ha? Kau masih memikirkan si mushi itu ya. Bahkan tunanganmu berada di sampingmu tapi kau malah memikirkan pria lain. Apa jangan-jangan Haru kau ini....-"
"o....oi, jangan salah sangka. Maksudku dari semua orang yang kukenal, Cuma dia yang pasti akan langsung menghinaku jika aku memiliki sesuatu yang terlihat keren atau sejenisnya"
Haru merespon kata-kata Kagura dengan rada gagap dan terkejut serta sedikit menaikkan nadanya. Mereka kemudian melanjutkan percakapan mereka sambil berjalan menuruni pegunungan rada kembali ke academi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Weakest Strongest
FantasyDunia menyimpan banyak rahasia, Pertemuan Rei yang seorang mahasiswa biasa dengan seorang yang misterius merubah jalan hidupnya. Reinhart seorang yang malas melibatkan diri terhadap hal-hal merepotkan tetapi selalu tanpa sengaja terseret dalam hal-h...