--[Negara Jepang]
Terlihat seorang keluar dari dalam bandara mengenakan tas pinggang, mengenakan topi, celana jeans dan pakaian kemeja yang tak di kancing.
"hmm...hmm (mengangguk) ha ha ha, tak kusangka dalam hidupku aku akan berada di negara impianku juga. Negara dimana anime dibuat, maid kafe dan tidak lupa surganya otaku sepertiku, Akihabara...." Kata orang itu dengan nada senang yang tak lain adalah Reinhart.
Karena senangnya dia tak sadar bahwa suaranya telah cukup besar sampai di dengar oleh orang disekitarnya.
"ups" Rei menutup mulutnya tersadar akan kelakuannya.
"karena sudah disini, dan masih ada sisa uang dari Erina inginnya aku bersenang-senang dulu. Hmm... kurasa nanti sajalah, ada hal yang lebih yang harus diprioritaskan saat ini" sambungnya berbicara dengan dirinya sendiri.
Rei yang sudah keluar dari bandara kemudian mengambil taksi dan pergi menuju alamat yang tertera dikertas di dalam amplop yang diberikan Erina. Meski tidak mengetahui letak alamat itu, sepertinya supir taksi yang yang dinaikinya mengetahui letak alamat itu sehingga dia santai saja.
--[meski berada dinegara lain, untuk mempermudah membaca, Bahasa yang digunakan akan tetap satu Bahasa]
"hai..kita sudah sampai di alamat yang anda tunjukkan pak" supir taksi itu menghentikan taksinya dan meyakinkan penumpangnya akan alamat yang diberikannya, dimana penumpang itu tidak lain adalah Rei.
"arigatogozaimasu ini uangnya pak, saya turun disini"
Rei kemudian turun dari taksi dan memulai memerhatikan sekitarnya. Anehnya, tempat dia berada saat ini berada di jalan perkotaan di Tokyo. Dimanapun dia memerhatikan, yang dia saksikan adalah gedung-gedung pencakar langit, hotel, restoran, pusat perbelanjaan dan lainnya.
Dia mendouble check alamat yang diberikan Erina kepadanya, bahkan menggunakan smarphone dan bertanya kepada orang sekitar dan sepertinya dia memang tidak salah alamat.
"hmm, alamat yang ditunjukkan disini adalah hotel ini. Hotel Kindragh, namanya cukup aneh untuk sebuah hotel. Tapi, karena ini bukan negaraku, kurasa wajar saja" ucap Rei berbicara sendiri.
"dasar wanita cantik sialan itu, dia benar-benar tak memberiku petunjuk apapun., dan juga mengapa aku bisa jatuh hati pada wanita seperti itu. Hmm..Kurasa masuk saja tak ada salahnya" bantinnya.
Rei berjalan masuk kedalam hotel itu, meski masuk dia hanya berdiri sebentar di lobby hotel dan kemudian duduk. Dia mengambil majalah yang berada di meja dan memasang posisi seperti sedang membaca.
"cih, sekarang bagaimana ya? Menanyakan ke recepsionist disana bisa saja, tapi menanyakan langsung mengenai tempat organisasi rahasia atau semacamnya kurasa merupakan kesalahan." Rei kemudian terdiam sejenak dan memperhatikan sekelilingnya tetai dengan posisi seakan-akan sedang membaca maalah yang dipegangnya.
"...hmm!? Jadi begitu ya, pantas saja"
Rei kemudian berdiri dari tempat duduknya dan kemudian berjalan keluar dari hotel tersebut. Sesampainya di luar, dia terlihat memandang ke kiri dan kekanan sebentar kemudian berjalan memutari hotel tersebut.
Sesampainya di bagian belakang hotel tersebut, yang terlihat adalah pintu masuk belakang yang biasa digunakan untuk mobil dan karyawan staff hotel untuk masuk. Meski begitu, yang muncul di wajah milik Rei adalah senyum kecil terlihat wajah puas seperti seorang detektif yang telah menemukan tersangka.
Setelah terdiam sejenak melihat keadaan, Rei ,mulai berjalan menuju pintu masuk itu. tentu saja, bahkan sebelum masuk pun ia sudah ditahan.
"Hei.. berhenti disana, ini bukan pintu masuk untuk orang yang non staf" kata penjaga pintu masuk itu menahan Rei yang hendak masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Weakest Strongest
FantasiDunia menyimpan banyak rahasia, Pertemuan Rei yang seorang mahasiswa biasa dengan seorang yang misterius merubah jalan hidupnya. Reinhart seorang yang malas melibatkan diri terhadap hal-hal merepotkan tetapi selalu tanpa sengaja terseret dalam hal-h...