18. Kita Bukan Apa-Apa Kan?

42 2 1
                                    

Eidel dan Nei masih terkunci dalam satu ruangan tanpa suara. Bahkan Nei menyiksa dirinya sendiri untuk menahan memandang Eidel, yang sejak hari itu tak melepas pandangannya ke arah Nei. Hati Nei begitu sakit, ternyata ia sudah melakukan kesalahan, kesalahan yang mungkin sedikit menyenangkan sebelum tau akan kenyataan.

Eidel di hari ini,

Beri aku jarak

Aku hanya ingin sedikit mengembalikan pemikiranku yang terhimpit

Aku hanya ingin sedikit mengembalikan nafasku yang terasa menyempit

Aku hanya ingin sedikit mengembalikan senyumku yang terjepit

Eidel ndak henti memandangku dan berbisik meminta waktu

Namun aku tak beranjak sejenak pun dari kursi kerjaku

Mataku sembab membaca email Eidel yang bilang aku harus mendengar

Aku tau Eidel melihatku dan aku menggeleng sebagai tanda penolakan

Eidel membuang nafasnya panjang hingga aku mampu mendengar

Tapi maaf Eidel kita ini bukan apa-apa kan? Jadi ndak perlu ada yang dijelaskan

Sudah selang tiga hari kami ndak bicara sama sekali

Sudah selang tiga hari juga kupilih untuk pulang sendiri

Berlari dan naik taksi sampai sesekali Eidel mengejar dan mengetuk pintu taksi

Kata bunda dosa kalau marah lebih dari tiga hari

Tapi bunda, hati ini rasanya nyeri sekali

Ndak lama usai aku menggeleng sebagai isyarat penolakan

Eidel terbangun dari duduknya dan menutup kasar map di atas meja kerjanya

Kemudian berjalan ke arahku dan menarik pergelangan tanganku dengan paksa

Aku tak mampu bergerak karena kini semua mata menuju ke arah aku dan Eidel berjalan

Sampai di basemant Eidel masih belum melepas genggamannya

Ia memutar tubuhku dan menarik daguku untuk menatapnya

Aku berteriak dan berusaha melepas 'Jangan paksa aku!'

Untuk apa ada alasan di dunia ini jika ia tidak boleh dijelaskan dengan benar Nei?

Eidel melawan teriakanku dan aku memandangnya dengan mata yang masih berjuang

Menahan air yang mulai memaksa untuk pulang

Eidel, kita ini bukan apa-apa kan? Ndak perlu ada yang dijelaskan

Biarkan aku dengan pemikiranku dan kau dengan alasanmu

Begitu lebih baik, daripada terus berjalan tanpa sebuah kepastian

Aku memandang Eidel dan kemudian tertunduk usai menyelesaikan ucapanku

Eidel masih memaksaku untuk mendengarkan

Namun aku memilih untuk meninggalkan

Terima kasih Eidel semoga ini mampu membunuh rasa

Yang sudah cukup lama tumbuh sendirian.

Eidel di Hari IniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang