"Tertawa sendiri, bersedih hati sendiri dan sepertinya tak perlu dipamerin, tapi setelah kau disini mungkin sikapmu membuatku bertanya dan mencari sesuatu yang tak ku mengerti.
#Apaan..."
"Arigatouna.. Zehran,,Orang yang paling kucintai.." ucapnya sambil mencucurkan air matanya dan pergi menuju pintu keluar sambil menyapu bersih kedua air matanya.
"Tunggu!" seseorang yang memanggil hati kecilnya Lisa..
"Hah? Apa? Siapa...!" ucap Lisa yang sedikit merinding.
....
Entah mengapa hatiku sesaat sepertinya telah dipanggil seseorang, langkahku terhenti untuk melangkah, "Siapa?" Sekarang aku tak perlu membagi kisahku dengan orang lain, karena yang ku tahu ini akan menyebabkan penderitaan kepada orang lain.
Akupun mencoba untuk tidak menghiraukan panggilan ini, kupikir hanya ada diriku saja yang berada didalam ruangan ini.
"Aneh.." Heranku.. sambil melihat kembali kebelakang. ku melihatnya dengan keadaan yang dirawat secara intensif wajahnya diberi sebuah bantuan pernapasan, ia mengenakan pakaian hijau dan kulihat lentik-lentik darah yang menetes dari atas kantung darah terus mengalir-dan mengalir.
Saat ini perasaanku penuh dengan pertanyaan.. aku bingung harus bangkit dan bertahan kepada siapa lagi, Hatiku bimbang.. tentang rasa ini.. dan bersedih dalam tangis.. Aku tak tahu harus mengambil keputusan seperti apa?
Memang, bukanlah hal yang baru, dari dulu kau selalu mengajarkan kepadaku untuk selalu menunggumu, tapi jika memang hal ini, harus terulang kembali, aku hanya bisa tersenyum dan kunikmati rasa rindu yang mencoba membunuhku.
Entah berapa tahun lagi, kita bisa bertemu.. karena pria brengsek ini, ingin membawaku ke dalam hidupnya, dia memberikan sebuah situasi yang tak bisa ku tangani.
"Lisa, sepertinya rumah saya kosong? kamu mau jadi pemanis rumah ini? kalau kamu mau, mungkin saya akan melepaskan kekasihmu itu," Tanyanya kepada Lisa, tepat sebelum menutup telponnya.
"Brengsek!" Ucapku kasar dan menutupnya.
Akupun kembali kesisi tubuhnya, awalnya aku benar-benar berniat untuk meninggalkan dia sekali lagi, tapi setidaknya aku ingin berpamitan dengan cara yang lebih baik, aku tak ingin kejadian yang dulu terulang kembali.
"Ran.. aku ingin bersamamu"
Aku mengerti rasanya, ketika melihat perpisahan yang tak sempat terucap ini. kupegang tanganya walaupun tanganya dingin dan wajahnya terbalut dengan alat pernapasan. Inilah hal yang paling menyedihkan. Aku tak bisa melihat senyum bodohmu itu.
"Ran,,, Maafkan aku, aku tak mengerti harus berbuat apa lagi, aku takut kembali kesisimu, aku takut membawa masalah yang lebih buruk dari ini.. kumohon jangan paksa aku untuk pergi! Karena aku tak ingin pergi! Tapi aku juga tak bisa berbuat apa- apa untuk melindungimu lebih jauh dari ini. Aku tak ingin kembali lagi kepada pria brengsek pembunuh ini." Hatiku terus bertanya-tanya dalam bimbang, aku terlalu kikuk dan takut untuk memutuskan masalahku.
Aku tak pernah mengerti, akankah hal ini dapat terjadi jika bukan dirimu..? Lihatlah luka ini, mungkin aku takkan pernah lupa dan takkan pernah bisa untuk melupakan apa yang memisahkan kita..
Kusandarkan diriku, dibawah telapak tanganmu, aku menangis dengan terisak-isak, aku tak mengerti harus mengungkapkan perasaan ini seperti apa.
"Ran, kuharap kamu segera bangun,, kumohon bangunlah.." Harapku sambil menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
High School Attack!
Science-Fiction-Update (Selasa or Jumat) -WARNING!!! : Mendidik. -Masukan ke library, biar gak ketinggalan up-nya. ------------------------------------ Mendidik Moral Bangsa .. Yang tidak punya mental, kudu baca! Yang punya mental, Wajib Baca!.. Memberantas Otak-o...