part 1

9.3K 438 10
                                    

Disaat senja yang baru menampakan sinarnya malu malu, samar samar terdengar langkah pelan seorang gadis. Lalu ia bersembunyi di balik tembok sambil sesekali melihat jam di pergelangan tangannya. Ia seperti sedang menunggu seseorang.
Tak lama kemudian pria yang sedari tadi di tunggunya akhirnya muncul. Gadis itu hanya mampu menatap pria yang sudah di sukainya sedari lama dalam diam. Ia tak cukup mempunyai keberanian walau hanya untuk sekedar menyapa. Jangankan menyapa, saat tak sengaja berjumpa pun rasanya sangat sulit untuk bernafas.

Matanya terus mengikuti pergerakan pria itu. Ia melihat dengan jelas pria yang ia sukai berjalan menghampiri gadis paling populer di sekolahnya. Siapa lagi kalau bukan haruno sakura. Ia cukup sadar diri, jika tak sebanding dengan sakura. Ia hanya gadis pendiam yang mungkin kehadirannya pun tak di sadari oleh penghuni konoha university.

Hinata pov

Aku merasa sangat lelah. Setibanya di rumah aku langsung melemparkan diriku ke atas ranjangku yang begitu menggoda untuk ditiduri ini. Saat aku akan memasuki alam mimpi samar samar kudengar pintu yang di ketuk. Aku heran tak biasanya ada orang rumah di siang hari. Biasanya tousan akan sibuk kerja dan pulang larut malam.

"Hinata kamu di dalam."

"Iya tou-san." Kulihat pintu kamarku terbuka tau-san masuk dan duduk di sampingku. Kulihat ia tersenyum samar sembari membelai lembut puncak kepalaku.

"Besok kamu sibuk tidak."

"Tidak memangnya kenapa tou-san?"

"Besok tou-san ingin mengenalkan mu pada anak teman tou-san. Kamu mau kan?"
Aku bingung. Inginnya ku tolak saja. Tapi melihat tatapan penuh permohonan aku tak tega rasanya. Mungkin karena aku tak terbiasa menolak permohonan orang lain akhirnya ku anggukan kepalaku. Melihatnya tou-san menampakan senyum kecil di wajahnya.

"Baiklah bersiaplah untuk besok. Kita akan pergi pukul tujuh malam. Sekarang lebih baik kamu istirahat."

Huft semoga esok tidak menjadi hari yang buruk.

*******

Sekarang sudah pukul 6 malam. Aku tengah bersiap untuk pergi bersama tou-san. Aku memakai gaun selutut berwarna ungu. Tak lupa aku merias tipis wajahku agar tidak terlihat pucat. Sekali lagi kutatap cermin melihat penampilanku. Kurasa tidak buruk. Kuhela nafasku perlahan. Entah mengapa perasaan gugup tiba tiba menjalar di hatiku. Bagaimana jika disana aku berbuat kesalahan dan mempermalukan tousan. Aku ini tipe perempuan pemalu. Bagaimana jika keluarga teman tou-san merasa bahwa aku perempuan yang membosankan. Lalu terdengar ketukan pada pintu kamarku. Ku hirup nafas sebanyak yang ku bisa. Kulangkah kan kaki ku keluar dari kamarku dan menemui tou-san. Ku lihat tou-san tersenyum dan mengulurkan tangannya padaku. Ku sambut uluran tangan tou-san dan berjalan menuju mobil. Di perjalanan hanya terjadi keheningan. Aku dan tou-san duduk berdua di belakang supir.

"Hinata kamu tak perlu gugup. Tou-san selalu berada di sampingmu. Lagipula tou-san rasa keluarga teman tou-san pasti akan menyukaimu."

Entah mengapa mendengar yang barusan tou-san katakan membuatku sedikit merasa tenang. Tak lama kami sampai di restoran tempat pertemuan dua keluarga.

"Atas nama uchiha fugaku." Tou-san mengatakan kepada resepsionis yang bertanya. Entah mengapa aku merasa familiar dengan nama itu. Mungkin hanya perasaanku saja.

"Baiklah mari saya antar tuan." Ucap seorang pelayan.

Aku dan tousan di antar oleh seorang pelayan menuju suatu tempat yang sudah di pesan terlebih dahulu oleh keluarga uchiha. Ketika sampai kulihat sepasang suami istri dan anak lelakinya. Sang suami dengan perawakan tegap dan masih terlihat guratan tampan di wajahnya. Dan seorang wanita yang terlihat masih sangat canti dan anggun di usianya yang sudah tak muda lagi. Dan kulihat seorang pria duduk membelakangi ku dengan rambut panjang yang sedikit di kuncir. Sayang sekali ia duduk membelakangi ku sehingga aku tak mampu nelihat wajahnya.

Kurasakan tangan tousan menggenggam lembut tanganku. Ia menuntunku untuk menghampiri keluarga uchiha. Dengan gugup kulangkahkan kakiku. Lalu pandanganku bertemu dengan wanita anggun itu. Wajahnya tampak berseri dan memeluk lembut diriku. Rasanya aku mengenal pelukan ini. Mungkin sudah lama aku tak merasakan perasaan membuncah dan terasa hangat seperti ini. Aku ingat betul perasaan ini. Perasaan saat ibu masih hidup dan selalu mendekapku dikala aku resah. Tak terasa setetes air mata meleleh di pelupuk mataku. Tiba tiba perempuan itu melepas pelukannya. Ia menatap mataku lalu menampakan wajah terkejutnya dan langsung mengusap air mataku.

"Ya tuhan hinata kamu kenapa? Apakah kaasan menyakitimu?"

Aku menangis. Demi tuhan aku merindukan saat dimana aku dengan bebas memanggil seseorang dengan sebutan kaasan saat kaasan masih hidup. Dan kini boleh kah aku berharap pada wanita di depan ku ini. Bolehkah aku terus memanggilnya kaasan.

"Kaa-san, boleh kah aku memanggilmu kaa-san?"

"Tentu sayang." Ucapnya dan kembali memelukku. Aku merasa tenang. Ia pun menuntunku duduk di sampingnya. Menggenggam lembut tangan ku dan memberikan senyum lembutnya padaku.

"Oh ya ini suamiku namanya uchiha fugaku. Panggil saja ia tousan seperti kamu memanggilku kaasan. Dan yang di depanmu anak ku namanya uchiha itachi." Ku alihkan wajahku pada uchiha itachi. Wajahnya tampan, ia  terlihat dewasa dan ramah secara bersamaan. Ia tersenyum padaku, akupun membalas senyumnya dengan senyum terbaik yang kupunya. Wajahnya mengingatkan ku pada seseorang. Lalu muncul waiters, kami pun memesan makanan.

"Dimana adikmu itachi dia sungguh keterlaluan jika sampai tak datang." Kaasan mikoto tampak sangat kesal.

"Mungkin sebentar lagi kaasan."

"Oh iya hinata berapa umur mu?"

"Sudah 20 tahun kaa-san."

"Benarkah? Kamu kuliah dimana?"

"Iya kaa-san. Di konoha university kaa-san."

"Wah berarti sama dong sama anak kaa-san. Ia pun bersekolah di sana sekarang sedang menempuh semester akhir loh. Nanti akan kaa-san kenalkan padanya hinata-chan."

Aku sedikit bingung. Bukankah barusan aku sudah di kenalkan dengan anak kaa-san mikoto ya. Ah mungkin kaa-san punya seorang anak lagi. Entahlah.

Tak lama kemudian makanan yang tadi di pesan datang. Kami makan dalam suasana hangat dan terlibat obrolan ringan mengenang masa lalu tousan dan tousan fugaku. Sesekali aku menimpali saat mereka bertanya mengenai ku.

Tiba tiba ada seorang pria yang berjalan menuju kemari. Aku merasa mengenalnya. Semakin dekat semakin aku yakin bahwa ia adalah......

Tbc
Maaf ini cerita pertamaku tentang sasuhina. Maaf banget kalau gaje. Typo juga bertebaran. Trus banyak salahnya juga. Mohon dukungannya. Vote dan komen. Terimakasih

Because youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang