Part XII

5.9K 363 33
                                    

Sasuke pov

"Baiklah sakura aku akan datang ke apartemenmu."

Ku kemudikan mobilku menuju apartemen sakura. Entah kenapa wajah hinata selalu tampak membayangiku. Aku memang tidak mencintainya. Tapi entah kenapa ada sedikit perasaan sakit ketika melihat wajah terlukanya. Tapi mau bagaimana lagi. Semalam sakura menelpon ia mengaku tengah mengandung anak ku. Bagaimanapun sebagai lelaki aku harus bertanggung jawab.

"Ya halo kaasan ada apa."
Terdengar suara isak tangis di sambungan telepon. Entah kenapa perasaan ku semakin tidak enak.

"Sasuke kemarilah nak hinata membutuhkan mu."

"Maaf kaasan tetapi sakura lebih membutuhkan ku, ia tengah mengandung darah daging ku."

"Kaasan mohon nak, jangan sampai kau menyesal nantinya."

"Maaf kaasan tapi aku tidak bisa." Kututup telepon secara sepihak.

Aku sampai di apartemen sakura. Ia menyambutku kedatangan ku.

*******

Hari ini entah kenapa tousan memanggilku ke kantor. Aku memasuki ruangan nya. Ku lihat wajahnya tampak datar. Aku tau ia kecewa padaku. Ia bahkan seperti tidak sudi memandangku.

Kulihat tousan memberikan sebuah map berwarna coklat. Kulihat isinya. Mataku membola terkejut buru buru kurubah ekspresiku.

"Bukankah itu yang kau mau. Melakukan perjanjian dengan hinata demi mendapatkan perusahaan. Sekarang ku berikan itu padamu."

"Tapi mengapa tousan."

"Sedari awal itu memang hak mu. Sekarang kau sudah mendapatkan nya kau bisa pergi sekarang. Dan jangan sekalipun kau mencoba mencari hinata dia sudah pergi. Kemarin ia kecelakaan dan membutuhkan mu tapi kau tak datang. Aku kecewa padamu. Jangan pernah kau muncul lagi di hadapanku."

"Baiklah ku harap kau tidak menyesal tousan membuang aku selaku anakmu hanya demi wanita sepertinya."

"Jaga bicaramu sasuke, kau tidak tau apapun sekarang pergilah dari hadapan ku."

Awas saja wanita itu gara gara dia aku di buang dari keluarga ku. Jika aku bertemu dengannya akan ku hancurkan wanita itu.


********

5 BULAN KEMUDIAN

Sudah 5 bulan kehidupan ku dengan sakura. Ia melayaniku dengan baik selayaknya istri yang sempurna. Hanya saja aku merasa kekosongan dalam kehidupan ku. Aku merasa ada yang salah. Selama ini aku belum menikah dengan sakura. Memang beberapa kali ia menanyakan bahkan memaksa ingin melangsungkan pernikahan denganku namun entah mengapa aku merasa ada sesuatu yang mencegahku. Bahkan perasaan ku pada sakura sudah tidak semenggebu dahulu. Malah terkadang aku memikirkan wanita itu. Bagaimana kabarnya sekarang. Ingin aku mencari keberadaannya tapi karena gengsi ku yang terlalu tinggi keinginanku itu hanya menjadi angan semata.

Kandungan sakura sudah menginjak 9 bulan. Tinggal menghitung hari mendekati kelahiran. Tapi setiap aku menyentuh perutnya, aku tidak merasakan perasaan menggetar yang biasa dirasakan para calon ayah. Bahkan perasaan ingin membelainya pun tidak ada.

"Sasuke sakit."

Aku seketika tersadar saat mendengar rintihan kesakitan sakura. Aku langsung membawanya ke rumah sakit.

Sekarang disini lah aku menunggu proses persalinan sakura. Suster membawaku masuk ke dalam untuk menemani sakura. Sakura terus menggenggam tangaku.

Oek oek

Dokter memberikan bayi itu padaku. Aku terkejut karena rambutnya berwarna putih bukan hitam seperti para uchiha lainnya. Dan saat kelopak matanya terbuka tangan ku bergetar dengan hebat. Ku yakin dia bukan uchiha karena setiap uchiha pasti memiliki bintik hitam di matanya.

Segera kuberikan bayi itu pada dokter dan tanpa sepengetahuan sakura aku melakukan tes DNA dengan bayi itu.

Kulihat sakura tersenyum lemah padaku.

"Bagaimana sasuke apa bayi kita tampan."

"Hn."

"Apa kau tidak senang sasuke."

"Sudahlah sebaiknya kau istirahat."

"Baiklah."

Aku keluar dari ruangan sakura.

Keesokan harinya aku menemui dokter dan menerima surat keterangan tes DNA.

Sialan sakura berani beraninya dia membohongi ku.

"Sialan berani beraninya kau menipuku anak siapa itu hah! Dia bukan darah dagingku."

"Dia anak mu sasuke kenapa kau berkata seperti itu?"

"Kau tidak perlu mengelak lagi aku sudah memiliki buktinya!"

Kuperlihatkan bukti tes DNA padanya. Sakura menangis sembari memohon mohon padaku. Aku sudah tidak peduli aku benci pada pembohong. Karenanya aku kehilangan hinata. Hinata dimana dirimu sayang. Maafkan aku karena baru menyadari perasaanku padamu. Maaf karena selalu menyakitimu. Aku harus mencari hinata bagaimanapun caranya.

Tbc. Maaf ya yang kecewa sama chapter kemarin sekarang aku kasih kelanjutannya. Makasih buat yang udah nyempetin baca ngevote dan komen. Kalian adalah penyemangatku buat nyelesain cerita ini. Maaf masih banyak typo.

Because youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang