Sasuke pov
Aku tidak menyerah meski mengetahui hinata sedang mengandung anak pria lain. Ku rasa aku tidak bisa hidup tanpanya. Menurut detektif yang ku sewa, hinata belum menikah sampai saat ini. Ini membawa secercah harapan untukku. Aku memang berharap ia mengandung darah dagingku tapi aku sadar itu takkan pernah terjadi. Bahkan aku dan hinata tidak pernah tidur bersama.
Aku memerintahkan semua bawahanku mencari keberadaan hinata di sekitar tempat kami terakhir bertemu bahkan memperluas pencarian sampai keluar kota.
"Apa kau telah menemukannya."
"...."
"Baiklah terimakasih atas infonya."
Aku bergegas menuju tempat yang diduga menjadi tempat persembunyian hinata selama ini.
******
Aku sampai di sebuah rumah yang walau terlihat kecil tapi tempat ini terlihat terawat dengan baik. Setelah menormalkan debaran jantungku aku mengetuk pintu itu.
Harap harap cemas semoga memang benar hinata ada di sini.
Cklek
Pintu terbuka. Kulihat itu benar benar hinata. Kutahan pintu itu saat dengan terburu buru hinata berusaha menutupnya kembali.
"Kumohon hinata dengarkan aku, kita perlu bicara."
"Tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, semuanya sudah selesai. Bukankah ini yang kau inginkan selama ini, menghilangnya diriku dari kehidupanmu."
"Tunggu hinata, ini tidak seperti yang ada dipikiranmu aku membutuhkanmu hinata."
"Apalagi yang kau butuhkan sasuke, bukankah perusahaan sudah berada di tanganmu sekarang."
"Kumohon dengarkan aku, aku mencintaimu."
Hinata melemas seketika mendengar ucapan sasuke. Melihat kesempatan yang ada buru buru sasuke membuka pintu itu dan masuk ke dalam. Menggenggam tangan hinata menuntunnya duduk untuk mendengar penjelasannya.
"Kumohon hinata beri aku kesempatan. Setelah kepergianmu aku sadar bahwa sebenarnya kau lah yang ku cintai hinata. Aku menutup segala perasaan yang tumbuh dihatiku untukku. Karena saat itu yang ku tau sakura sedang mengandung anakku bagaimana mungkin aku mencintai perempuan lain. Namun semakin aku menekan perasaanku padamu perasaan itu malah semakin membesar dan aku tidak bisa mencegahnya lagi hinata. Aku benar benar mencintaimu. Kumohon beri aku kesempatan. Bukankah saat itu akupun memberimu kesempatan hinata."
Tak ada sautan dari hinata. Ia hanya terdiam menatap kosong ke depan.
"Tatap aku hinata lihatlah mataku. Hanya ada dirimu di hatiku kini. Aku akan membuktikan rasa cintaku ini padamu. Maka berikanlah aku kesempatan untuk membuktikannya."
Hinata menatap mata sasuke namun mulutnya masih terkunci rapat. Tak sepatah katapun keluar dari mulutnya.
"Kumohon hinata biarlah aku yang mengejarmu kau hanya perlu diam melihat dan merasakan ketulusanku hinata. Bahkan aku akan menerima anak yang kau kandung hinata."
"Hn."
Aku lega mendengar suaranya. Meski hanya sebuah gumaman namun aku bertekad mulai saat ini aku akan berusaha membuatmu bahagia hinata dan tak akan pernah melepas mun lagi.
********
Aku tak pernah membayangkan hidupku akan sebahagia ini. Tidur dengan adanya hinata disampingku. Walau terkesan biasa saja namun terasa menyenangkan bagiku. Aku menyesal kenapa tidak dari dulu aku belajar mencintainya.
Kuusap perlahan perut buncitnya. Terasa getaran aneh yang kadang akupun tak tau apa artinya itu. Kadang aku bertanya mengapa kehamilan hinata sudah sebesar ini. Jika diperhitungkan kemungkinan hinata telah mengandung sejak masih bersamaku. Pria mana yang telah menghamilinya. Namun untuk membahasnyapun aku tak sanggup. Aku takut hinata akan meninggalkanku lagi. Jadi biarlah seperti ini saja.
Perlahan kantuk menderaku, menyambut bersama mimpi yang menelanku dalam kegelapan yang membuatku tersenyum sebelum aku benar benar terlelap.
*****
Kugerakan jariku menuju hidungnya menyentuh pipinya yang terus menggodaku untuk menggigitnya. Ku kecup kedua matanya bergantian.
"Bangunlah hime aku telah membuatkan mu sarapan."
Pemandangan hinata tertidur dipagi hari sungguh indah. Ingin aku kembali bergelung bersama hinata memeluknya sampai siang. Namun aku sadar hinata membutuhkan energi untuk bayinya. Aku mengecup dan menggesekan hidungku di perut hinata. Hinata menggeliat mungkin karena geli atas apa yang kulakukan. Tiba tiba terasa sebuah sentakan dari dalam perut hinata. Aku mematung menampilkan wajah terkejutku.
"Ugh kurasa ia menendang sasuke-kun."
"Be-benarkah." Entahlah mengapa aku berubah menjadi gagap seperti ini. Mungkin aku masih terkejut, merasa takjub dengan apa yang kurasa barusan.
"Bolehkah aku menyentuhnya lagi hinata."
"Hn."
Aku mengusap lembut perut hinata. Lagi lagi kurasa sebuah tendangan, kulihat hinata sedikit meringis. Aku merasa khawatir melihatnya.
"Apa itu sakit hinata."
"Sedikit, tapi itu menyenangkan saat aku dapat merasakan tendangannya."
Kudekatkan telingaku pada perut hinata setelahnya kukecup kembali perutnya.
"Hai jagoan ini ayah, apa kau sudah tidak bersabar untuk bertemu denganku. Tenanglah didalam jangan menyakiti ibu mu jagoan."
Kulihat mata hinata berkaca kaca.
"Hime mengapa kau menangis, apa aku menyakitimu sayang." Kukecup jemarinya, mengusapnya perlahan.
"Entahlah semenjak hamil aku jadi begitu cengeng."
"Baiklah lebih baik sekarang kau makan hime, kau butuh banyak tenaga untukmu dan anak kita."
"Hn."
Tbc
Akhirnya bisa lanjut juga. Jangan lupa baca cerita ku pairing nya tetep sasuhina ko judulnya fault
Itu cerita oneshoot pertamaku mohon dukungannyamohon vote dan komen terimakasih 😊 typo bertebaran
KAMU SEDANG MEMBACA
Because you
FanfictionBagaimana jadinya jika hinata yang diam diam mencintai sasuke tiba tiba dijodohkan oleh orang tuanya dengan sasuke. Lalu ia di hadapkan dengan sebuah kesepakatan yang ia buat dengan sasuke hingga ia harus tinggal satu atap dengan sang pujaan hati. M...