Kyaaaa otak saya semakin jahat. Aku bikin Hinata nya menderita banget ... gomeeennn
Oh iyaa makasih buat dukungan kalian agar saya melanjutkan fict ini.
Desclaimer @ Masashi Kishimoto
Happy Reading....
"Arrgghhh...."
Teriakan itu membangunkan tidur singkat Deidara.
"Dei, panggil si bodoh itu kemari. Cepat!" Mendengar teriakan dari sepupu bodohnya itu Deidara segera memerintahkan salah seorang disana yang merupakan mantan dokter untuk segera menuju ke kamar dimana Naruto dan Hinata berada.
"Ugghh.. "
*Tuhan, Jika tak tersedia untukku akan seteguk air Surga dan secangkir kebahagiaan. Kumohon berikanlah semua yang terbaik untuk orang yang kusayang...*
"Saya tuan?"
"Apa bayinya sudah mati?"
Hinata yang mendengarnya pun menggeleng keras. Ia berusaha mundur menjauhi laki-laki yang akan memeriksa bayinya. Ia tahu dengan jelas bayinya masih hidup. Satu-satunya alasan kesadarannya masih bertahan hingga sekarang. Tapi bayinya semakin lemah. Gerakannya hanya sesekali ia rasakan.
Sasuke-kun. Selamatkan bayi kita...
"B-Bayinya masih h-hidup, Tuan" katanya takut.
"Siaall .. aku sudah bosan. Bunuh saja bayi itu!" Seru Naruto kasar.
"Tidakk kkhh" Hinata mencoba mengelak.
Kemudian pria yang diperintahkan Naruto untuk membunuh bayi itu pun mulai mendekati Hinata. Mencoba membuka lebar kedua kaki sang Wanita. Namun belum sempat ia menyentuh kaki mulus nan indah meski berhiaskan darah tersebut. Dirinya tiba-tiba sudah menghantam kerasnya dinding dengan sudur bibir terkoyak akibat tinjuan si Boss.
"Apa yang kau fikirkan, Brengsek? Hanya aku yang boleh melihatnya. Keluaarrr!" Naruto semakin hilang kendali. Ia sudah tidak sabar menggantikan Bayi Sasuke dengan Bayinya. Ya, ia ingin Hinata mengandung anaknya. Buah cinta mereka berdua.
Sedangkan si pria yang dihajar habis-habisan oleh Naruto pun bergegas meninggalkan kamar.
Ketika ia rasa amarahnya sedikit mereda. Ia kembali menatap Hinata dengan sayang. Senyuman lembut ia berikan agar Hinata lebih tenang. Ia melangkah mendekat. Menunduk menumpukkan keningnya pada kening Hinata.
Dapat ia dengar Hinata yang memohon dan terus menangis agar dilepaskan. Namun ia tak mengindahkannya.
Hasratnya sebagai seorang lelaki berada di puncak. Ia berniat memperkosa Hinata meski Bayi itu belum lahir.
Teriakan kesakitan Hinata begitu lirih hingga hanya Naruto saja yang berada sangat dekat dengannya yang mampu mendengarnya.
Hinata merasakan Bayinya kesulitan bergerak sebab perut bagian atas Ibunya ditindih oleh badan kekar milik Naruto. Dan sesuatu di bawah sana mencoba memasukinya. Hinata tak dapat berbuat banyak. Namun ia jelas berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri.
Sedang tali yang mengikat kuat di area perutnya masih bertahan ditambah dengan beban tubuh Naruto yang berada di atasnya. Ia semakin kehabisan nafas. Bayinya harus selamat. Anaknya... darah dagingnya harus tetap Hidup.
"Engghh..." Hingga akhirnya Hinata kehilangan kesadarannya setelah merasakan sesuatu yang hangat dan banyak memasuki area pribadinya menuju ke dalam rahim yang masih berisi Bayinya dan Sasuke. Saat itu juga ia merasa telah mengkhianati Sasuke.

KAMU SEDANG MEMBACA
IF
Fiksi PenggemarSerpihan kisah masa lalu. Asam, manis nya cinta kita. orang bilang "Tanpa adanya masa lalu, masa depan takkan terbentuk" . Lalu, masa depan seperti apa yang akan kita miliki? Sasuke-kun...