Hari yang selalu paling ku tunggu setiap minggu akhirnya datang. Iya, hari Sabtu. Bukan sekedar karena libur, atau weekend, tapi karena hanya hari Sabtu aku bisa bertemu dengannya secara langsung.
Brian Atmadja Dirgantara.
Namanya ganteng, ya? Orangnya juga. Cuma kadang tingkahnya gak sesuai aja sama namanya.
Aku mengenakan kaos merchandise band kesukaanku yang dimasukkan ke dalam celana jeans berwarna biru muda kesayanganku.
Mungkin kalian pikir aku sedang mengenakan kaos Enamhari, tapi bukan itu yang sedang aku pakai. Karena aku masih nabung untuk beli kaos mereka, gak mau kalau Brian yang beliin. Dia juga gak mau beliin.
"Masa akunya keluarin uang buat beli merchandise band sendiri?" katanya waktu aku becanda minta dibeliin kaos Enamhari.
Handphone-ku berdering saat aku sedang mengenakan sedikit lip tint merah jambu ke bibirku.
"Halo." sapaku.
"Sudah siap?" tanyanya. Bahkan dia gak pernah membalas sapaku di telpon. Katanya buang-buang pulsa untuk sepersekian detik.
"Sebentar lagi. Masuk dulu, gih."
"Okay. Jangan lama-lama, ya. Gak usah cantik-cantik. Nanti aku repot." jawabnya dengan sedikit tertawa dan langsung menutup telponnya.
Ini lah bapak ibu, alasan saya tidak pernah menggunakan blush on. Kata-kata dari pacar saya sudah jadi blush on alami untuk saya. Bagus deh saya jadi hemat kan, uang buat beli make up bisa dipakai untuk beli yang lain.
Dari bawah terdengar suara pintu dibuka dan tawa dari Mama. Pasti Brian sudah masuk dan lagi gombalin Mama. Ah, cowok yang satu ini emang paling jago dekat sama cewek, dari pertama kali kenal sama kakak perempuanku aja langsung akrab.
"Enak ya, jadi cowoknya Cici." katanya saat pertama kali kenalan dengan kakakku. Iya, kami memanggil kakak perempuan dengan sebutan Cici.
"Emang kenapa, Bri?" jawab kakakku.
"Iya, tiap jalan selalu pakai baju bagus, make up-an, rambut dirapihin. Bener-bener ngasih vibe 'gila, ini beneran cewek gue?'. Gak kayak si Vita, tuh. Kayaknya dia ketularan aku deh, kalo mau jalan seenak-enaknya dia aja, pake kaos oblong, celana jeans, rambut gak disisir, gak bisa make up lagi."
Memang tingkah dia gak seganteng namanya kalau udah jadi pacar.
Aku turun ke bawah dan mendatangi Brian dan Mama yang sedang mengobrol di sofa sambil menonton TV. Sebelum sempat aku sapa, Brian melihat ke arahku sambil tersenyum.
"Udah siap?" tanyanya.
Aku mengangguk sambil tersenyum. Lalu kami pamit dengan Mama dan memasuki mobil Brian.
"Jadi kita mau kemana hari ini, ibu?"
"Mau ke Ice cream shop, pak. Saya bayarnya pake go-pay ya."
"Haduh, turun lagi jabatan gue. Dari supir pribadi, jadi supir taxi online."
Aku terkekeh. Dia juga. Ah, ambyar aku lihat dia ketawa. Gak sih, lihat dia senyum aja aku udah ambyar.
"Aku tadi udah lihat Ice cream shop apa yang kira-kira enak untuk kita datengin hari ini!" katanya sambil terus memamerkan giginya.
Dia bilang, kali ini dia mau pilih tempat untuk kami datangi. Katanya sekali-sekali jangan aku terus yang pilih tempat. Padahal kayaknya dia lebih sering pilih tempat daripada aku.
"Asal murah aku mah ayo aja." jawabku.
"Tenang."
"Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
saturdate(s)
FanfictionSedikit cerita mengenai satu hari di setiap minggu yang dihabiskan bersama seorang Brian Atmadja Dirgantara.