Limit

2.1K 325 28
                                    

Selalu ada limit dalam segala hal. Begitu pula dalam diri seseorang. Baik itu limit dalam kesabarannya, kemampuannya, bahkan perasaan, dan masih banyak lagi. Dan saat ini, Brian berada pada titik limitnya. Maaf. Maksudku, aku dan Brian, kami berada pada titik limit kami.

Sudah berminggu-minggu kami tidak bertemu dan itu semata-mata hanya karena kesibukkan kuliahku. Dengan tugas, laporan, serta presentasi yang menumpuk ditambah lagi dengan acara-acara kampus yang semakin mendekat. Semua itu menambah durasi waktuku berkutat di depan laptop dan sering kali membuatku melupakan hal-hal lain selain tugas-tugasku. Tidak lupa juga dengan tugasku sebagai pengurus senat mahasiswa dan asistensi yang selalu menguras 'waktu kosong'ku. Dan hal itu membuat puluhan bahkan ratusan chat ku biarkan tertimbun karena terlalu malas untuk membuka dan membalas pesan-pesan itu. Kecuali memang pesan itu mengenai tugas kelompokku.

Dan tentu saja hal itu juga membuat chat dari Brian bernasib sama. Aku yang sering menunda untuk membalas pesannya, membuat percakapan kami semakin hari semakin pendek. Saat ditelpon pun sering kali aku kehilangan fokusku pada suaranya karena terlalu fokus menyelesaikan tugas-tugasku.

"Vita?" panggilnya di telpon setelah dia sadar aku tidak menggubrisnya yang sedaritadi terus berbicara.

"Hm?" jawabku saat kembali fokus pada suaranya setelah sedaritadi merevisi anggaran pada proposal acara yang telah naik kepadaku.

"Jadi gimana?"

"Ah, apanya yang gimana? Sorry, Bri. Aku habis benerin anggaran."

Dia terdiam sesaat, "Daritadi aku ngomong kamu denger gak?"

Aku terdiam, "de-denger....."

Dia menghelakan nafas di ujung sana, "Kamu tuh gak pinter bohong, Vit."

Aku menelan ludah, "Maaf....aku-"

"Gak apa-apa."

Sunyi mengisi jarak di antara kami untuk beberapa saat, sebelum dia mulai kembali bersuara.

"Revisi lagi?"

"Iya. Belum disetujui katanya masih bisa ditekan ini dananya."

"Bukannya kemarin kata kamu sudah ditekan habis-habisan?"

"Iya, tapi anak-anak dananya emang kurang banget kerjanya. Sponsor belum dapat, padahal acara bentar lagi. Kayaknya Sabtu ini aku gak balik lagi, deh. Mau bantu anak-anak datangi sponsor."

"Berarti kamu gak bisa ikut dong nanti weekend?"

"Ikut apa?"

Dia kembali menghelakan nafas, "Tadi aku ajak kamu ikut aku sama Sheila sama Juan mau ke Bandung. Si Sheila mau cari referensi untuk tugasnya."

"Oh...."

"Jadi gak bisa?"

"I-iya, gak bisa...."

"Vit, kita sudah berapa lama gak ketemu?"

Aku menelan ludah, "Berapa minggu ya......?"

"Kamu pernah buka history chat kita gak sih?"

Aku terdiam.

"Aku ngerti kamu sibuk. Tapi masa gak bisa sekedar kabarin aku kalau kamu ngilang."

"Iya, Bri. Maa-"

"Aku tahu urusan kamu penting. Gak kayak aku."

"Bri, apa si-"

"Tapi kan kamu penting untuk aku, Vit. Kalau kamu gak kabarin kayak gini aku juga khawatir."

saturdate(s)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang