Malam minggu yang jatuh pada hari ke-364 untuk aku dan Brian. Dia datang ke rumahku, dengan sekantung makanan apa juga aku tidak tahu.
"Ngapain ke sini bawa makanan jam segini?" tanyaku mengingat saat itu sudah hampir pukul 11 di malam hari.
"Gapapa. Emang gak boleh?" tanyanya.
"Ya....gapapa, sih...." jawabku sambil menggaruk tengkukku yang tidak gatal sama sekali, "tapi kenapa gak bilang-bilang? Kan, kemaren janjiannya ketemu besok sekalian?"
"Ya....aku bosen di rumah. Lagian anak-anak lain tadi abis latihan pada ada acara sendiri-sendiri. Kan, aku enggak."
Aku menganggukkan kepala sambil mempersilakan dia memasukki rumahku. Walaupun masih bingung juga kenapa dia harus banget datang ke sini, jam segini, cuma untuk makan karena dia bosan di rumahnya? Kadang aku gak ngerti sama jalan pikir anak ini.
"Malam, Om, Tante. Maaf ganggu, ya." sapanya penuh senyum ke ayah dan ibuku yang masih berbincang di meja makan.
"Eh, tumben dateng jam segini," balas Mama sambil melirik ke arahku, yang kujawab dengan gerakan mulut mengatakan sumpah, aku gak tau dia dateng.
"Om sama Tante udah kelar makan, ya?" tanyanya.
Rasanya ingin aku teriaki, "YA MENURUT NGANA? INI UDAH JAM BERAPA?!" tapi tentu tidak kulakukan.
"Udah. Tadi si Diana sama Ara coba-coba masak buat kita makan malam." jelas Papa, padahal pertanyaannya sekadar apa mereka sudah makan atau belum. Penjelasan makan apa kan gak perlu. Lihat aja, pasti habis ini–
"Diana sama Ci Ara doang yang masak? Kok, kamu enggak? Takut bikin gosong, ya?" tanya Brian kepadaku, di depan orangtuaku.
Kan.
Apa aku bilang.
Bahkan belum sempat ku bilang, dia udah beneran tanya begitu.
"Enak aja! Aku-"
"Vit, siapin piring, dong. Masa si Brian disuruh makan pake kertas bungkusan gitu." perintah Mama.
Aku hanya memutar kedua bola mataku dan beranjak ke dapur untuk mengambilkan peralatan makan. Sekembalinya aku ke meja makan, hanya tersisa Brian di sana. Aku memberikan piring dan sendok garpu kepadanya sambil melihat ke sekeliling. Ini Papa Mama kemana sih?
"Papa Mama kamu naik." jawabnya.
Aku melihat ke arahnya lalu duduk di sebelahnya, "oh, balik ke kamar."
Dia menjilati sambal yang tidak sengaja tersentuh jarinya saat dia memindahkan makanannya ke atas piring, lalu melihat ke arahku, "mau?"
"Kamu tawarin aku sambel?"
"Ya, makanannya lah. Bukan sambel doang."
Aku terkekeh dan menggelengkan kepala, "makan sendiri aja. Laper kan lo."
Dia tertawa dan mulai menyendokkan makanannya, "selamat makan."
Aku menganggukkan kepala sebelum kembali berdiri mengambil air untuknya, "Papa Mama kamu emang gak di rumah?"
"Kondangan."
Aku meletakkan air di sebelah piringnya dan mengerutkan dahi, "kenapa gak ikut?"
"Males."
"Emang belom balik? Kan, udah malem."
Dia menggelengkan kepala, "kamu kayak gak pernah kondangan aja, deh. Ke kondangan kan lama, apa lagi sekarang Jakarta macet banget."
Aku hanya mengangguk-anggukkan kepala lalu kembali melihat dia yang asik melahap nasi ayam gepreknya. Dia menyendokkan makanannya dan mengarahkannya kepadaku, "buka mulutnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
saturdate(s)
FanfictionSedikit cerita mengenai satu hari di setiap minggu yang dihabiskan bersama seorang Brian Atmadja Dirgantara.