Manggung

5.7K 684 110
                                    

Aku sudah pernah bilang kan kalau Brian adalah anak band? Memang bukan band besar, tapi setidaknya Enamhari beberapa kali diminta mengisi acara di berbagai kampus. Dan hari ini adalah pertama kalinya aku menonton mereka secara langsung sebagai opening act acara kampusku. Iya, kampusku!

Aku yang masih di kosan bersiap-siap dengan perasaan yang campur aduk.

Bagaimana kalau nanti orang-orang gak suka penampilan mereka? Aku tahu betul mereka sudah berlatih dengan keras untuk tampil sore ini.

Bagaimana kalau nanti Sinar nangis sambil nyanyiin lagu yang ditulis untuk mantannya? Kenapa juga mereka mau bawain lagu itu?

Bagaimana kalau nanti Jae malah nari-nari gak jelas di atas panggung seperti yang sering dia lakukan saat latihan?

Bagaimana kalau nanti Warsa lupa lirik pas di panggung?

Bagaimana kalau Dewa gebuk drum kekencengan sampe rusak kayak pas manggung terakhir?

Bagaimana kalau nanti cewek-cewek pada genit sama Brian?

Yang paling bikin perasaan campur aduk, ya jelas yang terakhir.

Lamunanku dihancurkan dengan suara ketukan dari jendela kamar kosku. Aku langsung membuka gorden jendelaku dan mendapatkan Brian berdiri di depan jendela dengan senyumannya sambil melambaikan tangannya. Darimana juga dia tau alamat kosku? Kan, aku baru pindah tiga bulan yang lalu dan dia belum pernah ke sini.

Aku membuka jendela kamarku, "Kok kamu di sini? Gak latihan?" tanyaku.

"Kan sudah check sound, ini baru kelar. Kamu pasti gak buka hp ya? Aku sudah kasih tahu padahal." dia pura-pura cemberut.

Aku langsung mencari hpku. Notifikasi pesannya baru masuk.

"Sinyal wi-fi kosanku lagi jelek banget, Bri. Lihat nih, baru masuk." kataku sambil menunjukkan hpku.

"Terus aku gak ditawarin masuk gitu?"

Aku terkekeh lalu berlari keluar kamar untuk membukakannya pintu. Untuk sekedar informasi, kamarku berada tepat di sebelah pintu masuk kos. Jadi jendela yang terlihat dari depan kos adalah jendela kamarku.

"Kok kamu tahu alamat kosku? Tahu aja lagi kamarku yang mana. Kan aku belum kasih tahu."

"Nanya ke panitia acaranya tadi. Tanyanya cowok kok. Siapa namanya tadi? Kelvin?"

"Oh, Kelvin. Dia cuma beda tiga blok tuh dari aku kosnya."

"Gak sering pulang bareng dia, kan?"

"Kalau sering kenapa?"

"Ya, aku cemburu."

Aku menahan geli dalam perutku mendengarnya. Kenapa sih dia bisa selepas itu ngomong begitu?

"Nanti sore kamu dateng, kan?"

"Ya masa enggak? Orang aku yang rekomendasiin Enamhari ke panitianya."

Dia tersenyum sambil menunduk, "Ah, aku jadi campur aduk gini. Kalau nanti aku bikin malu kamu karena anak-anak kampus kamu pada gak suka sama kita gimana?"

"Ya udah saingan aku gak nambah."

"Saingan apa?"

"Saingan kamu."

"Coba diulang?"

"Aku mau siap-siap." aku langsung berdiri berjalan ke kamarku sambil menahan malu.

Brian masih duduk di sana sambil tertawa melihatku yang kabur begitu saja.

Aku masuk ke kamar sambil menghujat diriku sendiri. Rasanya sangat amat teramat malu mengingat kata-kata yang telah keluar dari mulutku tadi. Aku langsung cepat-cepat bersiap-siap dan memasukkan dompet serta power bank ke dalam tas selempangku lalu kembali keluar.

saturdate(s)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang