J

1.7K 255 35
                                    

Satu hal yang sedikit mengganggu gue dari Mama adalah setiap kali dia menanyakan mengenai hubungan percintaan gue. Baik yang secara halus, mau pun secara blak-blakan pertanyaannya.

"Kamu gak ada dekat sama cewek gitu, Je?"

"Antar Mama arisan, ya? Nanti juga ada anaknya teman Mama, kok. Ada satu cewek seumuran kamu, baru pulang dari kuliah di Jerman. Hebat, ya? Nanti kenalan, ya?"

"Itu siapa, Je? Yang tadi sapa kamu di gereja? Temen? Apa bukan?"

"Je, Mama daftarin ikut camp gereja, ya? Bagus, loh. Bisa kenalan sama orang-orang baru. Siapa tahu ketemu jodoh."

"Kamu kalau perform yang nonton cewek-cewek, dong? Gak ada gitu yang pas kamu lihat dari panggung kayaknya menarik perhatian kamu?"

"Je, Alika apa kabar? Kalian masih contact satu sama lain, kan? Dia bantu banyak, loh, waktu kamu skripsi."

Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan seperti itu yang sejujurnya mengganggu bagi gue. Tapi sebagai anak, gue cuma bisa senyum dan jawab Mama dengan, "Ma, Jeje lagi gak mau pacaran atau kenalan sama siapa-siapa dulu. Gak ada gebetan juga. Jeje lagi mau fokus ke hidup Jeje sendiri."

Mama juga sepertinya sudah terbiasa dengan jawaban gue itu. Tapi sepertinya dia juga sudah lelah mendengar jawaban gue yang seperti itu. Makanya terjadi perbincangan seperti ini di antara gue dan Mama beberapa hari yang lalu.

"Je, gimana kerjaan?" tanyanya sambil mengoleskan mentega ke roti.

Gue yang duduk di sebrangnya langsung mengangkat kepala dari layar hand phone, "baik-baik aja, kok, Ma. Ini, aku baru dapat project baru."

Dia tersenyum sambil menganggukkan kepala, "jadi dari tadi lihatin hand phone karena dapat project baru?"

Gue nyengir, "iya, Ma. Baru banget dikasih tahu."

"Kirain Mama, kamu lagi chat sama cewek."

Gue tersenyum tipis, "cewek yang chat sama aku cuma Cici sama Mama kayaknya."

Dia menghelakan nafas, masih sambil tersenyum, "masa gak ada, sih? Cewek yang dekat sama kamu?"

Gue terkekeh, "cewek yang dekat sama aku sekarang mah ceweknya Brian sama Warsa, tuh. Suka nanyain soal cowok-cowoknya kalau mereka gak ada kabar."

"Kapan mereka yang ada di posisi kamu, Je?"

"Hah?"

"Iya. Kapan mereka yang di-chat sama cewek kamu nanyain soal kamu kalau kamu gak ada kabar?"

Lagi-lagi gue cuma bisa tersenyum, "Jeje mau fokus kerja dulu, Ma. Mau nabung. Gak mau mikir soal cewek dulu."

Dia meletakkan rotinya di atas piring dan menatap lurus ke mata gue, "kamu nabung untuk apa?"

"Ya, untuk masa depan aku. Untuk bantu Mama Papa bayar kebutuhan rumah."

Dia tersenyum, "Papa Mama gak akan selalu sama kamu, Je. Suatu hari nanti, entah kita yang tinggalin kamu, atau kamu yang tinggalin kita duluan."

"Ma, Jeje masih panjang umurnya. Tenang aja, Jeje gak bakal tinggalin Papa Mama duluan."

Mama terkekeh, "maksud Mama kamu tinggalin kita itu ya kamu yang berkeluarga, Je. Kalau kamu udah berkeluarga, kamu punya tanggung jawab untuk urusin keluarga kamu."

"Masih lama."

"Je, Mama bukannya mau kamu cepat-cepat tinggalin Mama. Tapi apa salahnya kamu coba kenalan atau dekat sama cewek gitu sekarang? Bentar lagi kamu tambah tua, loh."

saturdate(s)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang