Valentine

2.8K 405 10
                                    

Karena kesibukkan aku dan Brian yang sangat tidak terkontrol, kami terpaksa 'merayakan' hari Valentine sepuluh hari setelah hari Valentine.

Kalau kalian pikir kami akan menghabiskan waktu di rumah makan dengan harga yang membuat dompetku (iya, dompetku saja, dompet Brian tidak) menangis, kalian salah besar.

Kami sudah belajar dari pengalaman yang telah kami lalui sebelum kami resmi berpacaran. Saat itu Brian mengajakku pergi tanpa memberitahu kemana tujuan kami. Aku, yang hari itu memakai sebuah turtleneck dengan rok yang ku pinjam dari kakakku karena sudah di-request untuk tidak memakai kaos oblong dan celana jeans, hanya bisa diam duduk di tempat melihat ke daftar menu yang terpampang di depan wajahku. Melihat harganya saja aku sudah kenyang. Ditambah lagi saat pesanan kami datang dengan porsi yang sangat tidak sepadan dengan uang yang kami keluarkan, rasanya aku ingin menghujat Brian yang mengajakku ke tempat itu. Maka dari itu bisa dibilang sangat jarang kami makan di tempat seperti itu. Kecuali memang sudah pasti harga dan makanannya sepadan, itu beda cerita.

Kali ini aku hanya duduk di mobil memakai kaos dan culotte selututku sambil memutar lagu di mobil Brian dari handphoneku.

"Kita mau kemana, sih?" tanyaku sambil masih memperhatikan handphoneku.

"Angkringan." jawabnya santai sambil mengemudikan mobilnya.

Aku langsung mengangkat kepalaku dan melihat ke arahnya, "serius?"

Dia melihat ke arahku sebentar sebelum kembali melihat ke jalanan di depannya, "kamu gak mau?"

"MAUUUU." aku tersenyum lebar. Gimana, ya? Aku belum dikasih uang jajan, kalau makan di angkringan kan murah hehe hehehe.

Dia hanya tertawa melihat responku, "serius mau? Padahal aku mau bawa ke tenda seafood kalau gak mau."

"Eh, seafood juga gak apa-apa." jawabku masih sambil tersenyum. Tenda seafood langganan kami itu memang harganya terjangkau dan rasanya enak. Porsinya? Jangan tanya deh. Kecuali Brian, kayaknya semua orang makan satu porsi nasinya sudah kekenyangan.

"Jadi seafood atau angkringan?"

"Seafood!"

"Siap, bos!" 

Perjalanan kami habiskan dengan mengobrol, Brian protes soal lagu yang ku putar, dan karaoke dadakan dalam mobil itu. Sesampainya di tenda seafood langganan itu, Brian memarkirkan mobilnya dan kami memasukki tenda itu.

"Pesan apa?" tanyanya.

"Kayak biasa." jawabku singkat.

"Mas, nasi dua, cumi goreng tepung satu, udang rebus satu, kerang mau gak?"

"Hm...boleh."

"Kerang dara satu, sama kangkung satu. Minumnya es teh dua."

Mas-mas tadi mencatat pesanan kami lalu menunjuk salah satu meja kosong untuk kami tempati. Setelah itu kami mengucapkan terima kasih dan berjalan ke meja yang sudah ditunjuk tadi.

"Mana coklat untuk aku?" tanyanya sambil mengulurkan tangannya.

"Gak ada. Udah aku makan." jawabku sambil memukul tangannya dengan bercanda.

"Ya udah, yang buat kamu juga aku makan nanti." jawabnya sambil menggenggam tanganku yang tadi memukul tangannya itu.

"Itu pipi nanti tambah gede, loh." jawabku sambil menunjuk pipinya yang akhir-akhir ini semakin menggemaskan. Tidak, aku tidak protes mengenai hal itu. Karena bagiku, hal itu menunjukkan bagaimana dia masih ingat untuk makan dan menjaga kesehatannya di tengah-tengah kesibukannya sebagai mahasiswa dan anak band.

saturdate(s)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang