Kalau aku pernah bilang Jae adalah anak paling menyebalkan di Enamhari, maaf. Aku tarik kembali pernyataan itu. Karena saat ini Dewa sedang menjelma menjadi anak paling menyebalkan dari anak-anak Enamhari. Walau pun kemarin dia sangat-sangat-sangaaaaat membantuku dalam urusan menjemput Brian, hari ini dia tidak menjawab satu pun pertanyaanku mengenai keadaan Brian. Gak tahu apa dia kalau aku takut dia kenapa-napa?
Vita: Dewaaaaa
Vita: Jawab dong :(
Dewa P: Napa vit?
Vita: Brian gmn..?
Dewa P: Udh sarapan blm lo?
Vita: Jawab dl pertanyaan gue ih
Dewa P: Gua lg makan bubur nih
Dewa P: Mau gak?
Vita: Gak
Vita: Maunya kabar brian ih dia udh bangun blm?
Dewa P: Mau tau vit?
Vita: Mau :(
Dewa P: Mampir sini ke kosan gua
Vita: Ih dewa serius
Dewa P: Duarius gua
Vita: Udh bangun blm dia?
Dewa P: Coba lu telpon dia angkat gak
Vita: Dewa kok ngeselin sih
Dewa P: Ih gak tau terima kasih :(
Gimana aku gak kesal ya sama anak ini? Dikira aku lagi bercanda kali.
Dewa P: Uhd chat bang bri blm?
Vita: Typo tuh
Vita: Udh tp belom diread
Vita: Blm bangun ya?
Dewa P: Mau tau?
Vita: Jgn suruh gue ke kosan lo
Dewa P: Ke kosan gue aja
Dewa P: Nah tuh udh tau
Aku menghelakan nafas dan membiarkan jendela percakapan aku dan Dewa terbuka sambil melempar handphoneku asal ke ranjang. Benar-benar ya anak ini. Apa susahnya sih jawab sudah atau belum?
Aku kembali melihat ke laptopku sambil memijat pelipisku pelan. Sepertinya aku tidak bisa mengerjakan tugasku sekarang. Tidak saat pikiranku terus memikirkan keadaan Brian dan tidak bisa diajak berkompromi untuk fokus pada tugasku.
Sesaat kemudian, suara motor terdengar dari luar diikuti dengan suara ketukan di pintu masuk kosan. Paling ojek online, pikirku. Aku mengabaikan ketukan itu, toh nanti yang pesan akan ambil.
Selang beberapa detik, ketukan itu terdengar lagi, kali ini dengan lebih kencang. Duh, kenapa sih ini abang ojol gak telpon pemesannya aja kasih tahu kalau dia sudah di depan? Kan ganggu.
Setelah beberapa kali orang itu mengetuk pintu dengan keras, aku pun tidak tahan dan beranjak keluar kamarku untuk membukakan pintu kepada siapa pun itu yang mengetuk pintu.
Sambil membuka pintu dengan perasaan kesal, aku pun 'menyapa' pendatang itu, "Pesenan siapa ya-"
Kalimatku terputus saat aku melihat siapa orang yang sedaritadi mengetuk pintu kosanku dengan tidak santai.
Dia berdiri di depan sana sambil tersenyum canggung kepadaku, "Pesenan mbak Vita?"
Bisa-bisanya anak ini masih bercanda. Entah lah, aku tidak tahu apakah aku harus bersyukur atau kesal dengan candaannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
saturdate(s)
FanfictionSedikit cerita mengenai satu hari di setiap minggu yang dihabiskan bersama seorang Brian Atmadja Dirgantara.