Belajar Masak

1.7K 284 19
                                    

Setelah pembicaraan di mobil mengenai masakan-masakan rumah, akhirnya hari ini aku dan Vita merealisasikan wacana masak-memasak kita.

Dia sibuk melihat daftar bahan yang harus dibeli, sedangkan aku mengikutinya sambil mendorong trolley di sebelahnya. Alasanku tetap berjalan di sebelahnya adalah:

"Vit," panggilku sambil menarik tubuhnya, "hampir nabrak orang lagi."

Dia menoleh ke arah perempuan yang baru saja melewatinya, lalu meringis ke arahku, "makasih."

Aku hanya menghelakan nafas sambil mengacak rambutnya. Kebiasaan anak ini kalau sudah fokus ke satu hal, yang lain dianggap gak ada. Seperti saat ini. Dari tadi dia fokus memastikan bahan apa yang belum dibeli, sampai orang mau lewat gak dilihat. Dan tugasku adalah menyadarkannya kembali dan mencegah dia tabrakan sama orang lain. Apa lagi tadi hampir tabrak bapak-bapak. Bisa remuk anak ini kalau beneran tabrak tadi.

"Masih ada yang kurang?" tanyaku sambil ikut melihat daftar belanja yang sudah dia tulis.

Dia menganggukkan kepala, "masih. Spaghetti-nya belum."

"Lah, itu kan bahan utamanya?"

"Iya, tadi aku sempat lewatin lorongnya pas mau ambil udang, tapi belum aku ambil itu spaghetti. Habisnya tadi kamu masih milih-milih sayur."

"Kenapa gak diambil tadi?"

"Aku gak nyampe di rak yang paling atas....."

Aku langsung terbahak mendengar jawabannya. Tentu saja aku juga mendapat bonus pukulan di lenganku karena sudah menertawakannya.

"Di sebelah mana?" tanyaku lagi setelah puas tertawa.

"Di situ," jawabnya sambil menunjuk lorong di depan kita dan berjalan ke sana.

Setelah mengambil spaghetti itu, kita membayar semua belanjaan itu dan memasukkannya ke dalam mobil.

"Ini resep darimana?"

"Resep asal," jawabnya sambil memilih lagu untuk diputar selama perjalanan.

"Serius. Ntar kagak enak."

"Enak. Udah pernah coba, kok."

"Beneran gak?"

"Beneran, Brian. Aku udah pernah masak ini."

"Tapi katanya resep asal."

"Ya, emang. Resep sotoy tapi enak."

"Kalau gak enak aku hukum, ya?"

"Kalau enak kamu yang aku hukum, ya?"

Aku hanya tertawa mendengarnya. Lihat aja ini nanti pasti aku yang hukum dia. Mohon maaf tapi karena bohong itu dosa, jadi aku jujur kalau kemampuan masak Vita itu sedikit perlu dipertanyakan.

Sesampainya di rumahnya, aku menurunkan belanjaan, sedangkan Vita sibuk membuka pintu rumahnya. Kita memasukki rumah dan langsung menyiapkan alat-alat yang diperlukan untuk masak kali ini.

"Kamu tolong cuciin sayurnya deh, Bri. Sama kupasin kulit udangnya. Aku potongin bawang dulu," katanya sambil mengambil talenan dan pisau.

Tanganku langsung dengan cepat mengambil pisau di tangannya, "aku aja yang potong. Kamu yang cuci."

Dia mengerutkan dahi, "kok, gitu?"

"Itu jari nanti kebeset lagi, repot."

"Ih, itu kan-"

"Udah, sana cuci aja. Aku lebih jago motong daripada kamu."

"Belagu bener, sih. Cuma motong bawang doang," cibirnya sambil mengambil mangkuk untuk mencuci sayur.

saturdate(s)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang