Part 4

4.9K 230 3
                                    

Clara membuka pintu rumahnya dengan kasar. Masa bodo apabila pintu itu rusak, yang Clara butuhkan sekarang hanya kamarnya. Clara membuka pintu balkon dan berdiri di pagar pembatas. Clara menangiss. Mati matian dia menahan tangis dan sekarang ia menumpahkan semuanya. Pilu.. Semua orang yang mendengar tangisan Clara pasti akan ikut menangis. Clara takut

Sejak kapan mereka kembali bersama? Sania. Wanita itu. Wanita yang selalu ia sayangi sejak bayi.

^^^
Flasback

Sania kecil sedang mencoba memasangkan pakaian berbie bersama kakanya Clara.
"Ka Caca, nanti kalo ka Caca udah besal, aku mau kaka jadi belbi kaya gini. Nanti ka Caca pakai gaun yang panjang telus sama pangelan juga"
"Iya nanti kalo kaka Caca nikah kaka pengen jadi cinderella kaya barbienya nyanya ya" Clara tersenyum
"Nyanya janji, Nyanya bakal telus sama sama kaka, kaka sayang nyanya kan?"
"Iyadong, kaka Caca sayang sama Nyanya sampai kapanpun"

^^^

Kilasan masa lalu itu menyayat hati Clara. Bahkan Clara tak bisa membenci adik kecilnya itu. Dulu Clara selalu memimpikan menikah dengan gaun barbie milik Sania. Berharap dia juga menemukan pangeran berkudanya. Tapi, pernikahan yang ia bayangkan bukan sperti ucapan Sania kecil.

Semua yang terjadi di masa lalu Clara kembali berputar seperti kaset rusak. Clara ingat bagaimana ia diminta untuk menikah dengan Rio. Clara ingat bagaimana Rio menyebutkan ijab qobul hanya dengan satu tarikan nafas.

Semua sungguh menyakitkan bagi Clara. Siapa sebenarnya korban disini? Clara atau Sania?. Siapa yang sebenarnya jahat?

Sampi detik ini, Clara selalu mencari celah dimana letak kesalahannya. Dimana sebenarnya perbuatannya yang salah?

"Aarrrrghhh. Bodohh caa kau bodoh"Tubuh Clara meluruh ke lantai marmer yang dingin dibalkon kamarnya. Clara menaruh kepalanya di lipatan tangannya. Dia menangis sesenggukan. Clara melupakan tujuan awal ia pulang. Clara melupakan kenyataan bahwa mungkin sebentar lagi Rio akan pulang.

Clara tertidur dengan posisi yang sama karna lelahnya ia menagis. Ditidurnya Clara berharap jika semua yang terjadi hanya mimpi dan Clara bisa bangun dan melupakan semua kejadian hari ini.

^^^

Rio sampi di rumahnya pukul 8 malam. Setelah mengantar Sania pulang ke apartemennya dan menghibur wanitanya tersebut, Rio baru bisa pulang dengan tenang. Rio masuk dan gelap?

Kemana wanita sialan itu? Apa dia belum pulang?

Rio manyalakan semua lampu dan menuju kamarnya. Rio melihat celah pintu balkom yang terbuka. Rio mendekat ke arah balkon dan melihat Clara tertidur disana. Ada sedikit rasa kasihan dengan wanita yang merangkap sebagai istri sahnya itu. Tapi, Rio teringat kembali bagaimana Sania menangis karna Wanita itu.

"Clara!, heii bangun" Rio masih berdiri dengan memasukkan tangan ke saku celananya. Nampak tak minat dengan wanita didepannya.

Clara terlonjak kaget. Hal pertama yang ia rasakan ialah pegal di seluruh badannya. Ia mendongak mencari sumber suara itu. Matanya yang sembab melihat ke arah pria yang berdiri di atasnya. Hati Clara kembali berdenyut sakit.

Clara berdiri dan berpegangan di besi pembatas tangga. Clara tertunduk. Clara benar-benar kacau sekarang.

"Maaf.. Aku ketiduran. Kau lapar?. Aku akan masak makanan untukmu."
Clara bergegas menjauh. Tapi, tangannya kembali di cekal oleh Rio.

"Kau tak usah memasak untukku. Aku sudah makan di apartemen Sania. Dan satu lagi, kumohon berhentilah mengusik Sania. Jangan biarkan perasaan nya hancur ketika melihatmu. Aku sakit jika dia menangis. Kau paham?"

Clara tak mengerti. Pria ini yang berstatus suaminya memohon demi wanita yang bahkan tak terikat apapun dengannya. Apa dia amnesia. Clara lah istrinya. Istri sahnya di depan agama dan hukum.

Clara berbalik dan menatap Rio.
"Kau buta atau apa Rio. Hah!!!. Suami mana yang meminta istrinya untuk tidak mengusik masa lalu suaminya. Sapa sebenarnya yang sakit Rio. Siapa!! Lihat aku Rio lihat!! Apa arti aku sebenarnya untukmu. Apa salahku??? Aku tidak meminta kau menikahiku. Aku tidak memaksa apapun. Kau tau itu bukan?? Siapa yang menyuruhkuu. Siapa?? Kenapa kau tidak bisa sedikit saja membuka matamu??"
Dada Clara bergemuruh saat mengeluarkan semua isi hatinya ke pria didepannya ini.

Rio terdiam. Clara benar. Dia tidak pernah memaksa untuk dinikahi oleh Rio.

Keterdiaman Rio dimanfaatkan Clara untuk bergegas menjauh dari Rio. Berdekatan dengan pria itu sama saja membunuh Clara secara perlahan.

Semoga kau lekas sadar Rio. Semoga!

ClaRioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang