Part 32

3.6K 122 5
                                    

Masih dengan suasana bercanda gurau yang sama, dua insan yang salin berpelukan dengan bahu sang wanita bergetar menandakan sedang menangis. Semua adegan itu tidak luput dari penglihatan Rio. Rio mengalihkan pandangannya ke arah lain untuk menetralkan sedikit bekas rasa nyeri di hatinya. Wala bagaimanapun, Sania pernah bersemangat di sana, tidak sehari dua hari.

Sentuhan di tangan Rio menyadarkan dari lamunan, "kenapa melamun?."

Rio tersenyum "Tidak ca, tidak apa apa".

Sania melepaskan pelukan Petra dengan pelan, Petra menatap wanita itu dalam. Jatuh pada kalung yang dipakai wanita itu. Sebelumnya memang tidak ada yang sadar. Kalung dengan liontin R dan cincin sebagai pendampingny. Sania mencintai Rio terlalu dalam.

"Kamu masih mencintai Rio sedalam itu?"

Sani tersenyum menghapus jejak air matanya, "Tidak ada alasan untuk bertahan. Tapi semakin aku mencoba semakin menimbulkan luka."

Sania memegang kalung yang ia yakini tadi telah dilihat Petra. "Dia sudah melamarku, jauh sebelum pernikahan mereka terjadi."

Petra melihat ke arah Rio, pria bertubuh atletis dengan rahang tegas. Sikapnya yang terlalu baik ke semua wanita membuat wanita kadang menyalahartikan arti kebaikan itu. Sania, Cath, bahkan istrinya sendiri, mereka hanya sampel dari semua wanita yang nampak.

"Semua orang mendukung mereka Pet, tidak terkecuali. Bahkan mungkin dirimu, aku sering di teriak banyak orang. Bahkan keluargaku menganggap aku jalang. Perusak hubungan rumah tangga kakak sendiri. Padahal mereka tidak tau yang sebenarnya. Mereka menutup diri saat aku ingin bercerita, bahkan sekarang mereka menutup akses untukku mendekat. Aku sudah tidak punya rumah untuk pulang Pet. "

"Bagaimanapun, hidupmu masih panjang San. Bangkitlah dengan mencari kebahagiaan di luar sana. Jika keluargaku menutup diri terhadap u, dunia luar masih membuka akses kebahagiaan yang bisa kau raih."

Sania mengusap jari Patra membuat darah Petra berdesir,"Terimakasih, aku sedikit tenang."

Sania berjalan ke arah belakang taman bergabung dengan yang lain, tapi sebelum itu ia membasuh mukanya menutupi bekas tangisan. Sania tersenyum melihat kakanya tertawa. Setidaknya pengorbanan Sania tidak sia-sia ka, melihatmu tersenyum sungguh membahagiakan..

°°°

Di sebuah ruangan kantor, Ray. Ray Alterio melihat istrinya sedang menyuapi anak mereka. Sesekali Ray melihat wanita itu melamun. Beberapa bulan mereka bersama membuat Ray paham akan wanita itu sedikit demi sedikit. Tatapan kewajiban sebagai istri berbeda dengan Tatapan cinta nya kepada adik Ray, Rio.

Ray paham dengan kekalutan istrinya. Ray merasa Catrine disana tapi hatinya tidak mengatakan demikian.

Catrine terperanjat saat tidak sengaja menyenggol tempat makan anaknya dan menghambutkan sisa makanan ke lantai. "Oh astaga, nak maafkan mama. Kamu pasti terkejut."

Catrine menggedong anaknya, dan untungnya Chaca tak menangis. Catrine mendudukan Chaca di bangku dan menghalangi nya dengan bantal. Cat ingin membersihkan sisa makanan tapi tangannya di cekal Ray. Suaminya. Catrine mendongak melihat tatapan Ray yang membuatnya merinding. Catrine takut.

Ray menatap anaknya dan bi Sari yang sedari tadi duduk besebrangan dengan Cat. Bi Asri adalah pengasuh Chaca semenjak Cat menjadi istri Ray. "Bi Asri bisa bawa Chaca main keluar dulu? Saya mau bicara sama Catrine."

Bi Sari menganggukan lalu menggedong Chaca keluar dari ruangan. Suasana semakin mencekam setelah mereka keluar.

Catrine bangkit mensejajarkan dirinya dengan Ray. Cekalan di tangannya semakin erat membuat Catrine sedikit meringis.

" A.. da apa? "

Catrine dengan takut takut melihat ke arah Ray. Seingatnya ia tak melakukan kesalahan apapun, kenapa tatapan Ray seperti sedang marah. Apa karena ia menjatuhkan makanan anakny?

Cekalan Ray semakin kuat, "R.. ay... Sa.. Kit"

"Sudah kukatakan kau milikku Cat!, mengapa kau terus melamun kan orang lain huh?!!!"

Inilah yang Cat tidak suka dari Ray. Ray dan Rio orang yang berbeda, walaupun mereka sedarah. Ray mengucapkan beribu kali kata cinta, tapi sikapnya yang kasar kadang tidak masuk akal. Sedangkan Rio? Rio menolak mencintai Catrine, tetapi tatapan dan perlakuan lembutnya selelu membekas. Ray menakutkan bagi Catrine, makna cinta Ray sungguh berbeda dengan pandangan cinta versi Catrine.

"Aku...... Minta maaf" Hanya itu yang dapat Catrine ucapkan setiap hari ketika menghadapi situasi seperti ini.

"Tatapan itu, kamu selalu melihat aku dengan tatapan ketakutan Catrine tapi dengan adikku? Matamu bisa berbinar? Kenapa kau tidak menatapku seperti kamu menatap adikku??!!"

Cat memejamkan mata menerima bentakan keras Ray. "Aku tidak tau bagaimana cara menyikapi mu Cat. Kamu terlalu dingin kepadaku. Kau ingin kita bercerai?"

Catrine terkejut mendengarnya. Baru beberapa bulan bersama dan pria ini sudah menyerah?. Mata Catrine memanas.

"Kamu tidak pernah sadar apa yang kamu lakukan melukaiku? Ray, aku menerimamu karena memang kamu harus bertanggung Jawab terhadap aku dan Chaca. Beberapa bulan bersamamu membuat aku sadar kalian tidak sama. Kamu dan Rio, orang yang berbeda. Ketika dengan Rio aku tidak pernah mendengar bentakan walau dia tidak mencintaiku. Sedangkan kamu? Aku harus belajar memahami mu. Kamu membentakku saat kamu mengatakan kamu mencintaiku, aku tidak memaknai cinta seperti itu Ray. Kamu cemburu saat aku hanya melamun, kamu menganggap aku sedang memikirkan orang lain?. Tapi apa pernah kamu berpikir bahwa aku sedang memikirkan agar kamu tidak membantakku hari ini? Kamu tidak pernah memikirkan bagaimana aku agar aku tidak berbuat kesalahan walaupun sebenarnya kesalahan yang kamu tuduhkan memang tidak ada. "

Cat menjeda omongannya saat air matanya sedikit menetes, pria ini ingin ia pahami tapi tak pernah sedikitpun memahaminya.

"ketika aku sudah mengatakan akan membuka hatiku untukmu, aku sudah melupakan apa yang terjadi di belakangku. Aku hanya lelah Ray, lelah menghadapi sikapmu. Dan sekarang dengan gampang kamu menyebut kata cerai?"

Cat menjatuhkan tubuhnya ke sofa, memegang dadanya yang terasa sesak. Melihat sosok Ray yang tidak bergeming. Ia yakin pria ini akan keluar sebentar lagi. Ray bukan sosok lelaki yang mengakui kesalahan dan meminta maaf. Ia akan berlari dari masalah lalu mengenali masalahnya sendiri, ketika sudah sadar baru ia kembali dengan kata maaf yang sedikit terlambat.

Dan benar dugaan Cat, pria itu keluar dari ruangan. Catrine menghela nafasnya. Sabarlah Cat, mereka berbeda. Cara au menghadapi juga harus berbeda.

°°°

Aku kasih gambaran sedikit tentang tokoh ya gaes, sapa tau kalian lupa hehe.

Sania itu adeknya Clara yang dulu pernah cinta sama Rio dan dicintai Rio

Catrine itu mantan pramugari yang dihamilin Ray(kaka Rio) tapi yang bertanggung jawab Rio.

Chaca itu anaknya Ray dan Catrine

😇😇😇

ClaRioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang