Part 34

1.2K 59 22
                                    

Sania membuka tirai kamarnya dengan pelan, melihat ke arah pantai, di sinilah akhirnya dia berada, tepat di pantai yang sama ketika ia memutuskan mengakhiri hubungannya dengan Rio. Sudah kurang lebih seminggu mungkin Sania melarikan diri, dan tak semalampun ia lewatkan tanpa tangisan. Sendirian, itulah yang dirasakannya sekarang.

Kalian ingat cerita yang dilontarkan Sania waktu itu? Mengenai dirinya hamil? Semua itu bohong. Sania tidak benar benar hamil, ia hanya mengarang agar bisa benar benar melepaskan Rio. Ia hanya bingung melihat keadaan saat itu, dan jalan satu satunya hanya mengarang cerita.

Sania mungkin buruk di mata kalian, tapi dia sudah mengupayakan semua hal untuk kebahagiaan kakanya, Clara. Dia lega saat semua kekacauan yang melibatkan dia sudah read sekarang, dan mungkin semuanya sudah kembali berjalan normal tanpa dirinya.

Jika kalian bertanya, apa ada orang yang mencari keberadaan Sania? Jawabannya adalah tidak. Tidak sama sekali. Sania selalu mengecek hp nya berharap ada yang sekedar menanyakan kabarnya, tapi nihil tidak seorang pun.

Sania memutuskan mengambil jaket nya, menuju ke arah pantai, matahari baru memunculkan speertiga bagiannya. Sania mendudukan dirinya di sana, menatap lurus kedepan dengan pandangan kosong. Ia merindukan Rio, sangat. Baginya selama ia bernafas, hanya Rio yang membuat dia hidup.

Sania bergumam pelan, "Aku sendirian Rio, kamu tega liat aku Ri? Kamu apa kabar? Rio aku gakuat"

Sania memegang kalung pemberian Rio, kado pemberian saat Sania ulang tahun. Air matanya menetes, tidak semudah itu, tidak semudah yang kalian kira. Rio sudah mengambil sebagian hidup Sania, memberikan Sania harapan yang besar. Ketika ia mamutuskan menyuruh Rio pergi, maka Sania juga kehilangan sebagian hidupnya.

Sania berbalik ketika di rasa matahari mulai naik, langkahnya pelan menunduk sampai ketika ia mendongak, matanya tertuju ke suatu titik. Melihat mata seseorang, Sania tidak berkedip sampai laki laki itu tersenyum.

Sania mematung, air matanya tidak bisa ia sembunyikan, rasanya sedih, senang bercampur aduk menjadi satu. Ia harap ini mimpi saja, agar ia tak berharap banyak. Sampai suara seseorang mengembalikan dia ke bumi.

"Rio, aku mencarimu ternyata kau disini?"

Rio berbalik melihat istrinya yang berjalan, "Aku hanya melihat lihat."

Kesempatan itu digunakan Sania untuk berlari ke arah berbeda, ia tidak ingin menemui mereka trutama kakanya, Sania berlari dan tangisnya benar benar pecah, bodohnya dia malah berpikir Rio mencarinya dan menemukannya disini.

Sania yang melarikan diri tidak luput dari pandangan Rio sampai gadis itu hilang di telan tembok pembatas hotel, "kau melihat apa?"

"Ah bukan apa apa ca, kenapa mencariku?"

"Sarapan, ayo kita sarapan."

Rio menngangguk dan mengikuti istrinya, sepanjang perjalanan Rio memikirkan saat melihat Sania kembali, tubuh gadis itu begitu kurus sekarang, matanya bengkak, menunjukkan ia tidak baik baik saja. Rio dan Clara memang sedang ada urusan di Lombok saat ini. Rio tidak menyangka Sania akan pergi sejauh ini. Rio pikir Sania masih berada di lingkungan Jakarta.

Sania berlari kembali ke kamar hotel, mengapa sejauh ini dia pergi tapi masih saja Tuhan memberikan kesempatan ia untuk melihat Rio. Itu membuat Sania semakin sulit menyembuhkan luka.

Disisi lain, Rio sarapan bersama istrinya, Clara. Rio tidak menyangka Sania pergi ke sini. Mendiamkan dirinya di sini, meredamkan lukanya di sini, dan sendirian. Wanita itu nampak lebih kurus dari terakhir Rio melihatnya.

Rio mengusap wajahnya kasar, kenapa memikirkan Sani lagi dan lagi. "Ca." Panggil Rio.

"Hmm?." Clara menyaut mengarahkan pandangannya ke suaminya itu. Bertanya tanya apa yang ingin diucapkan Rio.

Rio menimbang apakah ia harus jujur dengan Clara bahwa ia melihat Sania, atau membiarkan saja istrinya tidak memgetahui jika adiknya disini. Nampaknya kehadiran Sania juga tidak terlalu berpengaruh ke keluarga Clara, semua nampak tidak mencari keberadaan wanita itu.

Rio mengrinyit menyadari hal yang ia pikirkan barusan. Benar, tidak ada satupun keluarganya yang mencari keberadaan Sania atau bahkan menanyakan kabar wanita itu.

"Kenapa Rio? Apa yang ingin kamu katakan?." Clara bertanya setelah hampir semeniy pria itu tidak mengeluarkan suara setelah memanggilnya.

Rio tersenyum, "Tidak, tidak apa apa." Rio memutuskan untuk tidak menjelaskan saja apa yang terjadi, takut menyinggung perasaan Clara.

Biarpah urusan Clara dia yang memikirkan itu nanti, mungkin Rio akan menemui wanita itu nanti, sebentar. Ya mungkin. Tapi apakah Rio sadar keputusan Rio ini malah bisa menyakiti Clara berkali kali lipat?.

•••

Jujur hampir lupa alur ni cerita gaes😭👍 tapi aku coba nulis lagi, Emang susah ya gaes berhubungan sama orang yang belum selese sama masa lalunya. Kaya di babang Rio ini HAHA. Plin plan😭👍

Bingung ga jadinya Sania tu baik tapi jahat gitu kan😭

ClaRioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang