Part 14

4.3K 198 3
                                    

Setelah Rio pamit pada Clara, ia segera menaiki taksi yang akan membawanya ke bandara. Tapi, di tengah perjalanan hp Rio bergetar dan terpampanglah nama perempuan yang kemarin membuat hubungan pernikahannya kembali merenggang.

Catrine?

"Ya halo Cat? Ada apa?"
"Kamu di mana Rio?. Bisa ke rumah aku sebentar. Chika demam yo. Tadi malam dia mengigau. Mungkin dia kangen denganmu. Kau tak sibukkan?"
"Baiklah aku akan ke sana."

Setelah itu, Rio menyuruh supir taksi menjalankan mobilnya ke alamat rumah Catrine. Ia tak membohongi Clara kan saat ini?. Toh semua di luar rencana Rio. Niat awalnya memang ingin ke bandara.

Rio sampai di rumah berdesign minimalis itu. Membayar argo yang tertera, turun dari taksi dan menuju gerbang.

Satpam tersenyum dan segera membukakan pagar suami majikannya itu.
"Pagi pak."
"Pagi."

Rio melangkah ke pintu mengetukknya. Belum sempat ketukan ketiga pintu sudah terbuka dan menampilkan sesosok wanita. Catrine. Dia di sana menatap Rio penuh kerinduan.

Rio maju mendekati Catrine. Memeluk Catrine dan mencium dahi wanita itu dalam. Catrine tersenyum.
"Pa..paa...pa..pa"
Chika berjalan dengan terbata berusaha menggapai Rio. Rio langsung menggapai anak perempuannya itu, menggendongnya dan menciumnya gemas. Baru seminggu ia tak bertemu Chika, balita itu sudah tumbuh sangat cepat. Bahkan seingat Rio waktu itu ia belum bisa berjalan.

"Masuk dulu mas"
Rio patuh. Membawa Chika masuk ke rumah itu di susul Catrine sehabis menutup pintu.

"Chika kangen papa ya?. Maafin papa ya udah ninggalin Chika. Sekarang waktunya papa main sama Chika."
Chika tersenyum seolah mengerti perkataan papanya itu.

Rio menurunkan Chika di karpet berbulu lembut di ruang keluarga rumah itu. Di atasnya sudah tertata mainan-mainan Chika yang sebagian memang berasal dari Rio.

Rio menatap anaknya dalam.
Kalau kamu sudah besar akankah kamu mau menerima papa bejatmu ini nak?

Rio teringat Clara. Bagaimana kalau Clara tau apa yang sesungguhnya terjadi antara Rio dan Catrine. Akankah Clara kecewa? Atau bahkan Clara akan berhenti bertahan untuk Rio.

Dulu, Rio berusaha mati-matian menyembunyikan semuanya dari Sania. Tapi sekarang?. Sania sudah mundur. Apakah Clara juga akan mundur?

Rio tau, banyak hati yang terluka akibat perbuatannya. Tapi, ia tak bisa mengulang waktu. Nasi sudah menjadi bubur. Tak ada yang bisa di ulang. Hanya perlu menjalani.

Rio tersentak dari lamunanya ketika ad tangan yang mengelus pundaknya.
"Kau melamun. Apa kau ada jadwal penerbangan?."
"Iya. Tadi saat kau menelpon aku sedang dalam perjalanan ke bandara."
"Maafkan aku telah mengganggumu."
"Tak apa. Aku juga sudah merindukan Chika."

Catrine bukan wanita manja. Dia mandiri. Bahkan sedari kecil, ia hidup di panti asuhan sampai suatu saat ia diadopsi oleh keluarga yang sangat menyayanginya sampai rela menghambur-hamburkan uangnya demi mewujudkan cita-cita Catrine menjadi pramugari.

Tapi setelah Catrine menjadi pramugari sesorang malah merusak hal berharga dalam hidupnya yang membuat kepercayaan keluarga wanita itu luntur.

Sejak saat itu, Rio berusaha menanggung tanggung jawab yang sebenarnya bukan tanggung jawabnya. Bukan karna Rio mencintai Catrine. Tapi orang itu. Orang yang merusak Catrine adalah kakanya sendiri. Kaka kandung Rio yang sekarang sedang mengenyam pendidikan S2 di NewYork. Meninggalkan tanggung jawab yang seharusnya. Meninggakan Catrine dengan kesakitan.

Tapi ia yakin suatu saat kakanya itu akan sadar apa yang seharusnya ia lakukan. Dan sampai saat itu tiba, Rio hanya berharap bahwa Clara tak mengetahui semua ini.

ClaRioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang