Ketika daun jatuh maka angin lah penyebabnya. Mengapa angin?. Angin tau mana yang rapuh. Angin senang menjatuhkan yang rapuh. Seperti Rio. Rio angin bagi Clara si daun kering yang berusaha menetapkan ujung tangkai daunnya pada batang pohon. Namun, sekali tiupan saja berhasil meluluhkan semua usaha Clara untuk tak jatuh.
Seperti sekarang, Clara berhasil ditarik kembali oleh seorang Rio Alterio. Clara kembali mencambut gugatannya hanya karna Rio. Bodoh? Mungkin. Bukankah sudah ada pepatah mengatakan bahwa cinta itu buta. Sekadang Clara merasakannya. Clara buta karna cinta.
"Jangan pernah mencoba mengirimkan aku surat perceraian lagi. Sampai kapanpun kita tak akan pernah bercerai."
Clara menatap Rio di sampingnya dengan tataapan ragu. Mereka masih berada di apartemen Clara sekarang. Rio memkasa Clara untuk menginap. Mau tak mau Clara mengijinkan.
"Aku ingin kau mengambulkan satu hal yang aku inginkan. Aku rasa selama ini aku tak pernah meminta apapun bukan?"
"Kau mau apa?"
"Tinggalkan Catrine, maka aku tak akan meninggalkanmu lagi"Raut wajah Rio berubah membuat Clara tersenyum kecut. Rio menyiratkan tak dapat meninggalkab wanita itu. Tapi mengapa?. Clara tak ingin berbagi. Sedikitpun tak akan pernah.
"Aku sudah membatalkan gugatan itu. Sesulit itukah meninggalkan wanita itu? Kenapa?"
"Setidaknya jangan sekarang Clara. Kau harus mengerti posisiku"
"Bagian mana dari posisimu yang aku tak mengerti!. Terlalu banyak kebohongan Rio. Terlalu mudah untuk aku memaafkanmu. Tapi terlalu sulit untuk kau berusaha melakukan apa yang ku mau"Clara menatap kosong tv didepannya yang bahkan tak menampilkan gambar apapun. Mereka terdiam cukup lama. Hanya suara jam dindinglah yang berdetak menandakn waktu masih terus berjalan.
Rio mendesah menandakan betapa lelahnya menghadapi masalah rumah tangganya yang tak kunjung reda.
"Akan aku lakukan tapi bukan sekarang. Aku harus memberikan pengertian kepada Chika terlebih dahulu. Bagaimanapun Chika masih terlalu kecil untuk mengerti semuanya."Dahi Clara mengrinyit bingung. Pasalnya ini pertama kalinya ia mendengar naman Chika. Siapa Chika?. Anak mereka?.
"Siapa Chika?"
"Anak kami"Clara tertawa miris. Matanya menatap mata Rio yang bingung mengapa Clara tertawa.
"Haha.. Lucu sekali kalian. Sejauh itukah aku tak mengetahui apapun. Anak? Kalian mempunyai anak. Dan kau bahkan membuat anak kita keguguran. Tapi anak kalian lahir dengan selamat?."
"Cla... Dengarkan aku."
"Aku lelah Rio. Sangat lelah. Aku hanya ingin tenang. Kau tak mau bercerai tapi kau terlalu egois. Kau menginginkanku dan tak mau meninggalkan Catrine. Apa semua lelaki seperti itu?"Clara menahan amarahnya, memejamkan matanya berusaha meredam emosi agar tak meledak sekarang juga. Walau bagaimanapun ia harus mendengarkan kalimat apa yang dilontarkan Rio selanjutnya.
"Chika. Dia bukan anak kandungku. Chika anak ka Ray."
"Ray?. Anak Ray?. Lalu mengapa kau yang menikahinya. Mengapa bukan Ray?!"
"Ray memilih pergi dan menyuruhku bertanggung jawab untuk sementara. Aku kira karna ia ingin mapan lalu kembali untuk Catrine saat sudah berhasil. Tapi nyatanya.."
"Apa? Nyatanya ka Ray hanya ingin melihat Cat bahagia bersama orang yang dicintainya dan membuat aku menderita?."
"Bukan begitu Cla. Aku yakin ka Ray mempunyai alasan untuk semua ini."
"Kalian benar-benar keluarga bejat. Kalian sangat rapi menyembunyikan semuanya. Membuat seakan semuanya baik-baik saja."
"Cla, keluargaku tak sebejat itu!. Kami hanya tak tau harus memposisikan diri kami seperti apa!"
"Aaku sudah mengatakan aku lelah. Semuanya hnaya berakhir dengan kita yang beradu mulut. Tidurlah dan selamat malam. Aku akan tetap disini dan melihat sejauh mana aku tersakiti."
"Cla.."Clara bangkit menuju kamar apartemennya, meninggalkan Rio. Bimbang dan Ragu. Clara hanya manusia biasa. Jatuh lalu merasa harus pergi. Selalu begitu. Tapi Clara tau, sejauh apapun Rio berhasil menyakitinya. Hanya dengan sekali permohonan Rio Clara akan sangat mudah jatuh. Ingat bukan Clara daun kering dan Rio angin.
KAMU SEDANG MEMBACA
ClaRio
RomanceRio Alterio. Pria itu ternyata banyak memiliki sisi tersendiri dalam hidupnya. Entah gelap atau terang. Semua terasa begitu gelap di mata sang istri. Clara. Clara berusaha percaya. Lalu di hancurkan. Percaya lagi lalu dikhianatai. Apa memang roda ke...