Part 9

4.6K 205 1
                                    

Sania menatap danau di depannya tanpa minat. Raga dan jiwanya memang disitu tapi tidak dengan pikirannya.

Semua kejadian yang menimpanya berputar seperti kaset rusak yang menghantui pikiran.

Sania tau bahkan sangat-sangat tau yang ia buat ialah kesalahan besar sekaligus penyesalan paling dalam selama ia hidup. Siapa yang tidak menyesal membiarkan lelaki yang amat kau cintai menikahi kakamu sendiri?

Sania jahat? Sania tau itu. Adik ipar mana yang tak jahat jika membawa kaka iparnya sendiri berlibur?.

Tapi tidak. Bukan itu yang mengganggu pikiran Sania sekarang. Tapi perjanjiannya dengan Rio yang ia buat saat berlibur dengan lelaki itu.

Kepergian mereka ke Lombok memang untuk berlibur sekaligus untuk berpisah.

^^^
Flasback

"Rio aku ingin mengatakan sesuatu"
"Katakanlah"
Sania gugup. Yang akan ia katakan bukan suatu hal yang mudah. Keberanian yang ia buat kini menguap entah kemana saat melihat mata teduh Rio yang sedang menatapnya.

Ditambah cahaya sang fajar yang akan berpulang membuat Sania hanya ingin menatap mata teduh itu dan tak ingin berpaling.

Sania menarik nafas dan menghembuskannya secara perlahan entah sudah yang keberapa kali.

"Aku akan menceritakan semuanya, tapi ku mohon jangan menjedaku saat aku bercerita. Kau cukup mendengarkanku sampai aku selesai. Dan kau berjanji untuk tidak marah kepadaku. Janji?"
"Ya,aku berjanji"
"Aku tidak ingin menikahimu karna waktu itu aku hamil. Aku hamil dengan teman SMA ku. Saat itu hari kelulusan, kami membuat pesta kecil kecilan di rumahnya. Pas tepat jam 12 malam semua temanku pulang dan bersisa aku dan dia. Kami dikelabuti nafsu saat itu. Tapi aku tak menolak. Kami melakukannya atas dasar keinginan masing-masing tanpa ada paksaan. Dan terjadilah semuanya. Dia orang pertama yang mengambil mahkotaku. Tepat disaat kau menemuiku dan mengatakan kau disuruh oma menikahi kakaku tanpa pikir panjang aku langsung mentujuinya. Karna apa? Aku tak ingin kau kecewa karna aku hamil dari lelaki lain. Setelah itu, aku langsung pergi ke luar negri untuk melanjutkan studyku sekaligus aku berpikir untuk mengurus anakku disana kalau dia lahir. Ternyata Tuhan menghendaki hal lain. Ia diambil Tuhan saat umurnya masih 2 bulan di dalam kandungan. Saat itulah titik terberat aku hidup. Aku memang tak ingin kehadiran anak itu. Tapi, ibu mana yang tega jika mlihat anaknya keluar tapi tak tepat pada waktunya."

Sania menyudahi ceritanya dengan mata yang berkaca- kaca. Rio tak berkata apapun. Langsung membawa Sanian ke dekapannya. Membiarkan tangisan wanitanya itu tumpah. Rio tau tak mudah untuk Sania menjalani semua ini.

Sania kembali melonggarkan pelukan Rio dan menatap manik mata Rio.

"Kemana ayah bayi itu?"
"Namanya Revan. Dia ada sampai sekarang. Dia berjanji akan menikahiku kalau dia sudah sukses kelak. Maka dari itu, aku ingin kita menyudahi ini semua. Aku akan mencoba membuka hati untuk Revan dan melupakan semua tentang kita. Sudah cukup aku menyakiti kakaku sendiri Rio. Aku tak mau lagi."

Rio terkejut. Ia terlalu mencintai wanita di sebelahnya ini. Tapi yang dikatakam Sania benar, mereka sudah terlalu banyak menyakiti dan mengorbankan perasaan Clara.

Tepat saat tenggelamnya sang fajar Rio mendekap tubur Clara sangat erat. Seolah itu ialah pelukan terkahir mereka.

"Aku akan mencoba untuk melupakan kita"

^^^

ClaRioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang