6

1.8K 147 9
                                    

PAGI jelang jam delapan, begitu selesai sarapan, Hamas dan Saad beserta delapan belas jamaah lain yang turut pada city tour hari ini, sudah berkumpul di lobi hotel.

Hamas duduk bersama Saad di satu sofa besar yang ada di lobi tersebut. Tangannya memegang ponsel yang sedang menampilkan gambar Hanun bersama Fatih.

"Lo ngga lupa doain gue kan, Mas?" tanya Hanun dengan delikan samar.

Tadinya Hamas hendak menjawab; Emang lo siapa? tapi urung sebab Saad sudah menjawab lebih dulu.

"Saya aja doain, Kak, apalagi Hamas..."

Saad terkekeh. Terlihat Hanun melebarkan senyuman.

"Terbaik lah memang Saad nih!" Jempol Hanun teracung. "Memang terbaiiik..."

"Norak lu, Kak!" balas Hamas dengan cibirannya.

"Om Hamas, annyeong..." kata Fatih sambil melambaikan tangan. Wajahnya lucu ketika mengucapkan kata barusan.

"Ya Allah, Kak Hanun, ponakan sendiri diajarin apaan tauk!" ucap Hamas dengan nada prihatin. Hanun tertawa.

"Bales dong. Annyeong, Fatih..." kata Hanun, geli sendiri. "Betewe makasih loh, Ad. Gue heran kenapa bukan lo yang jadi sepupu gue."

"Gue matiin nih video call-nya!" ancam Hamas cepat.

Hanun tergelak. "Ya udah sih! Baperan aja lo,"ucapnya lalu membisikkan sesuatu ke telinga Fatih.

"Om Hamas bawa cokelat..." kata Fatih kemudian.

Saad tertawa, Hamas mencibir.

"Heh, kebiasaan minta-minta weh kaga boleh!" tukas Hamas, lantas menoleh pada Saad. "Ad, kasih tahu ini orang hadits dilarang minta-minta."

"GUE NGGA MINTA SIK!" tandas Hanun cepat. "Gue tadi cuma bilang ke Fatih, di tempat Om Hamas banyak cokelat!"

Hamas mendengus.

"Ngemeng ae lau," ucapnya kemudian. "Cokelat mah gampang, di Jakarta juga banyak. Tar gue bawain gantungan kunci buat di motor lo yak!"

"Auk ah," Hanun ngeles. "Gue mah yang penting didoain," lanjutnya, gengsi. "Eh, eh, gamis yang waktu itu dibawa ngga?"

"Kaga," sahut Hamas cepat.

"Dih, Hamaaas..." keluh Hanun. "Kaga bisa banget lu nyenengin gue..."

"Dibawa, bawel." Hamas bergegas meralat ucapannya. Bete dia kalau Hanun sudah sok-sokan merajuk.

"Saya juga bawa, Kak," kata Saad, nyengir. "Lusa dipake ya insyaaAllah..."

Hanun langsung berbinar. "Kenapa lusa dah? Kenapa ngga today?" cecarnya.

"Lusa jadwalnya free, rencana mau ngebolang sama Hamas. Berduaan," jawab Saad.

Hamas langsung melirik sahabatnya dengan kening mengernyit.

"Ngebolang ke mane dah?" tanya Hamas, penasaran.

"NGEBOLANG KE MANAH?" Hanun mendadak histeris. "IKOOOT!"

Hamas terpaksa menurunkan volume suara ponselnya sebab mendadak mereka jadi pusat perhatian.

"Weh, selow!" kata Hamas, panik. "Heboh bat sumpah..."

Hanun langsung mengatupkan rahang. Fatih sudah out dari kamera sejak tadi, menghampiri neneknya.

"Udah ah, having fun ya kalian berdua. Jangan lupak, doain gue biar bisa ke sana sama keluarga gue. Hehehe..." kata Hanun lagi. "Bye, nanti insyaaAllah gue telepon lageee..."

[✓] HAMASSAAD SAFARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang