SEHARI kemarin, di hari pertama mereka berada di Mekah, Saad benar menjalankan rencananya untuk terus berada di Masjidil Haram seharian.
Iya, seharian.
Mereka tidak kembali ke hotel sejak dari azan Zuhur sampai bertemu lagi dengan azan Subuh. Saad rupanya sudah mengantisipasi hal ini dengan kemudian mengajak Hamas untuk keluar dari Masjidil Haram usai salat Zuhur.
Luar biasa.
Mereka menuju pertokoan yang ada tak jauh dari tempat mereka menginap. Membeli makanan siap saji yang ada di sana. Hamas sampai bertanya kenapa mereka tidak kembali ke hotel saja untuk makan makanan enak di sana.
Tapi kata Saad, lebih enak begini, jajan makanan khas yang ada di Mekah. Mereka juga mampir ke satu toko es krim, membeli sekotak es krim beraneka rasa yang ada di sana. Cuaca yang hangat memnag cocok jika dikombinasi-kan dengan menyantap es krim.
Keduanya melahap makan siang mereka di teras luar Masjidil Haram. Sekalian melihat sekeliling. Hamas paling senang mengambil air zam-zam di keran-keran yang tersedia.
Meski sesekali menguap lebar, tapi toh hamas menikmati juga makan siangnya yang ala kadarnya begini.
"Eh, Ad, kan lu bilang, kalau salat di Masjidil Haram tuh pahalanya seratus ribu kali lipat ye kan." kata Hamas, mengunyah makanan dalam mulutnya. "Lah kalau gitu enak jadi orang Mekah dong? Gue sik kalau jadi warga sini, ogah pindah lah."
"Iya ya, Mas," Saad berkata sembari menggigit daging ayam goreng di tangannya. "Sibuk ibadah aja di sini, salat terus, puasa terus, sedekah terus, matinya masuk Jannah, insyaaAllah."
"Tul!" sambung Hamas.
"Tapi ternyata ada yang lebih dahsyat dari itu," kata Saad lagi.
Hamas mengernyitkan kening, "Maksudnya?"
Keduanya mengambil botol air minum masing-masing yang sudah berisikan air zamzam, lantas meminumnya nyaris bersamaan. Sebelum kemudian Saad menjawab kebingungan Hamas.
"Hadits yang diriwayatkan Ibnu Hibban, bahwa RasulAllah Shallallaahu 'Alayhi Wasallam pernah bersabda; Berdiri satu jam di jalan Allah lebih baik daripada qiyamullail saat lailatulqadr di samping hajar aswad."
Berdiri satu jam di jalan Allah lebih baik daripada qiyamullail saat lailatulqadr di samping hajar aswad.
Hamas berupaya memahami apa yang diucapkan Saad barusan.
"Berdiri di jalan Allah?" gumam Hamas, kemudian meneruskan makannya.
"Iya, kayak jihad di Palestina, di Suriah... Atau dakwah ke sana sini, nyebarin Islam. Kayak yang dilakuin Saad Bin Abi Waqqash di Cina. Nilainya jauh lebih besar daripada qiyamullail saat lailatulqadr di samping hajar aswad," ucap Saad. "Antum tahu berapa nilai pahala qiyamullail? Dan nilai pahala yang diberikan saat lailatul qadr? Setara sama seribu bulan beribadah, bener ngga?"
Hamas mengangguk, "Iya sik."
"Terus ngerjain itu semua di samping hajar aswad, berarti di dalam Masjidil Haram atau dekat Ka'bah. Nilainya 100.000 kali lipat. Pahala qiyamullail dikalikan pahala ibadah qiyamullail 1.000 bulan, dikalikan lagi 100.000 tuh. Udah berapa? Pusing kan? Ngga usah dihitung, ngga usah dibayangin, tapi dikejar aja penawaran terbaik yang kayak gitu..." kata Saad lagi. Makan siangnya sudah tandas. "Makanya mereka ngga cuma menetap di Mekah aja, tapi bergerak keluar dari Mekah untuk menyebarkan Islam atau hal lainnya. Yang jelas, berada di jalan Allah kayak hadits tadi."
"Wah, gue jadi pengen juga," kata Hamas sembari membersihkan sisa nasi di atas tempat makannya. "Ada di jalan Allah. Dakwah. Tapi gue bisa apaan, ye kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] HAMASSAAD SAFAR
SpiritualKenalilah sahabatmu, dengan pergi safar bersamanya. Season 5 yak ini :D Khayran insyaaAllah