19

100 17 0
                                    

RUTE selanjutnya setelah Jabal Tsur, adalah Jabal Rahmah. Hamas dan Saad mendapat tempat duduk dekat Pak Ahmad jadi mereka bisa mendengar Pak Ahmad menjelaskan kisah-kisah tentang Jabal Rahmah.

"Rahmah artinya Kasih Sayang. Jabal Rahmah bisa berati Bukit Kasih Sayang, sebagai tempat yang dikisahkan merupakan tempat bertemunya Adam dan Hawa kembali di dunia setelah diperintahkan keluar dari surga karena melanggar perintah Allah yakni memakan buah khuldi," jelas Pak Ahmad yang kelihatannya senang sekali berkisah.Mungkin kisah-kisah ini sudah dihafalnya di luar kepala. "Nabi Adam 'Alahissalam kabarnya diturunkan di negeri yang sekarang menjadi India, sedangkan Hawa diturunkan di Irak. Jauh kan ya jaraknya. Nah, menurut beberapa pendapat, setelah sekian puluh tahun atau sekian ratus tahun mereka berpisah, Allah mentakdirkan mereka berkumpul lagi. Di Jabal Rahmah ini tempatnya, menurut banyak pendapat. Di sana dibangun monumen yang terbuat dari beton persegi panjang dengan lebar 1,8 meter dan tinggi 8 meter. Masyarakat setempat percaya, lokasi pertemuan Adam dan Hawa adalah persisi di titik bangunan monumen putih itu. Banyak juga yang nulis namanya di monumen tersebut. Ini ndak disarankan ya, Bapak dan Ibu. Bagaimanapun juga, jodoh itu di tangan Allah. Kalau mau minta jodoh ya ke Allah, bukan nulis nama di monumen."

Tawa kecil terdengar dari tiap jamaah.

"Nah, kita sudah sampai," kata Pak Ahmad. "Monggo, yang mau foto-foto, atau lihat-lihat, silakan. Tapi ndak disarankan naik ke bukitnya, karena kita cuma sepuluh menit di sini. Masih banyak tempat yang harus dikunjungi."

Para jamaah turun dari bus dengan memicingkan mata. Terik mentari di atas sana membuat pandangan mereka silau bukan main. Yang membawa kacamata hitam, lekas mengenakan kacamatanya hanya untuk bisa melihat monumen yang dimaksud.

Ada cukup banyak orang yang mendaki ke sana, pun yang turun dari sana. Tapi memiliki waktu hanya sepuluh menit sungguh tidak cukup untuk naik dan turun ke atas bukit tersebut.

Jadi yang dilakukan Hamas adalah mengambil beberapa gambar, sedangkan Saad melengkungkan senyum melihat monumen di atas sana.

"Ngapa lu senyum, boi?" tanya Hamas, mendapati cerah di wajah sahabatnya.

"Lagi mikir aja, Mas," kata Saad. "Keingetan Kak Hanun yang galau jodoh."

"Lah apa hubungannya?"

"Ya ini, Adam sama Hawa kan terpisah puluhan malah ratusan tahun, baru dipertemukan..."

"Ya beda lah, Ad. Masa iya Kak Hanun kudu nunggu ratusan tahun jugak?"

"Ngga, bukan itu," kata Saad, menepis selaan Hamas terhadap kalimatnya. "Tadi kan dibilang sama Pak Ahmad, Adam diturunkan di sekitar India, Hawa diturunkan di Irak. Tapi Allah tetep wae pertemukan mereka. Gimana Allah ngga disebut Maha Baik?" ucap Saad, menoleh, melihat ke arah Hamas yang tak bisa menyembunyikan raut tak mengertinya kendati kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya.

"Kaga ngarti gue," tukas Hamas.

Saad mengembuskan napas lewat mulut, terkekeh sebelum menyahut.

"Iya, kita rusuh atas segala urusan, padahal urusan kita ya diurus sama Allah. Kita cuma dipinta buat takwa aja," ucap Saad. "Kayak di Ath Thalaq ayat tiga; Waman yatawakkal 'alallaahi fahuwa hasbuh. Siapa yang tawakal ke Allah, maka Allah cukupkan keperluannya. Semuanya, Mas. Semua keperluan. Tapi jangankan Kak Hanun, gue juga masih kadang-kadang jauh dari tawakal. Padahal udah berusaha paham tawakal tuh penting."

Hamas paham sekarang.

Barusan itu Saad dengan segala konsep Berserah Kepada Allah seperti yang biasa diucapkan sahabatnya itu.

"Kita mau kejar kayak apa perempuan yang kita suka, kalau Allah bilang bukan yang itu, ya bukan," kata Saad. "Kita mau usaha kayak apa, kalau Allah bilang belum rezeki, ya ngga jadi rezeki kita. Ngga bisa maksa kalau udah ditetapkan. Tapi masih bisa berdoa."

[✓] HAMASSAAD SAFARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang