I'm different than what's expected
i don't play play play, i don't play with you people tell you, watch out for guys like me don't believe it too much what you know about me, you know me at all
I am a good boyGDYB - Good Boy
.
.
Cowok ganteng, baik, pinter, kaya, mandiri, yang nggak playboy ada nggak?
Ada tentu saja.
Giorgino Praga Ardana.
Itu loh, pemilik Golden Cafe. Salah satu tempat makan yang selalu ramai di pusat Kota Jogjakarta. Selain makanannya yang enak-enak, juga karena tempatnya yang nyaman, luas, dan tentu saja Instagram-able. Awalnya Golden Cafe itu proyek kakaknya, Haikal saat kuliah, yang memang berkuliah di bidang kuliner entah apa tepatnya. Tapi kemudian, setelah membangun cafe dan restauran baru di Bali dan Jakarta, Haikal memilih mundur dari Golden Cafe dan tinggal di Bali bersama keluarganya. Ia memberi kepercayaan pada Gino dan Yogi, teman Haikal untuk mengurusnya.
Dulu saat SMA, Gino sempat jadi pelayan dan barista di Golden Cafe, karena ia memiliki ketertarikan dengan bidang itu. Bahkan setelah lulus SMA, ia masuk ke sekolah kuliner selama satu tahun untuk mendalami ilmu tersebut sebelum masuk universitas untuk berkuliah di jurusan teknik arsitektur. Dengan penghasilannya dari Golden Cafe, ia tidak lagi meminta uang jatah dari orang tuanya. Toh, gajinya bisa dibilang lebih dari cukup, sampai bisa untuk mencicil mobil yang dipakainya sekarang.
Pokoknya, Gino, panggilan akrab Giorgino, itu bisa dibilang mantu idaman banget deh. Kalau dibawa ke orangtua kalian, dijamin mereka nggak bisa nolak. Tapi sayangnya, sampai sekarang belum ada cewek yang berani mengenalkan dia ke orangtuanya. Barang mahal emang susah lakunya, iya, 'kan?
"Woy, bro!" Suara Richard, teman satu kelasnya memanggil. "Buruan nanti keburu klubnya tutup."
Gino dengan langkah santainya menghampiri mobil Richard yang terparkir di depan café lelaki itu.
"Cupu apa bego, sih? Klub malem ya makin malem makin asoy." Gino masuk ke dalam kursi penumpang di sebelah pengemudi. "Berdua doang, nih?"
"Iya, lah! Nggak mungkin ajak Arkan, dia udah nikah sama Lily, anaknya Pak Ustadz Shodikin, bisa-bisa digorok dia kalau mainnya ke tempat hina begitu. Sekarang dia udah jadi anak sholeh, jangan diganggu," cerocos Richard sambil fokus melihat ke jalan yang ramai. Maklum malam minggu.
Gino mendesis. "Ya, lo pikir gue orang gimana? Lo berani ngajak gue ke tempat begituan. Begini juga gue calon anak sholeh!"
"Sholeh dari mana? Salat aja kalau Hari Jumat doang!" ejek Richard tertawa.
Gino berdecak tidak terima. Dia itu selalu salat lima waktu! Ya walau pun kadang-kadang telat! "Kalau ngomong yang bener! Bukanya situ kalau ke gereja pas natal doang!"
"Sensitif amat, Bang." Richard terkikik. "Jangan diambil pusing deh, kan yang penting nanti di klub nggak ngapa-ngapain. Biasanya juga cuma numpang joget sama minum cola."
"Ya emang mau ngapain gue ke klub? Mau grepe-grepe anak orang takut kebablasan," sungut Gino.
"Tahu nggak gimana biar ke klub malem tapi tetep ada faedahnya?" celetuk Richard.
"Mana ada," dengkus Gino.
"Eh ada, jangan salah. Kita ke klub niatnya diganti, bukan buat seneng-seneng, tapi buat cari jodoh. Nah berfaedah kan, tuh?" Kata Richard.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not So Husbandable [REPOST]
General Fiction[KAMPUS SERIES | 1] Bagaimana jika dua orang yang tidak saling kenal harus menikah? Bukan karena perjodohan apalagi tragedi hamil duluan. Ada suatu kejadian menarik, yang membuat mereka 'terpaksa' menikah. Bingung, canggung, jengkel, pokoknya nano-n...