I'm crashing like waves (yeah)
Playing in the sand (me and you girl)
Holding your hand (make some noise)Simple Plan - Summer Paradise
..
Gino dan Andara beserta rombongan tiba di rumah Haikal pukul delapan malam. Rumah Haikal berada di salah satu area perumahan elit di kawasan Renon, Denpasar. Keluarga Andara dibuat takjub dengan mewahnya rumah kakak Gino ini, bahkan rumah Ratna sendiri tidak sebesar dan sebagus ini. Kebetulan di rumah Haikal ada orangtua Sekar, yang sengaja menunggu kedatangan rombongan dari Jogjakarta, karena ingin melihat istri Gino.
"Aduh, cantik banget ya istrinya Gino," kata Nimas, ibu Sekar.
"Iya kan Bu, Gino emang jago milih." Sekar menimpali dari dapur, wanita itu sedang menyiapkan minum dan cemilan.
Ratna yang duduk manis di sofa ikut nimbrung. "Aku punya mantu cantik semua, kebanggaan emang, nurun dari bapaknya ini, jago cari istri." Gino dan Haikal tertawa mendengar ibu mereka yang sangat percaya diri.
Andara tersenyum malu. "Makasih, Bu." Ia lalu menarik kedua orangtuanya. "Ini ibu sama ayah saya."
Mereka lalu saling berkenalan dan berjabat tangan. Emi dan Surya meskipun awalnya canggung, tapi dapat menyesuaikan diri dengan cepat. Surya seperti dapat teman ngobrol yang pas dengan Ganang -ayah Sekar, karena kedua lelaki itu sama-sama pengusaha meubel. Ruang tamu rumah Haikal langsung penuh dan ramai, khas suasana lebaran. Apalagi ditambah ocehan Deska yang asyik bermain mobil remot.
"Gin, udah berapa lama kamu nggak ke sini?" tanya Andara pada suaminya. Mereka duduk bersebelahan sambil mengemil kacang mede.
"Tahun kemarin sih, pas liburan," jawab Gino. Lelaki itu bersandar di pundak Andara.
"Pegel loh, Gin," gerutu wanita itu, menyingkirkan kepala suaminya dan beranjak ke dapur untuk mengambil air putih.
"Ya ampun, ngapain kamu ke dapur? Aku bisa ambilin," tegur Sekar tidak enak.
"Nggak apa-apa Mbak, dari pada dilendotin Gino." Mau tak mau, Andara memanggil Sekar dengan sebutan Mbak walaupun usianya lebih tua dua tahun.
"Ngomong-ngomong, Mbak Andara udah isi belum?" tanya Sekar. Istri Haikal memilih memanggil sang adik ipar dengan sebutan Mbak, karena lebih muda.
Andara tersenyum kaku lalu menggeleng.
"Nggak apa-apa Mbak, belum rejeki, nanti juga pasti hamil. Mungkin bayinya tahu mau nunggu papanya lulus dulu," canda Sekar.
Andara mengamini perkataan Sekar. Sampai sekarang ia memang belum mengatakan pada Gino tentang niatnya yang ingin menunda momongan. Ia juga belum ke dokter kandungan untuk konsultasi mengenai kontrasepsi, karena sampai sekarang pun ia belum hamil juga. Sejujurnya, hal itu membuat Andara resah. Apa jangan-jangan ada masalah pada dirinya, sehingga membuat ia belum hamil juga?
***
Pukul sebelas malam, Nimas dan Ganang pamit pulang. Haikal lalu menunjukkan kamar-kamar tamu untuk istirahat keluarganya. Lelaki itu menanyakan pada adiknya di mana ia akan tidur, bersama Andre, atau Andara. Jawaban Gino lantas membuat seisi rumah tertawa.
"Ya kali Kak, gue ada istri malah tidur sama gedebok pisang?" dengkus Gino. "Enakan kelonan sama Andara ke mana-mana lah."
Andara yang tahu dirinya dijadikan lelucon, merasa malu. Ia mengambil tasnya dan langsung masuk kamar meninggalkan sang suami. Tidak lama kemudian, Gino menyusul sambil membawa koper mereka. Lelaki itu merebahkan tubuhnya di kasur, hampir saja tertidur saat Andara menepuk pahanya dan mengingatkan untuk salat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not So Husbandable [REPOST]
Fiksi Umum[KAMPUS SERIES | 1] Bagaimana jika dua orang yang tidak saling kenal harus menikah? Bukan karena perjodohan apalagi tragedi hamil duluan. Ada suatu kejadian menarik, yang membuat mereka 'terpaksa' menikah. Bingung, canggung, jengkel, pokoknya nano-n...