XII

9 0 0
                                    

Delley, Duskbeam bagian selatan, Eranor, Tahun 513

Raizel dan para pengawal telah melakukan pelesiran yang sia-sia.

Perjalanan panjang yang memakan beberapa hari tersebut tidak membuahkan hasil apa pun, sirna begitu saja. Pertemuan Raizel dengan Sollenna hanya merupakan sebuah ajang perkenalan diri, meski Raizel belum sempat memberitahukan namanya. Yah, Sollenna juga terlihat tidak penasaran, jadi pikiran untuk memperkenalkan diri tidak terbesit sama sekali pada benak Raizel.

Dan kini, mereka berenam tengah memacu kudanya dengan kecepatan penuh menuju Kerajaan Talhar, asal dentuman dahsyat yang menggema ke seluruh penjuru Eranor. Tidak dapat diragukan lagi, dentuman itu berasal dari tempat Rapat Besar sedang berlangsung—Kerajaan Talhar. Persetan dengan perundingan bersama bangsa Flleudh, mereka tak peduli lagi dengan seluruh barang dagangan yang hilang dan ganti ruginya. Kini, dentuman keras tersebut lebih penting dari apapun—bahkan nyawa Raizel sendiri.

Setelah melewati portal sihir terdekat yang ada di Duskbeam, secepat kilat mereka sampai pada Delley—salah satu kota terdekat dengan Kerajaan Talhar. Seolah menyeberangi samudera dan berkelana di atas benua-benua adalah hal enteng, sihir selalu mempermudah semuanya.

Satu-satunya yang terlintas pada benak sang Putra Mahkota kini hanyalah rajanya, ayah kandungnya. Tanpa bisa berpikir jernih, Raizel memacu kuda putihnya lebih cepat daripada para pengawal. Melewati pasar-pasar penduduk dengan gesit dan hanya meninggalkan sepeser kehancuran. Misi kelananya ke penghujung selatan kini telah gagal, digagalkan oleh sebuah suara yang tidak seharusnya ada di Eranor. Jubah sutra cokelat tuanya berkibar tertiup angin yang tercipta dari derapan kudanya. Rambut hitam legamnya yang tidak tertutup oleh pelindung kepala itu berantakan diterpa angin kuat yang mengarah lurus tepat ke wajahnya yang diselimuti ketegangan. Pedangnya masih tergantung pada galur sabuk, terombang-ambing karena deraan kuda.

Para pengawal menyerukan kalimat-kalimat pada Raizel, menyuruhnya untuk melangsamkan kecepatan kudanya. Walaupun tidak meninggalkan kehancuran yang berarti pada pasar penduduk, tetapi kuda milik kesatria itu telah menginjak beberapa kain sutra bersih juga menubruk belasan bakul yang berisi buah-buahan segar yang kini jatuh bergelimpangan di tanah dan sia-sia.

"Jika kau mendengar bunyi dentuman keras pada Eranor, maka larilah, Raizel." Sang Putra Mahkota teringat titah ayahnya dua belas tahun silam. "Menjauhlah sebisa mungkin. Menjauhlah sejauh-jauhnya, jika itupun berarti menjauhi sesuatu yang berharga."

Ia meringis—menahan luka tak kasatmata dan perih yang mengiris jantungnya—saat mengingat-ingat kalimat ayahnya tersebut ketika Raizel berguru pedang pertama kali dengan sang raja. Detik ini, ia melanggar titah ayahnya tersebut. Bukan lari menjauh, melainkan semakin mendekati asal-muasal dentuman keras yang digemparkan ayahnya. Ia tidak sanggup untuk melepaskan sesuatu yang berharga baginya dengan sepenuh hati, meski ayahnya sendiri yang mengajarkan hal tersebut padanya.

"Terlalu banyak memiliki hal-hal yang kau sayangi justru akan menambah kelemahanmu."

Untuk kali ini saja, Raizel memantapkan hati untuk membangkang sang ayah.

Maafkan aku, ayah, raung sang Putra Mahkota dalam hati, tetapi kali ini aku tidak akan mengikuti perintahmu.

Tidak perlu waktu lama, mereka telah sampai pada sisi wilayah Kerajaan Talhar yang paling luar. Yang terputar pada benak Raizel kini hanyalah bayangan sang ayah, ketika mereka berlatih pedang, berlatih mendera kuda untuk pertama kali, juga berkeliling Sunburst pada saat festival-festival tahunan saat dirinya masih kecil dahulu.

Dan kini terlihat. Dari jarak yang belum terlalu dekat, ujung menara Kerajaan Talhar telah menyembul di antara pepohonan raksasa yang tinggi. Kendatipun, bukan ujung menara berkilau yang seringkali kilauannya terlihat dari kaca jendela istananya sendiri bagaikan bintang abadi, melainkan ujung menara yang kini diselimuti oleh nyala api yang menari-nari. Hangus dan raib, tak ada sisa bahkan kilauannya setitik kecil pun.

The Crimson Pawns (A Crownless King #1) (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang