Selasa, 8 September 2015

25 7 0
                                    

Ini hanyalah penggalan kecil dari keseharianku dan Akmal. Aku ingat, hari itu tidak spesial aku dan Akmal hanya pulang sekolah bersama naik angkot, seperti biasa. Kami hanya berbincang ringan tanpa arah pembicaraan yang pasti.

"Nara."

"Iya apa?"

"Itu tuh tempat parkir motor ya?" Dia menunjuk tempat parkir motor yang terdapat di sebelah sekolah. Maklum saja tidak ada tempat parkir khusus siswa di sekolahku dan seingatku seharusnya murid SMA tidak membawa motor ke sekolah, ada peraturan baru yang melarang siswa SMA untuk membawa kendaraan bermotor ke sekolah kalau tidak salah, apalagi kalau motornya sejenis motor trail atau Ninja.

"Iya," jawabku seperlunya.

"Nanti aku mau beli motor loh."

"Oh iya?"

"Iya, bagusnya warna apa?"

"Akmal jangan beli motor deh," aku berniat bercanda.

"Kenapa?"

"Nanti aku ga ada temen nyebrang," aku tertawa kecil sambil menatapnya iseng.

"Hmm, nanti aku anter aja. Deket ini," ucapnya sambil menatapku dengan senyuman yang melekat di wajahnya.

Jantungku seakan mendapat serangan mendadak, detak jantungku benar-benar keras. Rasanya aku saja dapat mendengar degup jantungku, ku harap itu hanya ilusi karena kalau nyatanya sekeras itu, aku benar-benar malu. Kalau saja semua ucapan Akmal itu menjadi kenyataan, mungkin saat itu hanya aku yang memiliki dunia. Tentu saja hanya aku yang memilikinya karena Akmal tidak punya perasaan khusus padaku atau mungkin belum. Tidak ada yang tahu bukan? Tidak ada yang tahu kapan cinta datang, kepada siapa cinta datang, dan bagaimana cinta datang. Hanya Tuhan Yang Mahatahu dan tugas kita hanya berharap kepada-Nya.

Jangan nyerah! Baca terus sama vote ya! Makasih banyak sebelumnya buat semua supportnya.

Tentangnya di 2015Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang