Rabu, 9 September 2015

24 5 0
                                    

Kala itu sedang pergantian jam pelajaran dari bahasa Inggris ke bahasa Sunda. Aku, Alika, Riana, dan Marisa baru saja kembali dari toilet sambil mengobrol santai. Aku melihat Akmal yang keluar dari kelas sambil menggunakan earphone, pasti dia sedang mendengarkan koleksi lagu-lagu sendunya. Kami berempat, kecuali Akmal duduk di depan kelas, kemudian Akmal menghampiri kami. Kami semua sekelompok dalam pelajaran bahasa Sunda, jadi kukira dia menghampiriku untuk membahas soal tugas bahasa Sunda. Aku berdiri menghadap Akmal karena dia berjalan mendekat. Ia memasangkan earphone-nya padaku, aku terkejut dan mencoba menyembunyikan keterkejutanku. Ia kesulitan memasangkan earphone-nya sehingga aku mengambilnya dari tangan Akmal dan memasangnya sendiri. Dia mendengarkan lagu yang dia nyanyikan untukku saat hari Jumat. Kami berdiri berdampingan dan mendengarkan lagu untuk beberapa saat. Akmal memberikan handphone-nya padaku dan masuk ke kelas, sedangkan aku memilih untuk mendengarkannya lagi hingga lagunya selesai. Setelah lagunya selesai, aku memberikannya pada Riana.

Kami masuk ke kelas untuk membahas tugas drama bahasa Sunda. Aku sempat kesal pada Akmal dan teman sekelompokku yang lain karena mereka bercanda terus. Setelah percakapan panjang ditambah dengan hal-hal tidak penting lainnya, kami berhasil membuat skenario sesuai kesepakatan kami. Saat akan memutuskan pemeran utama, awalnya aku ingin menjadi pemeran utama, tentu saja dengan Akmal. Namun, aku cukup sadar dengan kemampuan aktingku yang payah jadi terpilihlah Marisa dan Arya sebagai pemeran utama.

Setelah itu, aku mulai menulis naskahnya. Namun, aku sedikit bingung akan menulisnya seperti apa dan untungnya Akmal memutuskan untuk membantuku. Dia asalnya duduk di atas meja, lalu dia pindah ke kursi di sampingku, dia mendikte apa-apa saja yang harus aku tulis. Dia cukup membantu meskipun sebenarnya dia lebih banyak bernyanyi ketimbang membantuku. Akmal memang hobi bernyanyi. Cukup kuakui suaranya memang lumayan, untuk seukuran anak laki-laki meskipun kadang terdengar sumbang, tapi aku suka. Sayangnya saat itu lagu yang dia nyanyikan terdengar seperti sebuah sindiran bagiku, "Cinta dan Rahasia" judulnya. Setelah bernyanyi dia kembali membuatku kesal dengan candaan-candaannya. Tapi bukan Akmal kalau tak bisa membuat rasa kesalku berubah menjadi senang dalam hitungan detik. Ya, itu faktanya aku tak bisa kesal padanya. Pada Akmal.

"Cinta dan Rahasia" mungkin lagu yang tepat untuk menggambarkan keadaanku saat ini. Sedikit menyedihkan memang, tapi aku penasaran kemana takdir bodoh ini akan menuntunku. Apa mungkin ke jurang keputusasaan atau justru aku akan terbang dengan Akmal? Entah apa yang terjadi tapi aku tak akan dan tak boleh menyesalinya.

Tentangnya di 2015Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang