Jumat, 2 Oktober 2015

14 2 0
                                    

Hari ini adalah pelajaran olahraga dan materi kali ini adalah lari jarak menengah. Mau tidak mau kami harus berlari sesuai rute yang telah ditentukan dan suatu kepastian bahwa aku tidak mahir dalam olahraga, kacau maksudku.

Aku berlari bersama Marisa, awalnya aku berlari santai dan merasa biasa saja. Setelah seperempat jalan, aku mulai merasa pusing sehingga aku memutuskan untuk berjalan. Selang lima menit, aku kembali berlari dan hasilnya aku berkeringat dingin dan lemas. Tapi, aku tetap berusaha dengan berjalan cepat bersama Marisa. Tiba-tiba saja ada yang mengetuk kepalaku.

"Aw! Akmal sakit tau." Benar dugaanku, Akmal yang melakukannya dan dia tidak peduli dengan ucapanku. Ia terus berlari melewatiku. Dasar menyebalkan!

"Akmal, Nara lagi pusing tau!" Marisa berteriak cukup keras untuk menghentikan Akmal dan membuatnya mundur menghampiriku.

"Nara mau digendong?" tanyanya padaku.

"Ngga usah ih udah sana," aku mengusir Akmal dan dia pun kembali berlari sedangkan aku dan Marisa hanya berjalan cepat.

Aku tidak menyangka jalur ini benar-benar jauh. Ada jalan menanjaknya pula, membuatku ingin menyerah saja rasanya. Sesampainya di garis finish, kepalaku benar-benar pusing. Aku menghampiri Akmal dan teman-temannya yang sedang meminum minuman manis.

"Nara mau digendong?" Akmal kembali menawariku dan aku hanya menggelengkan kepalaku untuk menjawabnya.

"Digendong ya?" tanyanya lagi padaku.

"Ga usah Akmal," jawabku padanya. Tiba-tiba Rico berdiri dan berjongkok, bermaksud untuk menggendongku dan aku pun menendangnya.

"Sama Akmal aja ga mau apalagi sama kamu" ucap Ethan menimpali.

"Eh Nara mau ga?" Ethan menawariku minuman manis dan kutolak karena bisa-bisa aku tambah mual meminum minuman manis seperti itu.

"Iya jangan," ucap Akmal menyetujui tindakanku.

Akmal berjalan di depanku dengan langkah yang cukup cepat sedangkan aku dan Marisa berjalan lambat karena kepalaku pusing. Tiba-tiba saja aku menghentikan langkahku karena kepalaku sangat pusing, aku diam dan mengatur nafasku.

"Tuh kan Ra," Akmal mengeluhkan sikap keras kepalaku yang tak mau digendong. Kalau aku digendong olehnya akan ada banyak mata yang melihat dan itu benar-benar memalukan, kenapa dia tidak mengerti? Akmal memutuskan berjalan di belakangku untuk berjaga-jaga jika aku tiba-tiba merasa pusing lagi. Akhirnya kami tiba di sekolah, Akmal segera menghampiri teman-temannya dan aku sempat mendengar percakapan mereka.

"Eh Mal, maneh kamana? Lainna maneh duluan? (Eh Mal, kamu kemana? Bukannya kamu duluan?)"

"Eta nungguan Nara (itu nungguin Nara)," jawab Akmal.

Aku pun tersenyum kecil, rasanya seperti punya seorang kakak. Padahal, kami baru saling mengenal selama tiga bulan. Setelah berlari sejauh itu, Akmal malah bermain basket dan alhasil kakinya sakit. Sudah tau kakinya sakit, pulang sekolah ia bermain futsal dengan temannya. Akmal kamu tuh manusia bukan sih? Ga ada capeknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tentangnya di 2015Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang