chapter 4

6.1K 479 26
                                    

Sembari menatap kosong pada langit kamar yang mulai kusam, Mingyu menyilangkan kedua tangannya untuk menyanggah kepala. Dalam benaknya ada terlalu banyak benang masalah yang tidak dapat diuraikan satu persatu. Semuanya kusut saling membelit satu sama lain. Konflik itu seperti tidak mau berhenti menyerangnya bertubi-tubi. Dirinya hanya seorang bocah ingusan yang baru genap berusia tujuh belas tahun, yang seharusnya hanya duduk manis di bangku sekolah menikmati hari-harinya belajar dan siap memasuki masa ujian kelulusan. Tapi masalah yang di derita Mingyu terlalu banyak sampai tidak dapat diuraikan dengan kata-kata.

"Jadi kau seratus persen menyesal marah pada Wonwoo?" tanya Seungcheol sambil mengunyah keripik kentangnya dan menimbulkan suara decakan yang menjengkelkan. Sang pemilik kamar membiarkan tamunya berbaring di atas kasurnya yang berukuran single. Tamu adalah seorang raja, jadi Seungcheol santai saja membiarkan Mingyu rebahan disana.

"Dulu kan aku tidak tahu kenapa dia memutuskan aku, hyung—"

"—sekarang karena sudah tahu alasannya aku jadi bisa memahami posisinya dan memaafkan kesalahannya di masa lalu."

Mingyu menghela nafas, masih tidak bosan menatap langit kamar yang lusuh itu. "Dan aku jauh lebih menyesal karena baru saja membuat kakakku menangis."

"Apa yang terjadi antara kalian berdua? Bukankah kau selalu marah kalau ada seseorang yang menyakiti kakakmu? Lalu sekarang kau sendiri yang melakukannya," sindir Seungcheol tanpa ragu.

"Akhir-akhir ini aku tidak mengerti dengan jalan pikiranku. Aku jadi egois, hyung. Aku tidak suka melihat kakakku berdekatan dengan orang lain."

"Berarti kau juga akan marah kalau aku dekat dengan Taehyung?" tanya Seungcheol lagi seraya menunjuk dirinya sendiri.

"Tidak, aku tidak akan marah jika orang itu kau."

"Kalau posisinya aku masih single, bagaimana?"

"Itu lain lagi ceritanya."

Seungcheol berdehem setelah berhasil menelan habis satu keripik kentang yang berukuran lebih besar.

"Aku akui Taehyung itu kharismatik dan mempesona."

"Semua orang memang berpikiran seperti itu." Seketika bayangan wajah Taehyung yang tersenyum muncul di pikirannya. Memikirkan itu sontak membuat Mingyu merasa bersalah.

"Aku takut kalau dia akan mengabaikanku seandainya dia punya teman kencan, hyung. Aku takut sekali, sungguh."

"Astaga Gyu, kau bukan anak kecil lagi. Kalian sudah besar dan tidak bisa terus-menerus bersama."

"Tapi bagaimana kalau aku serius ingin memiliki-nya?"

Seongcheol terdiam mencerna kalimat bocah SMU itu. Dari sekian banyak teman Mingyu, mungkin hanya dia seorang yang mengetahui hubungan terlarang kakak-beradik Kim itu. Peran Seungcheol disini bukan hanya sebagai teman dekat Mingyu saja melainkan sebagai kakak yang juga suka memberi perhatian. Mingyu itu hanya korban dari kasus broken home jadi tak ayal jika suatu waktu dia akan bertingkah kekanakkan. Namun tetap saja perhatian yang dicurahkan Seungcheol tidak sebesar yang selalu Taehyung berikan.

"Kau benar-benar sudah sinting," kata Seungcheol. "Pikirkan lagi perasaan Taehyung, perasaan ibu dan juga ayah kalian. Yang harus kau hadapi nanti bukan orang lain, Gyu tapi orangtua kandungmu sendiri."

"Terserah kau mau sebut aku gila, sinting atau apa. Tapi aku sudah memantapkan pilihanku pada Taehyung hyung. Lulus ujian sekolah nanti aku akan mengambil universitas yang sama dengannya."

"Mana cocok kau menyentuh benda seni? Hey memangnya kau bisa menggambar? Kau itu lebih cocok masuk kejuruan teknik."

"Aku bisa main gitar listrik!" sahut Mingyu tidak mau kalah. Dia jadi tersulut sampai-sampai menegakkan tubuhnya untuk duduk di tepi kasur. Tapi Seungcheol nampak acuh tak peduli.

What am I to You? 🔞 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang