chapter 19

2.2K 245 10
                                    

Jika biasanya Mingyu akan murka setelah memergoki Taehyung bersama dengan Jungkook, namun untuk kali ini dia tidak menunjukkan tindakan apapun ketika menyaksikan semuanya dengan mata kepala sendiri.

Mingyu melihat Taehyung menangis. Mingyu mendengar Taehyung meraung terus memanggil namanya. Sejak tadi Taehyung belum sadar karena mengira jika Jungkook ialah dirinya.

Mingyu terpukul mendapati keadaan Taehyung yang menyedihkan itu. Lagi-lagi Taehyung terluka karena perbuatannya. Dan dia semakin bersalah karena tidak bisa berada di sisi Taehyung saat sang kakak membutuhkannya.

Hujan semakin deras memaksa Jungkook membawa Taehyung ke tempat yang lebih teduh untuk berlindung. Mingyu sampai tak berkedip melihat bagaimana Jungkook yang memperlakukan Taehyung dengan gentle. Lelaki itu membiarkan pakaiannya basah hanya agar Taehyung tetap berada tepat dibawah payung. Cara berjalan Taehyung sedikit terhuyung. Rasanya Mingyu ingin menghampirinya lalu merengkuhnya penuh dan membawa sosok yang lemah itu sampai ke rumah dengan selamat.

Namun sayang, Jungkook sudah mengambil alih lebih dulu semuanya.

.
.
.

Mendadak Taehyung terbangun dari tidurnya. Sofa yang dia tiduri terlalu padat dan keras, membuat sekujur lengan dan lehernya jadi pegal luar biasa. Taehyung masih bergelung di balik selimut tebal yang menutupi dari batas perut hingga ujung kakinya. Nampak dia menyamankan diri sejenak disaat matanya masih terkantuk-kantuk. Sementara tangannya menyusup ke dalam memijat ototnya yang masih pegal dan kesemutan. Ketika dia menghirup aroma pelembut pakaian yang menguar dari selimut yang menutupi tubuhnya, Taehyung menyadari jika dia tidak sedang berada di apartemennya.

"Eungh," dengan susah payah Taehyung mendudukan diri. Rambut bagian belakangnya yang sudah panjang jadi mencuat tidak beraturan.

"Hyung sudah bangun?"

Taenyung mengerjapkan mata begitu mendengar suara lelaki yang baru saja memanggilnya. Dia menoleh ke arah dapur dan mendapati Jungkook yang berdiri disana tengah menyiapkan makanan.

Taehyung memandangi Jungkook yang tersenyum ke arahnya. Dia berpaling dengan cepat karena masih tidak percaya. Mengapa dia bisa berada di rumah lelaki itu.

Dap. Dap. Dap.

Derap langkah kaki yang berat semakin menyambangi telinganya. Taehyung yang terlalu gugup mencengkeram erat ujung selimut itu. Jungkook hampir mencapai bagian ruang tamu dan tiba-tiba saja dia menjerit histeris.

"Jangan mendekat!" pinta Taehyung sembari menutupi wajahnya cepat dengan selimut. Mendapati itu, Jungkook tidak mengerti. Pikirnya Taehyung masih syok karena terbangun di tempat yang tidak seharusnya.

"Hyung," tangannya hampir menyambar selimut yang membungkus kepala Taehyung.

"Kubilang jangan mendekat!" titahnya lagi. Tapi Jungkook menolak untuk mengikuti permintaan Taehyung karena firasatnya, lelaki itu sedang tidak baik.

Jungkook mencengkeram lengan Taehyung, mencoba menurunkannya dengan hati-hati agar dapat melihat wajah cantik itu.

"Hnng.." Taehyung masih bersikap defensif dengan menegakkan tubuhnya hingga kaku. Jungkook tidak dapat memaksa dan akhirnya membiarkan dirinya untuk mengalah.

Merasa cukup aman, Taehyung mengintip dari balik selimut. Jungkook masih disana dan berlutut di depannya. Tatapannya menyorotkan kekhawatiran yang mendalam.

"Bagaimana ini?" gumam Taehyung membatin. Kepanikan yang dia alami belum mereda. Ditambah, kedua kelopak matanya kini terasa bengkak karena habis menangis. Semua itu tentu membuat Taehyung tidak ingin terlihat jelek di mata Jungkook.

What am I to You? 🔞 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang