Aku menatap hamparan sawah milik perempuan kuat di sana..
Sudah belasan bahkan puluhan tahun ia menggeluti profesi itu..
Seorang petani..
Petani sekaligus guru ngaji..Hari ini aku mencoba merasakan pekerjaan rutinnya tersebut..
Sungguh tak terkatakan lelahnya..
Di bawah guyuran hujan atau teriknya matahari..
Beruntung hari ini tidak terlalu panas dan juga tidak hujan..
Tapi..
Ancaman lain justru datang dari dalam tanah..Serbuan lintah tanah, 'pacet' yang seolah menyambut setiap ayunan langkah kaki kami..
Mencari makanan mereka berupa beberapa cc darah..
Aku yang seorang gadis desa tapi lama di kota, tidak sanggup menepikan rasa jijikku..
Seakan setiap lintah itu merayap dan menggigit seluruh tubuhku..
Tapi dia..
Bahkan dengan santainya mengambil lintah itu, membuang atau membunuhnya dengan garam..Minimnya pengalaman membuatku mudah lelah..
Baru beberapa menit aku sudah menyerah..
Tapi dia..
Sanggup bekerja sampai hitungan jam..Betapa aku bersyukur mengenalnya..
Menjadi sedikit bagian dari dirinya..
Aku bahkan bertanya-tanya..
Siapakah nanti, bila ia telah tiada..
Yang sanggup menggantikan pekerjaannya ini..
Saat waktu menunnjukkan pukul 12:00 wib, dia berhenti..
Bukan karna lelah..
Bukan..
Tapi kewajiban lain yang harus ia penuhi pula..
Yaitu kewajiban pada Tuhan dan muridnya..
Sembahyang dan mengajar sore..
Tak ada kata lain untukku bisa menggambarkan semangatnya..
Di usia yang sudah lebih dari seperempat abad ini..
Mari aku kenalkan..
Seorang wanita bersahaja..
Wanita kuat itu..
Ibuku..
KAMU SEDANG MEMBACA
Diari Hati Rara
PoetryRara, seorang anak perempuan yang memiliki keluarga sederhana.. Dengan seorang ibu, dua kakak laki-laki dan dua adik laki-laki.. Mereka tidak berkecukupan, tapi bahagia.. Apakah Rara benar-benar bahagia? Ataukah semua tawa dan senyumnya memiliki ma...