Cerita Masa Lalu

21 2 0
                                    

Pada suatu hari, di sebuah sekolah dasar di pedalaman kabupaten. Nampak sunyi dan sepi, tentu saja, proses belajar masih berlangsung. Tak lama, beberapa langkah kaki memecah kesunyian koridor sekolah. Langsung menuju kelas yang terletak tepat di samping perpustakaan.

"krieeet" pintu terbuka. Sontak para murid melihat ke arah pintu. Di sana kepala sekolah berjalan menuju meja guru, di belakangnya ada seorang anak laki-laki. Murid-murid itu heran, mereka tidak merasa mengenali anak itu. Saat guru menyampaikan tujuan mereka barulah satu kelas itu mengerti. Mereka akan mendapat teman baru...
.
.
.
Kami tak pernah mendapatkan murid pindahan ke kelas kami sebelumnya, aku penasaran dengan anak itu.

Ternyata dia berasal dari kabupaten tetangga, berdarah suku jawa dan melayu. Saat dia tersenyum akan muncul dua lesung pipi yang dalam membuatnya terlihat manis. Kulitnya hitam, tapi bersih. Aku tidak menyangka bahwa aku akan membencinya.

Ya, ujian akhir sekolah tiba, aku percaya bahwa aku akan mendapatkan juara lagi, meskipun bukan pertama. Tapi, saat namaku dibacakan aku terkejut. Namaku peringkat ketiga. Siapa? Siapa yang merebut tempatku, pikirku. Dengan nilai sama, 'dia' si anak baru dipanggil. Mengisi peringkat dua, aku kesal saat lepas dari kagetku. Kenapa? Pikirku, kenapa dia bukan aku? Nilai kami sama, kenapa aku yang turun? Apa hebatnya dia dariku.

Ternyata saat aku bertanya, dia jauh lebih unggul dalam segi disiplin dan tulisan. Haha guys, kami masih kelas dua sd, tapi aku sudah merasa kalah dan benci. Tulisanku sangat jelek, aku juga sering terlambat. Tapi dengan pikiran anak sd, menurutku itu tidak seharusnya berpengaruh pada nilai.

Aku tidak terima, mulai saat itu aku membencinya. Aku juga membenci diriku, aku tidak ingin lagi belajar, aku menyerah, dengan kepribadian ku yang seperti itu (tulisan dn disiplin), aku tau aku tidak akan pernah menang lagi.

Saat aku semakin menurun, dia malah semakin naik. Mulai mengambil tempat pertama dalam semua hal, bahkan perhatian guru dan menjadi murid kesayangan semua orang. Mungkin saat itu, akulah satu-satunya yang membenci dia.

Aku mengira dia bisa mengambil alih dunia sd ku, tapi bukan dunia suara. Ya, waktu itu aku termasuk anak yang memiliki suara yang menjanjikan. Aku memenangkan beberapa perlombaan MTQ, meskipun hanya sampai kabupaten, tapi aku bangga. Tapi..

Tuhan! Apa kurangnya dia? Apa?
Pelajaran SD dia juara, MDA pun juga, bahkan ternyata dia juga memiliki suara bagus. Bahagia baginya, tapi kiamat buatku. Bayangkan, anak sekecil itu tidak memiliki kekurangan yang berarti. Tidak bandel, tidak jelek, tidak bodoh. Hah! Aku? Haha, bahkan tidak mendekati separuh itu. Aku tau saat itu aku mem'benci'nya.
.
.
.
Tahun-tahun berlalu, kami tumbuh. Ups, bukan aku, tapi teman-temanku. Tumbuh dan berkembang sesuai umur dan tahun. Aku jangan ditanya, bahkan sampai sekarang, baik segi tubuh dan otakku tetap terlambat berkembang. Applaus for me, haha. Sepertinya, satu-satunya yang unggul dari mereka adalah pikiran 'dewasa'ku. Bukan.. Bukan dewasa yang itu.. Hehe, ini lebih ke arah perasaan dan imajinasi.

Perasaan benciku padanya mulai berkurang saat kami menginjak kelas lima sd. Kami mulai memasuki fase cinta masa kanak-kanak. Saling ejek saat ada yang berdekatan. Mulai belajar rasa suka. Aku tidak terkecuali, aku mulai menyukainya. Benar kata orang, benci dan suka itu beda tipis. Tapi, aku ahli membunyikan perasaan yang tidak sesuai umur itu. Tak ada yang tau, aku bahkan mengejeknya dengan anak perempuan lainnya.

Hingga kini, aku tidak menyangka bahwa aku pernah dekat dengannya, hmm sepertinya kelas lima juga. Aku membentuk persahabatan empat orang. Dia sendirilah yang cowok. Itu spesial, karna aku suka dia. Oke, s.u.k.a. dia. Mana aku tau saat itu dia suka atau membenciku? Aku tidak peduli, Dan aku juga lupa.

Masuk kelas enam sd. Di sinilah aku memiliki persahabatan yang lumayan dekat dengan dia. Yaaa, dekat dalam artian bahkan saling meludahipun kami senang, haha, senang lo ya, bukan marah. Bisa dibayangin ga sih? Dia malah mengajariku cara meludah yang lucunya hanya antara kami berdua. Entahlah, aku tidak bisa memastikan apakah kami benar-benar senang, atau hanya aku yang merasa senang dan suka, bahkan merasa dispesialkan.. Aku tidak tau, tapi aku penasaran dan ingin tau.

Hubungan persahabatan kami hanya sampai di situ. Hanya berlangsung selama dua tahunan. Tapi sangat-sangat meninggalkan kesan mendalam di hatiku. Bahkan hingga aku berpisah dengannya dan mengalami fase remaja ke dewasa. Perasaan ini.. Perasaan itu..

Aku tidak tau apakah semua perasaanku tentangnya adalah cinta? Atau mungkin hanya perasaan rindu semata..
Yang aku tau, dia berubah. Aku tidak akan lagi bisa tertawa bersamanya, memukulnya, bercanda atau curi-curi pandang ke wajahnya. Haha, dia bukan lagi sahabatku. Aku bahkan tidak tau warna kesukaan, hobi, atau cita-citanya. Entahlah, mungkin aku bodoh? Hahaha, aku memang bodoh..

.
.
Setiap mengingatnya aku menangis, aku rindu. Tapi aku juga tidak berani menjumpainya. Aku mungkin akan memilih lari jika aku berjumpa dia. Saat aku melihatnya, meski jauh, aku akan merasakan panik. Detak jantungku seakan berpacu seperti setelah berlari. Aku juga tersenyum jika melihat fotonya. Aku senang tapi juga kecewa saat aku hanya melintas di depan rumahnya. Jika ini suka, jika ini cinta, maka itu sudah berlangsung selama 11 tahun.

Apakah aku gila? Hei, aku gila jika aku mencintai seseorang yang bahkan tidak acuh padaku. Aku bodoh menumpahkan airmata untuk dia yang bahkan tak sudi menemuiku. Are you with me? Bahkan kekecewaan terbesar dari hatiku padanya, yang menekan semua rasa gila dan bodoh itu adalah saat aku kehilangan orang yang sangat aku cintai, ayahku, dan berharap dia di sana, di sisiku. Bahkan jika aku hanya bisa melihatnya atau mendengar kata-kata dukanya dari jauh, pun aku sudah bahagia, bisa membantuku percaya, bahwa aku bukan pembawa sial, bahwa aku juga pantas disayangi.

Tapi.. Tapi.. Tapi..

Aaaargh aku sangat ingin bertanya, sudahkah dia mencintai seseorang? Di manakah dia saat dukaku itu? Apakah dia tau aku menyukainya? Tak dapatkah dia merasakan rinduku?

Aku benar-benar ingin tau..

Please, help me.. Someone help me.. Uuugh, aku penasaran setengah gila..
Hahaha..
Lupakan, lupakan saja..

Fyuuuh, oke, ayo lupakan. Aku sengaja menuliskan semua ini
Karna aku tidak lagi ingin menyimpannya di hatiku. Aku ingin mengosongkan semua hal tentang dia.
Mungkin akan terasa hampa sejenak, karna sudah terlalu lama penuh di sana (hatiku), tapi tak lama akan terisi lagi oleh sesuatu yang baru..

Ya..
Karna awal mula itu, semua tentang dia yang aku tau..
Itu semua hanya masa lalu..

Good bye my greentea..

~END~

*abouthim*

Diari Hati RaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang