Satu

6.1K 170 6
                                    

Disinilah sekarang Aisyah berada, duduk di bangku bercat putih dengan tangan bertengker di atas meja sambil ditemani buku bersampul coklat dengan tulisan 'tanda tanda dia berjodoh dengan mu' memang aneh, tidak biasanya Aisyah membaca buku yang seperti ini.

Entahlah, mengapa dia mengambil buku itu yang berada di pojok sudut perpustakaan kampusnya ini. Padahal jika dilihat dari cover nya saja sudah membosankan, namun seseorang tidak butuh penampilan luar untuk terlihat menarik bukan?
Mungkin saja Aisyah memang membutuhkan sosok yang pasti untuk hatinya, yang tidak akan meninggalkannya kecuali takdir kematian yang Allah SWT telah tuliskan di kitab Lauhul Mahfudz

Aisyah mulai menyelonjorkan kakinya dibawah meja silver perpustakaan. Akhir-akhir ini memang terasa jenuh bagi Aisyah, dan dia seperti membutuhkan seseorang untuk mengisi hatinya atau menjalin hubungan serius yang tentu saja tidak akan menimbulkan fitnah ataupun jinah. Namun diumurnya ke 19 ini, bukankah terlihat terlalu muda untuk nikah?

'Kenapa ga pacaran?' Beberapa orang banyak yang menanyakan hal ini, sampai ibunya pun bertanya seperti itu. Memang dulu Aisyah pernah menjalin hubungan, saat dirinya duduk di bangku SMP kelas 3, lalu hubungannya bertahan sampai kelas 2 SMA. Dan akhirnya suatu kenyataan menimpa dirinya bahwa kekasihnya bermain dibelakang dia, itu merupakan tamparan keras bagi Aisyah, dia terlalu mencintai kekasihnya sampai saja dia tidak memikirkan cintanya kepada sang Ilahi. Beruntung Aisyah bersahabat dekat dengan Alya, masa-masa kelamnya di lalui dengan bantuan Alya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dan dirinya sadar, Allah menjauhkan kekasihnya dulu karena dia bukanlah lelaki baik.

Dan sempai sekarang, dia telah membuat prinsip 'Tidak pacaran' dia tidak bisa menjalin hubungan yang tidak pasti seperti pacaran. Yang ada hatinya akan tersakiti.

Dreett..dreett...

Aisyah mengalihkan pandangannya dari buku yang asyik dia baca, alisnya sedikit mengerut kala melihat panggilan dari nomor yang tidak di kenalnya.

Sejenak Aisyah terdiam, akankah dia angkat? Tapi, siapa dia? temen sekelasnya? Entahlah, Aisyah terus memikirkan siapa yang telah menghubunginya. Sampai telfon itu berakhir membuat Aisyah menghembuskan nafas lega.

Sebenarnya sangat mudah untuknya mengangkat telfon itu, namun kejadian beberapa hari yang lalu membuatnya takut mengangkat telfon dari orang yang tidak terdaftar di kontaknya. Bagaimana dia tidak shok, disaat seseorang yang telah mengukir tinta di atas kertas putih pernah pergi begitu saja dan menyisakan dia seorang diri yang harus menghapus tinta hingga kertas itu bersih kembali, namun sayang, tinta memang bisa di hapus, namun bekasnya masih ada. Dan sekarang orang itu kembali lagi.
Memaksa membuka lembaran lama dan mengukir tulisan dengan tinta lagi.

Saat pertama mendengar suara mantannya hatinya terasa sakit, entahlah karna apa, memang benar, memaafkan itu mudah, namun menghapus kesakitan itu sulit.

Dreet..dreet...

Ponselnya kembali berdering, nomor yang tidak dikenalnya itu kembali menghubunginya.

Aisyah meremas tangannya, 'berfikir positif aisyah!' Gumamnya menguatkan hatinya.

Klik

Aisyah menggeser ikon yang berwarna hijau, yang tandanya aisyah menerima telfon itu

"Assalamualaikum kak!" Ucap perempuan yang suaranya sangat familiar, Aisyah menghembuskan nafas lega karena ternyata dia perempuan, bukan mantannya.

"Wa'alaikumsalam" jawab Aisyah.

Orang disana hanya menghembuskan nafasnya, dan sepertinya sedikit gugup, aisyah bisa merasakan itu semua "hmm... siapa ya? "

"Oiya kak aku ratna, ketua keputrian rohis SMA Pancasila," aisyah sedikit kaget, ternyata dia ratna, pantas saja suaranya familiar sekali.

"Oh ratna, apa kabar de, ada apa ya? " tanya aisyah

"E...Alhamdulillah kak, ja..jadi gini kak, rohis SMA Pancasila mau mengadakan acara, yaitu menjalin silahturahmi kembali antar alumni rohis kak"

"Wah! Bagus sekali acaranya, kapan de? " tanya Aisyah yang terlihat antusias, rohis SMA pancasila memang sudah mendarah daging di dalam dirinya, walaupun ia sudah lulus, namun tangungjawab didalam rohis masih terasa dan masih ada.

" sabtu kak, tanggal 5, di sekolah" jawab Ratna

Aisyah memejamkan matanya, sabtu?
Lalu saat terbuka, aisyah menatap kalender yang terpajang didinding dekat darinya. Acaranya sabtu depan, depannya lagi. Sepertinya dia tidak punya kesibukan. "Insyaallah ya de," jawab Aisyah singkat sambil menutup buku yang sudah tidak menarik lagi setelah ia mendengar kabar bahagia itu.

"Dimohon kehadirannya ya kak, wassalamualaikum"

"Waalaikumsalam, insyaallah de" jawab Aisyah dan segera pergi dari bangku yang bercat silver sambil menenteng buku yang akan di pinjam dan di bawa kedalam kos sannya.

Setelah meminjam buku, Aisyah berniat untuk menemui dosennya mengenai tugas tambahan yang harus dikerjakannya. Karena hampir seminggu Aisyah tidak menghadiri kelasnya, karena mengurus ibunya yang sakit. Jadi agar tidak di DO dari kampus favorit ini, Aisyah rela datang pagi untuk meminta tugas tambahan.

Jam besar yang terpajang dilorong kampus menunjukan pukul 09:00 berarti dia masih punya waktu 3 jam untuk mengerjakan tugasnya, sedangkan kelas dibuka itu abis zuhur.

Matanya kini berhasil menangkap dosen bertubuh gemuk dengan pakaian formalnya yang sedang berjalan keluar, alhasil menyentakkan aisyah untuk berjalan lebih cepat, ya! Dia dosen yang Aisyah butuhkan. "Pak!! " pekik Aisyah dari kejauhan. Sedangkan dosen yang ber-nametag 'Adijaya' tidak mendengar panggilan dari mahasiswanya, dan melanjutkan lenggangnya siap memasuki mobilnya yang terparkir tidak jauh darinya.

"Pak!" Aisyah kembali berseru dan berhasil mendapatkan perhatian dari Pak Adi. "Assalamualaikum Pak, saya yang kemarin mau minta tugas tambahan pak" ucap Aisyah sedikit ngos-ngosan.

"Waalaikumsalam, Aduh nak, bapak tidak tahu kalau kamu mau menemui bapak pagi ini, nanti sore saja ya, hari ini ada jam saya kan?"

Aisyah mengangguk lemah, "hmm...gak apa-apa pak, iya ada jam bapak"

"Nanti sore abis jam saya ya,"

"Iya pak, Wassalamualaikum" pamit Aisyah sebelum pergi.

Aisyah tidak tahu harus kemana sekarang, jadi Aisyah memutuskan untuk kembali berdiam diri diperpustakaan. Kini dia mengambil tempat paling pojok yang jarang terlihat ataupun di kunjungin. Aisyah mulai memundurkan bangku yang awalnya tertata rapih. Bunyi dencitan menggema kesegala penjuru perpustakaan, membuatnya menjadi pusat perhatian. Aisyah menundukkan kepalanya. Well, orang hanya tertarik akan sesuatu sekali saja, seterusnya mereka tidak peduli.

Lalu Aisyah menumpuk tangannya di meja dan menjadikan tangannya sebagai alas kepalanya. Mungkin tidur beberapa menit bisa membuat kantuknya berkurang. Karena beberapa materi telah dia kuasai semalam, dan membuat jam tidurnya terganggu.

Dengan tas selempang yang cukup bisa menutupi kepalanya, ditambah alunan instrumen pelan yang diputar di pengeras suara perpustakaan ini berhasil membuat Aisyah terlelap.

Beberapa kali mahasiswa yang melihat kearahnya hanya acuh-tak acuh, pasalnya banyak sekali mahasiswa yang mencuri jam kosong untuk tertidur di perpustakaan. Tak terkecuali Muhammad Kevin Ramadan yang sedikit kesal melihat tempat favoritnya ditempati gadis yang tidak dia kenal.

Dengan rasa kantuknya, Kevin memutuskan keras kepala untuk tidur di meja yang telah ditempati gadis yang tidak dikenalnya. Kevin memutuskan untuk tertidur di seberang gadis itu. Karena sebenarnya dia tidak suka terlalu dekat dengan perempuan asing.

***

Haiii hehehe
Jangan lupa vote dan komen ya
14 April 2018


Dalam Diam Ku MenantimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang